8: Hari Minggu

299 27 0
                                    

Happy Reading....




"...Ayah, Zafran udah janji sama Syifa" Zafran masih keukeuh mengekori Ayah nya kemanapun demi mendapat izin jalan-jalan bersama Syifa.

"Kamu itu belum punya SIM dek, jadi ga boleh bawa kendaraan. Ayah ga izinin kamu naik angkutan umum, ini hari minggu pasti jalanan macet" Ayahnya mengambil sepotong kue yang baru dihidangkan istrinya di atas meja makan, Ailin menghadiahkan pelototan tajam pada suaminya. Kue-kue itu untuk menyambut kedatangan Mira sahabatnya.

"Bunda, bantuin Zafran dong..." kini Zafran beralih pada Bundanya yang sedang asik memindahkan kue-kue buatannya ke atas piring.

"Zaf kalau diantarkan oleh Abang, mau?" tanya Bundanya yang sering kali menggunakan bahasa kelewat baku.

"Bang Alif 'kan masih bogan, Bun" seru Aya, adik Zafran yang usianya berkisaran enam tahun.

"Apa itu bogan, Ay?" tanya Ailin bingung.

"Bobo ganteng, sayang..." jawab Azzam yang paham akan tabiat istrinya yang kurang kosa kata bahasa gaul jaman anak-anak mereka.

"Oh..kalau begitu ya dibangunkan saja. Hari juga sudah terang. Coba Zaf bangunkan Abang, minta diantar. Boleh 'kan Ayah?" ya, meski Ailin sangat tidak ingin melarang ini itu pada anak-anaknya tapi semua tergantung dari keputusan suaminya yang memang semenjak mempunyai anak tingkat kekhawatirannya meningkat pesat.

Azzam menghela nafas berat, "Yaudah, bangunin Abang sana. Bilang aja Ayah yang suruh biar cepet bangunnya," perintah Azzam yang di tanggapi girang oleh Zafran.

.
.
.
.
.

"Ganteng-ganteng kok kebo!" sindir Azzam ketika Alif baru saja memasuki dapur dengan wajah bangun tidurnya.

"Hari libur, sesekali Yah.." jawabnya santai lalu berjalan mendekati Ailin, dengan manja memeluk Bundanya dari belakang "Bundaaaa...." Alif menyandarkan kepalanya di bahu Ailin, Ailin membalas pelukan Alif dengan mengulurkan tanganya untuk mengelus wajah mulus Alif penuh kasih.

"Lif, ingat umur. Ga usah nempel-nempel deh!" seru Azzam ketus, gerah melihat kedekatan ibu dan anak didepannya. Untung Zafran dan Aya sudah meninggalkan ruang makan.

"Ada yang cembokur Bun" Alif mencebikkan bibirnya, menyindir Ayahnya.

"Ga usah pake bahasa gaul deh, Bun--" ucapan Azzam terpotong.

"Aku tau artinya, Cemburu 'kan artinya Lif?" Ailin beralih menatap Alif yang masih berdiri disisinya.

"Bundaku sudah gaul sekarang!" ujar Alif merasa menang satu point dari Ayahnya yg sekarang cemberut.

Setelah sarapan, mandi dan berganti pakaian. Alif keluar dari kamarnya dengan pakaian casual, sebuah kunci mobil bertengger ditangannya dan kaca mata hitam yang katanya gaul bertengger di pangkal hidungnya. Dengan gaya sok cool, Alif menuruni tangga bak bintang iklan.

"Bang, banyak gaya lo. Buruan napa!" Teriak Zafran galak dari arah pintu.

Dasar perusak suasana. Gerutu Alif dalam hati.

"Lah? Aya juga ikut?" Tanya Alif mengerutkan keningnya.

"Kita semua juga ikut Lif!" seru Ayahnya dari dalam, menenteng keranjang piknik.

"Bukannya Zaf janjian sama Syifa?" tanya Alif masih dilanda kebingungan.

"Ya kita piknik bareng Syifa. Zaf udah telpon Syifa tadi," ujar Bundanya.

"Tau gini, Abang lanjut tidur, Bun" Alif memasang tampang kusut.

"Tidur aja yang dipikirin!" omel Ayahnya yang sedang mengisi bagasi mobil dengan barang bawaan mereka, "Bantuin sini!" perintahnya.

Hello Arshila!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang