R-R5: Membeku

8.3K 647 199
                                    

Mungkin mudah memaafkan satu kesalahan tapi terlalu sulit membangun kembali rasa kepercayaan.

____________

MATAHARI sudah beranjak naik, memulai aktivitas pagi. Orang-orang sudah sibuk dengan keperluan paginya masing-masing, berangkat kerja, pergi ke sekolah dan ibu-ibu yang mulai merapikan rumahnya ataupun pergi ke pasar untuk berbelanja.

Pukul enam lewat sepuluh menit, Regha sudah sampai di sekolah, memarkirkan mobil jeepnya di parkiran. Dia datang pagi-pagi untuk memantau mading, melihat hasil objek dan review dari kelompok Farah.

Banyak anak-anak yang berlalu lalang di sepanjang koridor, berjalan menuju kelasnya masing-masing. Dan saat para perempuan menangkap sosok Regha yang sedang berjalan mereka menatapnya dengan memuja dan kagum secara terang-terangan lalu ada juga yang berani menyapa Regha yang dibalas senyuman kecilnya.

Regha sudah biasa jadi pusat perhatian dari dulu sampai sekarang, tapi kali ini berbeda, dulu ada satu perempuan yang berani melawannya, perempuan yang jelas-jelas tidak menyukainya. Di saat semua perempuan menatapnya dengan pandangan memuja, hanya Retta yang menatapnya seperti dirinya seolah wabah penyakit. Retta berbeda tidak akan ada perempuan yang seperti dia.

Regha berhenti berjalan, melihat Farah yang tengah memandang mading dengan pandangan menilai. "Lo udah selesai?"

Sontak Farah menoleh. "Ya udah selesai. Gimana menurut lo?"

Regha beralih melihat hasil kerja kelompok Farah. Kertas karton, tertempel banyak foto-foto pemandangan pantai dengan review-yang menjelaskan apa saja yang ada disana dengan letak lokasi. Persis kayak hasil kelompok lain. Tetapi ada perbedaannya yang kelihatan mencolok, tulisan review yang dibuat kelompok Farah, warna-warni.

"Itu nggak berlebihan?"

Farah menggeleng. "Nggak. Gue sengaja mewarnai tulisannya jadi warna-warni karena biar keliatan beda aja, dan juga gue yakin, mereka yang suka membaca berita di mading jadi semangat bacanya."

"Emang bagus sih." Komentar Regha beberapa detik kemudian setelah mengamati kembali hasil kelompok Farah, dia mulai berjalan meninggalkan mading dengan Farah yang mengikutinya di samping, menuju kelas mereka berdua. Kelas 11 IPA2.

"Ehm, Gha gue mau nanya?" wajah Farah terlihat ragu-ragu.

"Nanya tinggal nanya sih Far." Tanggap Regha santai.

"Emang bener ya ucapan temen-temen yang pernah satu SMP sama lo. Kalo lo itu sombong waktu SMP?"

Pertanyaan Farah yang menurut Regha sangat polos lantas membuatnya berhenti berjalan.

Farah jadi gugup karena tatapan Regha padanya. "G-gue ng-nggak bermaksud nanya kaya gitu, Gha. Gue cuma penasaran aja, kenapa-"

"Ucapan mereka bener." Sela Regha, melanjutkan berjalan lagi.

"Masa sih?" Farah tak percaya. "kayaknya gue nggak pernah ngeliat lo kayak gitu."

"Sifat orang kan bisa berubah seiring waktu. Mungkin dulu gue kayak gitu tapi kan sekarang udah enggak."

Farah memerhatikan cewek-cewek yang melihatnya tidak suka, siapapun perempuan yang berjalan di samping Regha pasti akan mendapat tatapan seperti itu. "Ada kekeliruan dalam ucapan lo, Gha. Bukan waktu yang merubah sifat seseorang tapi sebab."

Menoleh, Regha menatap Farah yang bergerak gelisah karena para perempuan yang duduk di depan kelasnya masing-masing, tapi Farah tetap melanjutkan ucapannya. "Pasti ada orang yang menyebabkan lo merubah sifat sombong lo itu, bener ucapan gue Gha?"

|1| For Regret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang