Part 03

347 19 14
                                    

Seorang wanita cantik berusia sekitar 40 tahunan, terlihat menaiki undakan tangga. Dia adalah Helena Prayoga, istri dari seorang pengusaha yang cukup sukses di Jakarta yaitu Andrean Prayoga.

Langkah kaki Helena terhenti tepat di depan sebuah pintu kamar bertuliskan 'My room, Tirta'. Tangan wanita itu mulai mengetuk pintu.

Tok...tok...tok...

Dari dalam kamar terdengar seseorang mendekati daun pintu, tidak lama setelah itu pintu terbuka dan memunculkan sosok lelaki muda yang tidak lain penghuni kamar tersebut. Lelaki itu adalah Tirta.

"Mama? Ada apa Ma?" tanya Tirta mendapati sosok wanita kesayangannya berdiri di depan pintu kamar miliknya.

"Kok ada apa? Papa sama Mama nungguin kamu di meja makan, tapi gak turun-turun juga. Jadi, Mama samperin aja kamu ke atas. Yuk ah, turun!" kata Helena mengajak putra semata wayangnya untuk bergabung di meja makan.

"Tirta gak sadar kalau sudah jam 8. Dari tadi belajar terus, soalnya besok ada ujian mate-matika Ma." jawab lelaki itu sembari menuruni undakan tangga bersama dengan Sang Ibu.

"Rajin belajar itu bagus. Tapi, jangan sampai melupakan waktu makan. Kalau nanti kamu sakit bagaimana?"

"Hehehe--" pria itu hanya tertawa kecil mendengar nasehat Ibunya, mereka sudah berada di depan meja makan sekarang.

"Wah, semuanya makanan kesukaan Tirta Ma. Kalau soal masak-memasak, Mama emang the best deh!" puji Tirta antusias, matanya menyapu ke arah meja makan yang penuh dengan berbagai macam hidangan.

"Kamu itu, bisa aja kalau godain Mama. Udah cepetan duduk! Kamu gak liat? Papa kamu itu udah nahan lapar dari tadi karena nungguin kamu turun."

"Papa lagi yang dibawa-bawa." ujar Andrean melirik istrinya sebentar, Helena balas tersenyum tipis.

Semuanya sudah duduk di kursi masing-masing. Andrean sebagai kepala keluarga segera memimpin do'a➖sebelum mereka bersantap malam bersama-sama.

Skip_

Setelah selesai bersantap malam, Tirta pamit pada Ayah dan Ibunya untuk meninggalkan meja makan lebih dulu dan kembali menuju kamar miliknya di lantai atas.

Lelaki itu mendudukan dirinya di kursi meja belajar, lantas merapikan dan menaruh beberapa buku pelanjarannya yang terlihat berantakan di atas meja. Seketika otaknya kebali merekam peristiwa tadi siang di sekolah.

"Indah kenapa ya? Bersahabat sudah hampir 2 tahun, tapi sekali pun dia gak pernah mau berbagi masalahnya sama gue. Sedangkan gue, apa-apa pasti ngomong ke dia." gumam Tirta, tangannya memainkan ujung pena yang ia pegang.

"Ada apa sih sebenarnya sama elo Ndah? Betah banget nyimpan masalah sendirian, hati lo emang gak capek apa!?" Tirta masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

Tangan lelaki itu kembali meraih buku paket matematika di salah satu deretan buku-bukunya, mempelajari beberapa rumus-rumus untuk persiapan ujian besok di sekolah.

Satu jam lebih telah berlalu, rasa kantuk mulai menyerang kedua mata Tirta. Tangan kanannya membekap mulutnya sendiri karena menguap. Ditengoknya jam di dinding kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 21.30. Lelaki itu segera mempersiapkan buku pelajarannya untuk jadwal sekolah besok.

Setelahnya, Tirta berjalan menuju kamar mandi yang memang sudah tersedia di dalam kamarnya untuk membersihkan diri seperlunya sebelum beristirahat malam.

❄❄❄

Indah Safira. Gadis dengan rambut sebahu itu berjalan cepat menyusuri koridor sekolah menuju ke ruang kelasnya. Beberapa siswa sudah mengisi tempat duduk masing-masing. Ada pula yang sedang sibuk dengan buku mereka.

APA SALAHKU IBU? [MizKy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang