R-R18: Jalan bersama

4.7K 364 161
                                    

SUDAH seminggu yang lalu saat satu sekolah dibuat geger karena berita tentang Regha dan Retta yang berpacaran. Selama seminggu mereka semua membicarakannya seolah-olah berita itu benar-benar di luar akal mereka.

Walaupun mereka bingung dengan berita itu, mereka tahu kedekatan Regha dan Retta berawal karena Regha yang memecahkan kacamata Retta, lalu merasa bersalah dan ingin meminta maaf.

Dan secara mendadak Regha menjadi cowok yang sangat baik pada Retta, menggantikan kacamatanya yang pecah dan juga menolong Retta saat terkena air kuah soto yang panas.

Awal menurut para perempuan di sekolahnya sangat romantis, dan bilang jika Retta sangatlah beruntung karena bisa berdekatan dengan Regha. Perempuan pertama yang berhasil menjadi pacar Regha.

Banyak perempuan yang berusaha mendekati Regha, tapi karena sikap Regha terlalu arogan, membuat mereka mundur satu persatu.

Gosip-gosip itu seperti api yang membakar sumbu, merambat dengan cepat. Dari satu orang berhasil membuat satu sekolah membicarakannya.

Meski status mereka berubah, hal itu tidak membuat Regha menjadi cowok romantis pada umumnya mengucapkan kata-kata manis saat berdua dengannya ataupun hal lain yang biasanya dilakukan cowok pada ceweknya.

Regha suka sekali membuat tensi darah Retta naik, meskipun begitu Regha ada cara tersendiri membuat Retta tersenyum ataupun tertawa.

"Gue nggak mau, Gha!" Retta terus merengek menolak ajakkan Regha, ajakkan yang menurut Retta bisa membuatnya pingsan mendadak.

"Lo lebay deh, Ta. Dia nggak akan makan lo kok." Wajah penuh keyakinan Regha, malah membuat Retta bergidik ngeri.

"Gue nggak mau, Gha. Pliss ... jangan bawa gue ke sana." Retta mengatupkan tangannya, sarat akan permohonan. "Gue, takut.."

Regha menghela napas. Hari minggu yang menyenangkan karena terbebas dengan tugas-tugas yang membuat siapapun pusing saat mengerjakannya. Oleh karena itu Regha mengajak Retta pergi ke Dufan untuk mengistirahatkan pikirannya sejenak dari soal-soal yang hampir saja memakan otaknya itu.

Tingkah Retta yang terus meronta-ronta saat Regha menarik tangannya ke arah hal yang dia takuti membuat semua orang disekitarnya memandang penuh rasa heran. Regha tidak peduli, tatapannya hanya pada Retta yang sekarang terduduk di aspal. Perempuan itu pasti ngambek karena Regha memaksanya tadi.

Ikut berjongkok di depan Retta, pandangannya meneliti wajah Retta yang memberengut, tangannya mengusap sudut matanya.

"Gitu aja nangis, kan gue cuma minta lo foto berdua sama badut."

Ya, Regha hanya meminta Retta berfoto bersama badut. Dan reaksi perempuan itu benar-benar di luar dugaan Regha perempuan itu berteriak menolak, lalu ketika tangan Regha menariknya mendekat pada badut itu, dia menjerit ketakutan. Apanya yang harus ditakuti dengan boneka besar yang berisi manusia di dalamnya.

Mendongakkan kepalanya, Retta masih memberengut kesal karena Regha tidak tahu seberapa takutnya dia dengan badut, menurut bayangannya badut itu menyeramkan. Bersembunyi di balik topeng lucunya tapi di balik itu semua ada sisi jahat yang sengaja badut itu sembunyikan untuk memerangkap mangsanya.

Retta tidak peduli pada orang yang mengatainya lebay. Dia tidak akan menghiraukannya, pokoknya menurut pandangan Retta badut itu menyeramkan. Titik.

"Lo nggak tau seberapa takutnya gue sama badut."

Tangan Regha mengusap air mata yang mengenai pipi gadis itu. "Maaf, udah jangan nangis. Malu tau diliatin sama orang."

"Biarin." Tekan Retta sambil membuang muka, mungkin kalau posisi Retta tidak tengah di landa kekesalan dan juga ketakutan yang jadi satu. Sepertinya dia akan sangat malu berada di posisi ini. Duduk dengan kedua lutut tertekuk, lalu menundukkan wajahnya.

|1| For Regret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang