Happy Reading..
Shila duduk terdiam disalah satu koridor bangunan serba putih yang khas dengan bau obat-obatan. Tatapannya terpusat pada selembar kertas yang sedang di genggamnya. Perlahan air matanya menetes membasahi rok pink pastel yang dikenakannya.
"Shil?" Shila mendongak menatap sendu pada Jonas.
"Kita harus pulang sekarang?" tanya Shila parau.
"Nggak, kita tunggu hasil pemeriksaan selanjutnya. Tante Fatma udah ngabarin kalo kita bisa bawa Ayah kesana untuk pengobatan."
Shila kembali tertunduk lesu.
.
.
Beberapa jam sebelumnya...Shila duduk di halte depan sekolah seperti biasa menunggu Jonas menjemputnya setelah mengantar Sesil. Sesekali ia memakan coklat yang di berikan Alif. Hatinya tiba-tiba dirundung rasa khawatir, maka ia memilih memakan coklat untuk meredakan rasa khawatirnya.
Ponselnya berdering, panggilan masuk dari Jonas bertepatan dengan Maman yang datang menghampirinya. Shila mengerutkan keningnya. Menatap Maman bergantian dengan ponsel di tangannya.
"Jonas ya?" tanya Maman, Shila mengangguk mengiyakan. "Angkat aja, bilang gue udah disini."
"Om nggak bisa jemput?"
"Emm...iya, yuk gue anterin." Shila manut saja tapi perasaannya semakin tidak nyaman ketika melihat ekspresi wajah Maman yang sulit ia artikan. Sedikit...muram? Entahlah, Shila tidak mau berspekulasi.
"Man, kok ke arah sana? Rumah gue 'kan disana." Shila mencondongkan badannya bertanya pada Maman yang belum mengeluarkan sepatah kata sedari tadi.
Merasa pertanyaannya di abaikan, Shila memilih diam dan duduk tenang. Maman tidak akan membawanya kabur ke tempat yang jauh 'kan? Ayah mempercayai Maman. Namun, perasaan tenangnya tidak berlangsung lama karena setelahnya Maman menurunkan Shila di depan lobi sebuah rumah sakit.
"Ngapain ke sini?" tanya Shila yang masih juga di abaikan Maman.
"Man?!" Shila menyentakkan tanggan hingga pegangan Maman pada lengannya terlepas.
Maman menoleh cepat, "Nanti gue jelasin, Shek." Maman menjawab tanpa ekspresi.
Shila merengut, sepanjang sisa langkah kakinya ia menggerutu. Gerutuannya terhenti ketika mendapati Jonas berdiri di salah satu ruang rawat.
"Om?"
Jonas menoleh, wajahnya muram seperti ada langit mendung yang mengganggu harinya yang cerah. "Thank's, Bro!" alih-alih menyapa Shila, Jonas malah berujar terimakasih pada Maman yang dijawab dengan anggukkan kecil oleh laki-laki itu.
"Kenapa disini, Om? Siapa yang sakit?" tanya Shila tidak sabaran.
Jonas tidak menjawab, ia menatap Shila sendu. Sesaat ia tampak berfikir lalu tangannya meraih tangan Shila, menarik keponakkan kesayangannya ke salah satu pintu ruang ICU.
Shila mengerutkan keningnya namun tak urung ikut menengok ke pintu kaca yang agak buram. Awalnya ia tidak yakin dengan apa yang dilihatnya..
"A...yah?" ujarnya lirih.
"Dokter bilang, ayah butuh istirahat total."
"Ayah sakit apa, Om?"
Jonas mengehela nafas berat, menjelaskan penyakit Arya pada Shila sama saja dengan menyiram cuka ke luka lama Shila. Sepertinya Arya memang cinta sehidup semati dengan Bubu, almarhumah kakak iparnya.
"Shila, nggak masalah 'kan kalo kita pulang?" tanya Jonas lirih.
Shila tertunduk dalam memikirkan keputusan yang paling baik dan paling mudah diterima hatinya. "Ayah akan sembuh kalo kita pulang?" tanya Shila dengan suara serak menahan tangisannya yang akan pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Arshila!
Fiksi RemajaKeduanya sering bertemu tanpa sengaja bahkan tidak menyadari pertemuan itu, hingga akhirnya salah satu dari keduanya menyadari pertemuan mereka yang terlampau sering. "Alif, nama gue Alif" -Alif Fardian "Hay, nama gue.....aslinya sih Shila, tapi yan...