R-R16: Berteman

4.3K 361 152
                                    

SUDAH hampir sebulan mereka dekat, hampir setiap hari mereka bertemu, hampir setiap hari mereka bersama, menghabiskan waktu berdua. Hal paling menyenangkan adalah saat pulang sekolah saat Regha mengajak Retta ke café ibunya, lalu membawanya ke rooftop yang berada di café itu.

Melihat matahari yang meninggalkan horizonnya di bagian barat. Itu adalah hal yang paling Retta suka, karena mengingatkannya pada masa kecil bersama kedua orang tuanya. Regha pernah bertanya padanya kenapa wajahnya terlihat bersinar hanya karena melihat sunset?

"Karena ketika gue melihat sunset, gue seperti melihat bayangan ibu gue lagi tersenyum."

Desakkan air mata tidak bisa di tahan meruntuh ke pipi, membasahkan bingkai kacamatanya.

"Gue kangen ibu." Retta tersenyum pahit, membiarkan air matanya yang terus turun, menetes satu-persatu, membasahkan pipi.

"Gue emang nggak tau gimana rasanya kehilangan orang yang di sayang." Kata Regha menatap Retta yang memeluk dirinya karena angin malam. "Tapi gue berusaha ngerti sama perasaan lo."

Regha menarik tangan Retta, membuat perempuan itu menatap matanya. "Lo nggak sendirian, sekarang ada gue. Mungkin lo pengen nangis karena satu orang yang lo sayang, tapi bagaimana sama puluhan orang yang pengen ngeliat lo tersenyum."

Menghapus jejak air mata di pipi Retta, Regha kembali melanjutkan perkataannya. "Salah satunya gue, gue lebih suka ngeliat lo tersenyum, karena perempuan akan selalu keliatan cantik kalau tersenyum."

Regha tersenyum, mempererat genggaman tangannya. Hanya karena hal kecil itu Regha berhasil membuat jantungnya berdetak tidak normal. Perkataan Regha sekaligus perbuatannya membuat Retta tidak bisa menutupi rasa bahagianya, Retta tidak menduga jika masih ada orang yang ingin melihatnya tersenyum.

Karena yang Retta tahu hanya, ayahnya, ibunya, dan Vera sahabatnya yang ingin melihatnya bahagia. Semua orang membencinya, tidak ada yang suka padanya.

Seluruh lamunan Retta buyar karena bunyi pesan line dari ponselnya. Retta yang tengah tengkurap di kasurnya, terpaksa mengulurkan tangan meraih ponselnya yag berada di nakas, sebelah tempat tidur.

Line dari Regha. Sudah hampir seminggu Retta tidak bertemu dengan Regha . Cowok itu tidak sekolah, karena pergi ke Singapura menjenguk saudaranya yang sedang sakit. Dan selama seminggu itu Regha tidak menghubunginya, mengirim pesan pun tidak.

Dan saat melihat pesan line dari Regha entah kenapa Retta merasa senang. Lalu dengan cepat dibalas pesan itu.

Regha.D: Lagi ngapain??

Retta.N: Lagi malas-malasan di tempat tidur. Tumben nge-chat?

Regha.D: Tumben blsnya cpet?
Nungguin chat dari gue ya.

Retta menggigit bibir bawahnya. Ketahuan sudah dia menunggu chat dari Regha. Besar kepala pasti cowok itu.

Retta.N: Enak aja! Ga tuh.
Ngapain nungguin chat dari lo.
Kerajinan banget.

Regha.D: Ngaku ajalah

Retta.N: Ga!

Regha.D: Hahahaha, oke-oke cuma bercanda. Gue cuma mau bilang bsok, gue nggak jadi pulang. Masih dua hari lagi di sini.

Membaca pesan itu, satu-persatu. Entah kenapa Retta jadi sedih. Waktu itu Regha bilang cuma seminggu di sana. Tapi tidak mungkin kan Retta memberitahu Regha jika dia sedih, bisa makin gila kepedean cowok itu.

Retta.N: Terus lo ngapain ngasih tau gue?

Regha.D: Ya takutnya lo udah kangen sama gue.

|1| For Regret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang