"Sini sarapan dulu," ucap mama ketika aku baru saja kembali dari kamar mandi. "Karan lagi di taman, nemenin adik belajar jalan," lanjut mama membuatku mengangguk.
"Nggak mau ketemu papa dulu? Minggu depan pulang loh," tawar mama yang kesekian kalinya tetap aku jawab dengan gelengan. Berlama-lama disini sama saja mengingatkan ku akan luka masa lalu yang belum sepenuhnya kering.
"Ma, gudang pribadiku?" tanyaku ingin tau. "Maksudnya kenapa gudang ku menjadi kamar?"
"Karan yang mengubahnya, Katanya biar kalau main kesini Zee punya kamar sendiri." Mama terkekeh. "Kata Bunda Karan juga kamar Zee yang disana sudah penuh, jadi sebagian barang nya dibawa kesini."
"Penuh apa?" Kukerutkan dahiku bingung.
"Dulu saat Zee masih dirawat, setiap hari Karan datang ke rumah sakit membawa berbagai mainan." Cerita mama dan aku menyimak nya dengan serius. " Lelaki itu tidak mau berhenti membelikan Zee mainan setiap harinya. Bahkan kamar Zee dirumah sakit disulap seperti kamar seorang ratu."
"Di rumah sakit?" Bingungku.
"Hampir satu setengah tahun adik dirumah sakit Nay. Waktu berusia dua bulan dia pulang, lalu seminggu kemudian dirawat disana lagi sampai sekitar enam bulan," ucapan mama kali ini membuatku berpikir keras, enam bulan di rumah sakit?
"Dia hanya mengalami keterlambatan tumbuh, Ma," potongku melihat mata mama yang sudah mulai berkaca. "Hal itu wajar untuk anak yang lahir prematur."
"Itu tidak terlalu bermasalah, Nay, tapi dia memiliki penyakit serius lain nya." Mama mengusap pipinya pelan.
"Maksudnya?"
"Tanyakan pada Karan, dia lebih berhak memberitahumu." Mama berucap lirih.
"Tapi aku yang melahirkannya, aku berhak tau?" Refleksku. "Maksud Nara bukan begitu, tapi.."
"Kamu memang berhak tau dan harus tau. Jika terlambat mama takut kamu menyesal." Usapan dibahuku membuatku terdiam. Sebenarnya ada apa?
"Adik sakit apa?" Aku benar-benar ingin tau.
"Sebenarnya adik ---"
"Ma, karan pamit ya, sudah pukul sembilan lebih." Suara itu seketika menghentikan pembicaraan kami.
"Ma ma ma ma." Aku hanya meringis menatapnya.
"Iya, Nak, kamu sekalian aja Nay. Nanti dianter pak Randi."
"Nara naik taksi saja." Tolakku.
"Sebaiknya kamu bareng kita saja, Nay." Sambung karan dan aku tetap menggelang.
"Ayolah Nay, sekali ini saja" Akhirnya aku mengalah, mengikuti permintaan lelaki itu.
" Duluan ya ma, Assalamualaikum" Karan berucap sambil mencium tangan mama, dan aku mengikutinya
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING IN LOVE [REPOST]
Romance[Follow terlebih dahulu sebelum membaca! ] Bagaimana perasaanmu, jika orang yang paling kamu percayai memperkosamu dengan keji? Apakah kamu akan memaafkannya? Atau memilih mendendam dan berakhir dengan penyesalan tanpa batas? Ikuti alurnya dan nikma...