"Kenapa anak kalian memanggil saya Mama?" Nara mengernyit lalu dipandanginya tiga orang didepan nya dengan intens.
"Ma ma ma." Bayi mungil itu semakin berontak, seluruh tubuhnya digerakan secara paksa.
"Sama Bunda saja, yah." Rucika membenarkan gendongan nya kepada Zee, tetapi bayi mungil itu malah semakin berontak.
"Apa apaan sih ini?" Kebingungan Nara semakin tidak terkendali. "Kalian semua aneh. Dan kamu Karan, kenapa diam saja? Kamu punya mulutkan?" lanjut perempuan itu dengan nada yang sudah tidak bersahabat.
"Jaga bicara anda, ada anak saya" Rucika memandang tajam perempuan didepan nya, perempuan yang dia ketahui adalah Mama dari Zee. Sungguh Rucika tidak akan pernah ikhlas jika putrinya memiliki mama seperti itu.
"Jangan ikut campur kamu, bawa anak sialan itu pergi." Emosi Nara mulai tersentil. Dipandanginya bayi itu dengan tatapan tidak suka.
"Naraya." Suara tegas itu berkumandang.
"Apa? Mau membela istri dan anak kamu?" Nara tersenyum simpul. Dipandanginya lelaki didepan nya dengan tatapan menantang. "Pergi dari sini, ini rumah orang tua saya" Kesalnya melihat sepasang manusia itu hanya terdiam tidak jelas.
"Nay." Sebuah suara sontak membuat ketiga nya menengok.
"Mama." Suara itu bergetar. Nara berlari, melepaskan koper ditanganya dan langsung memeluk wanita paruh baya itu dengan kuat.
"Kamu ke mana saja nak? Maafin Mama, ya." Kalimat penuh penyesalan itu terlontar lembut dari mulut bu Fatima.
"Ma, seharusnya Nara yang minta maaf." Perempuan itu menggeleng, semakin mengeratkan pelukan nya kepada wanita yang telah membawa nya ke dunia.
"Ma ma ma ndong." Bayi itu semakin menjadi, merasa tidak terima bahwa wanitanya malah memeluk orang lain bukan dirinya.
"Ambil susu sama Bunda yuk sayang." Rucika bergerak cepat, berjalan menjauh sambil menenangkan bayi nya yang semakin merengek.
"Saya mau istirahat dulu, Ma." Nara melepaskan pelukan nya, matanya dengan bebas melirik bayi kecil itu yang mulai menjauh.
"Nay, dia anak kamu." Karan berbicara to the point.
"Jangan bercanda kamu, anak itu sudah mati." Nara segera menengok, menatap lelaki didepan dengan tatapan nyalang.
"Anak kamu memang masih hidup Nak." Fatima ikut berbicara, dibelainya surai putrinya dengan sayang.
"Tidak mungkin." Perempuan itu menggelengkan kepala nya tidak percaya.
"Tapi itu kenyataannya, Nay." Karan berusaha menjelaskan, digenggam nya tangan istrinya dengan kuat tetapi penolakan kembali dia dapat.
"Jika memang begitu aku ikut senang" Respon Nara membuat kedua manusia didepan nya terkejut. Mereka tau Nara tidak menginginkan adik, tetapi mereka mengira setelah tau adik masih hidup, Nara akan terkejut tapi ternyata dia biasa saja. "Setidaknya aku tidak perlu merasa bersalah lagi, kamu dan istrimu bisa merawatnya. Aku melihat wanita itu sangat menyayangi adik" Lanjutnya dengan senyum yang dipaksakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING IN LOVE [REPOST]
Storie d'amore[Follow terlebih dahulu sebelum membaca! ] Bagaimana perasaanmu, jika orang yang paling kamu percayai memperkosamu dengan keji? Apakah kamu akan memaafkannya? Atau memilih mendendam dan berakhir dengan penyesalan tanpa batas? Ikuti alurnya dan nikma...