02: 📃

2K 231 16
                                    

██████████

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

██████████

Kupikir dengan tidak melihatnya akan membuatku lupa dan tidak peduli, tapi nyatanya, aku malah terus kepikiran dan mencari.

Seakan jika aku pergi, maka hanya aku yang menyesal.

Sungguh sial.

"Kak, pergi yuk?" Ajak adikku, Im Soojung.

Aku baru akan melepas pakaian namun dengan semangatnya perempuan yang sering kupanggil Krystal itu berlari ke arahku.

Aku menghela nafas sebelum menjawabnya, kancing seragam yang kupakai pun sudah terlepas semua, hanya saja aku malas melepasnya. "Aku sedang dalam mood yang buruk, Krys." Ucapku.

Adikku itu ikut terduduk di atas ranjang lalu merebahkan tubuhnya di sampingku.

"Ck! Memangnya kapan mood-mu dalam keadaan baik?" Katanya.

Benar juga. Beberapa jam dalam setiap hariku, pasti ada saat dimana aku malas untuk berbicara. Malas untuk pergi. Dan itu karena Sehun.

Di sekolah tadi, aku berpikir untuk menjauh dari pandangan Sehun, tapi yang terjadi adalah, aku yang tidak menemukan Sehun, malah aku yang mencarinya.

Mungkin memang begini nasib seseorang yang menyukai dalam diam. Berharap dicari tapi sebaliknya yang terjadi. Berjuang untuk menghilang sedang pria itu hanya perlu sibuk dengan urusannya. Bahkan jika sedang melamun pun, belum tentu aku beruntung ada dalam pikirannya. Miris sekali.

Semoga aku tidak bunuh diri karena patah hati.

"Kau itu tidak peka, Kak. Aku hanya akan mengajakmu keluar jika mood-mu dalam keadaan buruk. Ayo kita bersenang-senang dan lupakan si Sehun itu." Ucapnya panjang kali lebar.

Aku sedikit terkekeh mendengarnya, adikku itu memang paling swag. Jika kupikir dia memang benar, dan kurasa aku memang kurang peka mengenai itu. "Melupakannya?" Ulangku.

Krystal menghela nafasnya, "Ya, setidaknya untuk sementara."

"Sementara?" Ulangku lagi sambil menatap langit kamar.

"Jika bisa, lupakan yang membuatmu terluka. Atau jika ingin, kau tidak boleh menjadi lemah jika masih mengharapkannya. Semua yang membuatmu bahagia atau pun terluka, itu tergantung pada caramu menyikapinya, Kak."

Aku beralih menatap Krystal yang masih merebahkan tubuhnya di sampingku. Kurasa dia sedang menatap kosong ke arah tembok di depannya.

"Krys, darimana kau mendapat kata-kata itu?" Tanyaku sekaligus mengejeknya.

Dia tersenyum kecil tanpa mengalihkan tatapannya. "Dari pengalaman. Aku juga sedang menasehati diriku sendiri." Jawabnya.

"Heol, ada apa denganmu, hm?"

Krystal semakin mengembangkan senyumnya lalu menatapku riang. "Jadi bagaimana? Mau pergi denganku atau tidak?" Tawarnya lagi sedangkan aku masih menatapnya curiga. Dia sedikit berbeda dari biasanya.

"Hey ada apa denganmu?" Tanyaku lagi.

Krystal malah tertawa lalu bangkit dari tidurnya. Dia menarikku untuk berdiri lalu melepas seragam yang kancingnya sudah kulepas. "Cepat mandi! Aku masih harus pakai riasan."

Dia mengedipkan sebelah matanya kemudian berlari keluar kamar.

***

Aku terbangun ketika teman satu bangkuku, Kwon Yuri, menarik rambutku ke belakang. Sudah menjadi kebiasaan dimana saat itu terjadi, aku pasti ketiduran di kelas. Namanya juga tidur, aku tidak sadar kapan aku menutup mata lalu terjerumus dalam kekangan Oh Sehun di dalam mimpi. Lihatlah betapa kuatnya dia menarikku untuk masuk ke dalam pelukannya. Sialnya pria itu tidak perlu bersusah payah menggapai tanganku, hanya aku yang berusaha bahkan cenderung menyerahkan pelukanku begitu saja.

Siapa peduli, itu hanya mimpi. Jika aku tidak bicara, maka tidak ada yang tahu dan tidak ada yang menyadari betapa gilanya aku karena Sehun. Tidak ada yang berani menghakimi perasaanku karena orang asing di luar sana tidak ada yang tahu.

Itu bagus.

"Bisakah kau gunakan cara lain untuk membangunkanku?" Sinisku saat kutatap Yuri tengah memberenggut. Gadis itu ikut duduk di sampingku.

"Aku sudah memukul punggungmu, dari easy sampai hard, bahkan tadi aku sempat menarik tanganmu. Tapi kau bangun saat aku menarik rambutmu, itu pun yang kedua kalinya." Cerocos Yuri.

"Gunakan cara lain yang lebih ampuh tapi tidak perlu mengagetkanku." Kataku lagi.

Kulihat Yuri memasang tampang kesal, gadis itu mulai menggendong tas-nya lalu berjalan keluar. Heran dengan kelakuannya aku pun celingukan melihat situasi kelas, takut-takut ketahuan tidur.

Dan hanya ada aku. Sendirian.

"Ke mana yang lain?" Gumamku.

"IM YOONA! AYO PULANG!" Yuri berteriak dari ambang pintu.

"Sudah pulang?" Gumamku lagi.

Hey, berapa lama aku tidur? Kenapa tidak ada guru yang memarahiku?

Aku sedikit merapikan rambut lalu berlari menyusul Yuri yang sudah lebih dulu keluar.

Kulihat temanku itu berjalan mendekati loker, merasa ada yang perlu kubawa, aku pun ikut membuka lokerku.

Hebat. Isinya buku dan tempat makan.

Aku bahkan lupa buku apa saja yang kusimpan di sini.

"Yoong, kau menjatuhkan kertas." Yuri menunjuk lipatan kertas di samping kaki kananku. Penasaran, aku pun meraih kertas yang ternyata sebuah surat itu lalu membukanya.

"Aku tunggu di parkiran ya." Kata Yuri lalu berjalan pergi.

Aku hanya meliriknya sebentar kemudian fokusku kembali pada lipatan yang sudah berada pada genggamanku tadi.

▓▓▓▓▓

Mau pulang bersama?
Aku tunggu di tempat parkir.

▓▓▓▓▓

Aku merengut bingung setelah membaca isi surat tersebut. Kurasa bukan untukku. Lagi pula tidak ada nama pengirim dan penerimanya di sana. Aku pun melipat kembali surat itu dan membawanya pergi.

"Mau pulang denganku atau tidak?"

Aku berpaling pada sumber suara dan mendapati keterjutanku lagi.

Ya ampun, jadi dia yang mengirimiku surat?

tbc.
30-09-2017

In The Illussion ✔ | YoonHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang