R-R44: Tempat Favorit

3.7K 303 166
                                    

PANCARAN lembut sinar mentari membelai pipi Retta yang termangu diam sambil menatap lalu-lalang kendaraan di dalam mobil. Dirinya masih tak percaya jika perkataan Regha tadi bukan gurauan.

Cowok itu sungguh-sungguh mengajaknya jalan hari ini. Setelah sebelumnya mengantarnya pulang untuk berganti baju. Dan kembali menjemputnya pukul setengah lima sore.

Tapi saat pertama kali membuka pintu mobil, Retta mengernyit memandang wajah Regha yang berubah masam, padahal tadi wajah cowok itu cerah-cerah saja. Ketika kepalanya menoleh ke bangku belakang, saat itulah Retta langsung mengerti penyebab wajah masam Regha.

Senyumnya pun mengembang, melihat malaikat kecil yang sudah duduk manis di sana. Gadis kecil itu menyengir lebar padanya. Menampilkan gigi susu putihnya.

Setelah memasang seatbelt, lantas Retta bertanya, kenapa Emilly ikut pergi bersamanya?

"Hari ini Mbak Nina ngambil cuti, di rumah nggak ada orang kecuali pembantu rumah dan supir gue. Ya, jadi terpaksa gue ajak dia, karena nggak mungkin Pak Wawan sama Bi Lastri yang jagain." Cowok itu pun menjelaskan.

Senyum Retta semakin mengembang lalu menepuk-nepuk pundak Regha seolah prihatin padahal wajahnya berbanding terbalik dengan kata simpati.

Dia justru senang dengan kehadiran Emilly di tengah-tengah antara dirinya dan Regha. Sebab hanya gadis imut itu yang bisa meramaikan suasana, dengan celotehannya. Seperti sekarang contohnya. Entah ke berapa kali perempuan kecil itu melontarkan pertanyaan yang sama.

"Bang Ega," panggil Emilly dia berdiri, lalu melongokkan kepala di samping Regha yang tengah fokus mengemudi. "Kita mau kemana sih?"

"Kamu nanya mulu!" kesal Regha, "Duduk aja yang manis."

Pipi Emilly menggembung, cemberut. "Lagian dari tadi, Milly nanya gak dijawab."

Anak kecil itu beralih pada Retta, dan bertanya. "Kak Retta tau kita mau kemana?"

Retta mengulas senyum kemudian menggeleng. Emilly semakin terlihat mengerucutkan bibirnya. Anak kecil itu kembali duduk manis di kursi belakang sambil memainkan boneka barbie yang dibawanya.

Meski begitu, bibirnya juga tak bisa mengatup rapat. Dia berceloteh riang, yang hanya dijawab gumaman oleh Regha.

Sesekali iris cokelat Retta melirik Regha yang tengah tertawa karena berhasil membuat adiknya cemberut atau sekarang yang tengah fokus mengemudi. Retta berusaha keras untuk menyingkirkannya, bahkan berniat membuangnya jauh-jauh. Tapi rasa itu selalu bisa menyelinap masuk dengan sendirinya, mengisi celah-celah kosong di sana, menggetarkan hatinya.

***

Entah berapa lama Retta tenggelam dalam pikiran, ketika mobil Regha akhirnya berhenti. Dia tersentak dan sontak langsung menjelajahi pemandangan sekitar.

Matanya lantas membulat. Di depan kaca mobil, dia melihat Villa besar, ada jalan setapak dari bebatuan yang akan membawanya menuju pintu utama.

Pohon-pohon besar yang menjulang tinggi, dan juga kolam ikan dengan air mancur yang menemani. Dia mengikuti jejak Regha yang turun mobil, kesejukkan udara di sekitar, langsung mengurung Retta, membuatnya merasa nyaman dan damai di sini. Dia tak dapat menyembunyikan rasa takjub yang membuncah di iris cokelatnya.

Cowok itu menurunkan adiknya. Dan Emilly langsung berlari-larian di halaman villa, tempat Regha memarkirkan mobilnya.

Gadis kecil itu terlihat gembira, sama sekali tidak ada rasa takut seolah tempat ini tidak asing lagi baginya.

Retta menoleh pada Regha yang berjalan meninggalkannya. Dia menghampiri seorang lelaki yang tengah menyapu halaman Villa. Lantas Retta mengikuti.

Regha menepuk pundak lelaki itu, hingga dia berjengit kaget. "Astagfirullah..." sebutnya. Dia mengusap dadanya. Sementara Regha tertawa.

|1| For Regret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang