Part 12

413 18 8
                                    

Malam kembali berganti pagi. Indah yang sudah bersiap dengan semua perlengkapan sekolahnya, bergegas turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama keluarganya.

"Selamat pagi semuanya." sapa Indah dengan senyum khasnya, lantas menarik salah satu kursi meja makan dan segera mendudukkan dirinya.

"Selamat pagi juga sayang." balas Renata dan Laras bersamaan sembari tersenyum simpul.

Tidak mendapat jawaban dari Anita, Indah kembali mengulang kalimatnya. Tapi, kali ini hanya ditujukan untuk sang Ibu.

"Selamat pagi Ma." sapa Indah mempertahankan garis senyum di wajah manisnya.

Anita masih bergeming, menganggap suara Indah bagai angin lalu. Wanita itu justru pura-pura sibuk dengan menu sarapan yang ada di atas meja makan.

"Bik Ijah, tolong buatkan saya omelet telur. Saya tidak ingin makan nasi goreng dulu pagi ini." kata Anita kepada Bik Ijah yang berdiri di samping meja makan.

Senyum Indah perlahan pudar menyaksikan sikap Anita yang tidak pernah bisa menerima kehadiran dirinya di tengah-tengah keluarga Herlambang.

"Indah kamu mau makan apa sayang? Roti atau nasi goreng?" tanya Laras berusaha mengalihkann perhatian Indah dari Anita.

"Indah bisa ambil sendiri kok Kak." sahut Indah, tangannya membalikkan benda kaca berbentuk lingkaran yang ada di depannya.

Renata dan Laras saling pandang, mereka sangat paham dengan perasaan Indah saat ini. Tidak ingin pembicaraan semakin panjang dan berakhir dengan perdebatan, Renata dan Laras lebih memilih untuk diam sembari menikmati sarapan yang sudah tersedia.

Lima belas menit sudah berlalu, Anita baru saja menyuapkan potongan omelet terakhir ke dalam mulutnya. Setelahnya, Anita meraih gelas berisi air mineral dan meneguk isinya hingga tandas.

"Bu, Anita berangkat kerja dulu. Ibu baik-baik di rumah." Anita meraih tangan Renata dan mencium punggung tangan wanita tua itu singkat. "Laras, ayo kita pergi!" lanjut Anita beralih menatap putri sulungnya.

"Iya Ma." Laras bangkit berdiri. "Indah kamu sekalian ikut kita, jalurnya kan searah." tawar Laras.

"Emang boleh Ma? Indah ikut sama Mama?" tanya Indah penuh harap.

Anita bergeming di tempatnya, menatap Indah sekilas lalu pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Indah lebih dulu. Sampai di sini Indah paham kalau Ibunya tidak menginginkan untuk berangkat satu mobil dengannya.

Anita bisa saja membeli mobil untuk dirinya sendiri, tapi dia tidak melakukannya. Anita tidak ingin kalau Laras setiap hari harus mengantar-jemput Indah di sekolah.

"Indah..." lirih Laras.

"Aku enggak apa-apa kok Kak. Kak Laras duluan aja, aku bisa pesan ojek online kok buat ke sekolah." tutur Indah berusaha menguatkan hatinya.

"Maafin Kak Laras yah?" Laras mengusap lembut lengan Indah.

Indah hanya tersenyum getir, berusaha keras menahan kristal bening yang mendesak keluar dari pelupuk matanya. Laras tersenyum tipis kemudian berlalu pergi setelah menyalami tangan sang Nenek.

"Kakak duluan yah?" pamit Laras pada Indah. "Nek, Laras berangkat. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." balas Renata dan Indah bersamaan.

Setelah Anita dan Laras hilang dari pandangan Indah, gadis itu kembali terduduk di kursinya. Air matanya luruh bersamaan dengan perasaan terluka di hatinya. Indah sudah tidak tahan lagi, Indah bertekad untuk mencari tahu kenapa Anita sangat membencinya? Kenapa Anita tidak pernah bisa menerima kehadirannya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

APA SALAHKU IBU? [MizKy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang