Part 06

247 12 0
                                    

Suara perdebatan antara Anita dan putri sulungnya terdengar sampai ke dalam kamar Indah. Membuat gadis berambut sebahu itu keluar dari kamar untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi di bawah sana dari lantai atas.

"Kenapa sih kakak harus membahas Indah lagi?" gumam gadis itu saat mendengar namanya terseret di dalam kalimat Anita dan juga Laras.

Gadis itu terdiam di tempatnya dan enggan turun, karena Indah tahu betul kehadirannya hanya membuat Ibunya semakin kesal. Anita tidak pernah sudi menatap putri bungsunya dalam waktu yang lama.

Laras yang sudah berada di lantai atas, mendapati adiknya sedang menangis tanpa suara sembari menatap seorang wanita yang masih terlihat marah di bawah sana.

"Indah? Sejak kapan kamu ada di situ dek?" Laras bertanya.

"Menurut kak Laras sejak kapan?" gadis itu justru kembali bertanya.

"Kamu--"

"Iya, Indah dengar semua. Kenapa kakak harus membahas namaku di depan Mama? kak Laras tahu sendiri kan, kalau Mama gak pernah suka sama Indah? Jadi, Indah mohon➖jangan lagi membahas nama Indah di depan Mama kak."

"Bukan gitu sayang, kakak cuma--"

"Udahlah kak! Indah gak masalah gak dapat ole-ole dari Mama. Yang penting Mama pulang dengan keadaan baik-baik aja itu sudah cukup buat Indah." kata Indah menekan kalimatnya.

"Kakak cuma ingin Mama berlaku adil pada kita berdua, itu saja." timpal Laras.

"Iya Indah tahu itu, tapi sekarang apa? Mama justru marah sama kak Laras. Iya kan?"

"Kakak gak peduli, Mama mau marah sama kakak atau apapun itu, kakak gak peduli!"

"Heh," gadis itu mendengus kasar. "Kak Laras bisa ngomong kayak gitu karena kak Laras gak pernah ada di posisi Indah dan gak pernah tahu kan bagaimana rasanya dibenci oleh Mama sendiri? kakak gak tahu kan rasanya?" lanjut Indah.

"Indah--"

"Udahlah kak! Indah mau kakak minta maaf sama Mama karena sudah berkata kasar. Itu saja!"

Gadis itu bergegas masuk ke dalam kamarnya dengan air mata yang semakin deras mengalir. Sungguh, dia tidak pernah suka saat orang-orang yang ia sayangi berdebat bahkan sampai beradu mulut hanya karena dirinya.

"Gak! kakak gak salah. Untuk apa minta maaf?"

Indah menghentikan langkah kakinya yang sudah berdiri di depan pintu kemudian menoleh ke belakang, "terserah kakak!" dua kata terakhir mewakili kekesalannya yang memuncak. Gadis itu segera menggelamkan dirinya di balik pintu kamar miliknya.

❄❄❄

Keesokan paginya.

Indah masih merasa nyaman berada di dalam selimut tebal nan hangat yang menutupi sekujur tubuhnya. Tidak peduli jam weker yang sudah berbunyi sejak tadi, gadis itu justru membenamkan kepalanya dengan bantal.

Entah jam berapa gadis itu bisa terlelap semalam. Seingatnya, ada banyak air mata yang tumpah membasahi kasurnya.

Tok...tok...tok...

Seseorang mengetuk pintu kamar Indah. Dari luar, telinga orang itu bisa mendengar suara jam weker yang belum dimatikan sejak beberapa menit yang lalu.

"Indah, apa kamu sudah bangun sayang?" Laras mulai bersuara karena ketukan tangannya tidak memberi dampak sama sekali agar pintu dibuka.

APA SALAHKU IBU? [MizKy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang