10: Namanya Alif.

305 30 0
                                    

Happy Reading...




Pak Sanjaya meninggalkan kelas IPA 4 yang sudah dipenuhi kepulan asap. Ulangan matematika baru saja berakhir, membuat sebagian besar siswa bernafas lega.

"Gila..! Yu, liat rambut gue deh!" seru Maman menepuk-nepuk bahu Wahyu -rusuh.

"Kenapa sama rambut lo?" tanya Kinar ikut penasaran.

"Nggak ada yang liat nih?" tanya Maman semakin ambigu.

"Liat apasih, Man?" tanya Shila ikut memperhatikan rambut Maman.

"Ampun deh, punya temen kok gini-gini amat sii?!" keluh Nathan dramatis sembari memutar bola matanya.

"Yee....lagian Maman pertanyaannya ambigu. Rambut lo kenapa?!" tanya Kinar tidak sabaran.

"Tuh!" tunjuk Yanto pada rambut Maman, seketika teman-teman yang berada disekeliling Maman ikut melihat rambut yang ditunjuk Yanto.

"Ada kepulan asap sisa-sisa pembakaran energi!" seru Jonas.

Sekitar sepersekian detik suasana hening, hingga....
.

.

.

PLAKK

"BANGKE!!!" seru semua orang yang mengelilingi Maman, kompak.

"Shek, sakit!" protes Maman pada Shila yang paling keras menepuk punggungnya. "Katanya demam, tenaga kayak Bison banget!" sungut Maman.

"Sapa suruh bikin gue penasaran, kirain apa. Dasar lebay!" balas Shila mencibir.

"Yee...sensi amat lo. PMS?!" Maman segera menutup mulutnya ketika melihat Shila mendelik tajam ke arahnya. "Maap...maap..." ujarnya lagi menunjukkan cengiran khasnya sebelum kembali duduk dan berbalik untuk mengobrol dengan Nathan.

.

.

.

.

.

Shila berjalan pelan mengikuti alunan musik yang diputar speaker radio sekolah. Para pengurus radio sekolah memang sering memutar musik untuk menemani waktu istirahat siswa SMA Garuda.

"Hai," Shila tersentak. Ia menghentikan langkahnya untuk menuruni tangga lalu mendongak, keningnya berkerut dalam.

"Hai?" balasnya lebih menjurus ke pertanyaan.

"Lo darimana?" bukannya menjawab, Shila malah menolehkan wajahnya ke kiri, kanan dan belakang.

"Lo nanya sama gue?" tanyanya dengan tampang polos.

Alif, orang yang bertanya itu merasa kalau rahangnya hampir terjatuh mendengar respon orang yang ditanya-nya. Alif mengatupkan mulutnya sepersekian detik, "Ya...lo," jawabnya ragu.

"Oh, gue dari kelas XI-IPA 2. Nganterin buku ke Bu Sri, lo mau kemana?" tanya Shila basa-basi, ia merasa tidak asing dengan cowok yang sekarang berdiri didepannya, berjarak satu anak tangga di bawahnya.

"Tadinya mau ke-" Alif tampak berfikir.

"Kemana?" tanya Shila penasaran.

"Ng--nggak. Lo mau ke kantin?" tanya Alif mengalihkan.

"Kantin? Ini mau ke sana, sebenernya gue udah makan dirumah. Terus..." Shila mengangkat sebuah katong plastik kehadapan Alif. "Ada yang ngasih gue ini," tunjuknya sembari membuka kantong agar Alif bisa ikut melihat isinya.

"Siapa?"

"Siapa? Apanya? Jangan bilang lo mau bilang 'Siapa yang nanya?!' sumpah itu pertanyaan menyebalkan," setelah mengatakan itu Shila meringis malu. Ini adalah kali pertamanya ia bicara panjang lebar dengan cowok selain teman sekelasnya terlebih ia tidak ingat dengan cowok didepannya ini, siapa.

Hello Arshila!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang