Aku mengerjab, ketika kurasakan silau cahaya masuk kedalam indra penglihatanku. Kubuka mataku perlahan, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netraku. Ruangan serba putih itu menyapaku, kukerutkan dahiku bingung sambil berpikir ada di mana aku? Dan ketika otakku sudah mulai bekerja, hal pertama yang aku pastikan adalah perutku, saat telapak tanganku itu mendarat mulus ke permukaan perut saat itu juga mataku seketika memanas."Jika aku masih hidup, maka?" batinku sambil memejamkan mata. Kuremas perutku kencang dan kurasakan perih secara bersamaan, kusingkap sedikit baju khas rumah sakit dan kutemukan jahitan memanjang menghiasi permukaan perutk.
"Nara, kau sudah sadar? Apa ada yang sakit?" Suara itu membuatku menengok, kulihat lelaki itu yang sudah berdiri di ambang pintu.
"Di mana bayi itu?" Tanyaku memandangnya tajam, tanpa menghiraukan pertanyaannya. Kulihat lelaki itu yang segera berjalan ke arahku tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, kutangkap mata lelaki itu yang berkaca dan saat itu pula aku langsung tau apa jawabannya.
"Kamu waras? Kenapa kau menyelamat 'kan ku?! Bukan kah kau menginginkan bayi itu lalu untuk apa kau memilihku?" Emosiku meledak, kutarik kerah kemeja Karan dengan kasar.
"Apa aku juga harus melepasmu? Itu pilihan yang sulit, Nay" jawaban lelaki itu membuatku tertawa.
"Tidak usah sok pencitraan kamu. Asal kamu tau, aku memang sengaja melakukan hal itu agar dia mati dan ternyata sekarang dia benar-benar sudah mati, okay kalo begitu maka semuanya bisa dianggap selesai dan mana surat ceraiku!" Aku tersenyum manis sambil menatap Karan tanpa dosa, tapi berbanding terbalik dengan perasaanku, hatiku sakit luar biasa. Tujuh bulan bukan waktu yang singkat untuk bersama-sama. Dia tinggal didalam tubuhku, dia bernafas melalui diriku. Bahkan saat aku merasakan sakit, aku yakin dia juga ikut merasakan nya.
Klekk
Suara pintu terbuka..
PLAKK
"Mama menamparku?" Tubuhku bergetar hebat.
" Kau wanita seperti apa? Mama menyesal punya putri seperti mu! Kamu membunuh anakmu sendiri? Bagaimana jika mama yang membunuhmu, Naraya? Bagaimana perasaan mu?" Mama menatapku tajam dengan air mata yang sudah berlinang. Aku tergugu tidak percaya, aku belum pernah melihat mama sehancur ini, wanita ini bahkan belum pernah membentakku sama sekali tapi hari ini? Wanita yang paling aku sayangi mengangkat tangannya untukku.
"Naraya, apa Papa dan mama pernah mengajarkan kamu seperti Itu?" Pertanyaan papa memang sederhana, tetapi berhasil membuat tubuhku menggigil tidak karuan. "Mulai detik ini, kamu Naraya Xafira, bukan anak kami lagi. Dan saya meminta kamu Karan, untuk menalaknya setelah masa nifasnya selesai! " Kalimat Papa kali ini berhasil memporakporandakan hatiku. Aku semakin menunduk, air mataku pun semakin berjatuhan. Sekarang, aku sudah tidak punya muka di depan semua orang. Adik, kamu membuatku hancur bahkan disaat kamu sudah mati sekali pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING IN LOVE [REPOST]
Romansa[Follow terlebih dahulu sebelum membaca! ] Bagaimana perasaanmu, jika orang yang paling kamu percayai memperkosamu dengan keji? Apakah kamu akan memaafkannya? Atau memilih mendendam dan berakhir dengan penyesalan tanpa batas? Ikuti alurnya dan nikma...