17.Tragedi

5K 355 14
                                    

Humaira hanya diam membeku di tempatnya saat Hamdan membaca puisi karangannya dengan sangat indah menurut orang lain,tapi sangat menusuk menurut Humaira.Dia tau apa yang dimaksud Hamdan dengan puisinya itu. Puisi itu bukan tentang hal yang dikira orang-orang,sebuah puisi untuk sang kekasih yang masih tidak jelas perasaannya,melainkan seorang sahabat yang tidak mau terbuka tentang dirinya.

Semua orang bertepuk tangan saat Hamdan menyelesaikan puisinya dan para gadis memekik tertahan.Kenapa Humaira tau ? Terlihat dari wajah mereka yang memerah.

Humaira tetap diam di tempatnya setelah acara itu selesai meskipun orang-orang sudah beranjak dari tempatnya dan api unggun mulai mengecil.Ia termenung bagaimana ia mendapatkan Hamdan kembali.Dan ia juga tau Hamdan pasti sudah merasa masa bodoh dengannya saat ini.Karena ia juga tau bagaimana perasaan seseorang saat sahabatnya sendiri tidak mau terbuka padanya,Layla dulu pernah begitu dan itu membuat Humaira merasa ia tidak dihargai sebagai sahabat.

Humaira terus terdiam di tempatnya sendirian dengan gelas pemberian Hamdan yang masih ada di tangannya. Sampai dia merasa ada suara gesekan semak di sekitar pohon.Humaira menoleh ke asal suara namun ia tidak menemukan apapun disana.Ia mengedikkan bahunya kemudian meminum minumannya yang sudah mulai dingin,namun suara itu kembali tertangkap indra pendengarannya dengan suara rintihan pelan.

Humaira mengerenyitkan alisnya saat melihat sesosok anak kecil yang tertatih menuju masuk ke dalam hutan.

'Siapa anak kecil itu ? Apa dia terluka ?'

Humaira berdiri dari tempat duduknya dan meletakkan gelasnya di kayu yang dia duduki tadi.Ia berjalan pelan menuju semak tempat suara rintihan itu tadi. Humaira melihat semak itu dan terlihat ada sebuah ranting runcing yang terdapat cairan merah diujungnya.

'Ah...sepertinya anak kecil tadi yang bersembunyi di semak ini dan ia terluka'

Humaira mempercepat langkahnya mengejar anak kecil yang terluka tadi.Untunglah anak itu belum pergi jauh,pikir Humaira.

Ia menangkap lengan anak kecil itu dan membuat anak kecil itu kaget dan meronta minta dilepaskan.Humaira mengerti pasti anak ini takut dengannya.
Ia melambaikan tangannya di depan anak kecil itu yang mulai melihat Humaira.Humaira melepaskan syalnya,mengangkat syal itu dan menunjuk pada luka dikakinya,anak itu terdiam saat Humaira mengikatkan syal nya di kakinya yang terluka agar darahnya tidak keluar terlalu banyak.

"Diamana rumahmu ?" Tanya Humaira dengan bahasa inggris.Anak itu hanya diam memandang Humaira.

'Ah dia tidak paham'

"Dimana...rumah..mu ?" Humaira memperaktekkan dengan tangannya membentuk arap rumah.Anak itu mengangguk mengerti kemudian menunjuk ke dalam hutan.

'Hem rumahnya di dalam hutan.Bagaimana ini ?aku nggak tega meninggalkannya sendiri masuk ke dalam hutan' Humaira menimbang-nimbang antara meninggalkan anak itu disini atau dia mengantarnya,pasti nanti orang tua anak kecil itu akan mengantarnya lagi kembali ke perkemahan.Atau apa dia harus membangunkan Zayed ? Ah tidak,dia tidak ingin menyusahkan orang lagi.

Humaira mengangguk dan menggandeng anak itu supaya anak itu menjadikan tangannya penopang tubuhnya menggantikan kaki kirinya yang terluka.

Humaira mengandeng anak itu erat sampai sekarang dia berada di tengah hutan,hanya berdua.Humaira mulai merasa hawa dingin menyelimutinya saat ia memasuki hutan,dan dia menyesal meninggalkan jaketnya di tempat duduknya tadi.

Ia berjalan makin masuk ke dalam hutan.dia bertanya dalam hati 'apakah rumahnya di seberang hutan ini ?' Humaira mengusap-ngusap tengkuk lehernya yang mulai kedinginan.Namun senyuman anak kecil itu menghangatkan Humaira.

Mr.Hamdan Al Maktoum & Miss Al Hashimi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang