R-R1: Ingatan Masa Lalu

27K 1.4K 315
                                    

Penyesalan itu membuatku sadar, bahwa aku butuh kehadiranmu disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penyesalan itu membuatku sadar, bahwa aku butuh kehadiranmu disini.

DEBURAN ombak yang menerjang batu karang, awan putih menggantung penuh keindahan, semilir angin yang terasa menyejukkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DEBURAN ombak yang menerjang batu karang, awan putih menggantung penuh keindahan, semilir angin yang terasa menyejukkan. Sepertinya dari penjelasan itu, sudah lebih dari cukup banyak orang beramai-ramai menghabiskan waktu di pantai.

Tetapi, pengecualian untuknya. Cowok jangkung dengan garis wajah yang terbentuk sempurna. Alis tebal yang mengukir, bibir tebal dan berwarna cerah, menambah kesempurnaaan seorang Arfaregha Dalfario.

Saat semua orang suka menikmati embusan angin laut.

Bermain pasir.

Menikmati matahari tenggelam dengan indahnya.

Keindahan ciptaan memang seharusnya dikagumi diam-diam. Namun, Regha justru membenci semua itu. Alasannya karena dari pemandangan ini ingatan Regha akan kembali melangkah ke belakang.

Ketika Regha yang bodoh, suka semena-mena, tidak tahu terima kasih, cowok arrogant ...

Sepertinya kata-kata itu tak cukup untuk mendeskripsikan bagaimana sosoknya yang dulu. Masih banyak lagi, kesalahan-kesalahan fatal yang telah dia lakukan. Terutama kesalahan yang membuatnya tak termaafkan. Membawa penyesalan yang amat dalam.

Regha menyesal. Tentu saja.

Rupanya dia terlalu larut memikirkan cerita usang, sampai tidak sadar oleh seseorang yang berdiri di sebelahnya. Tidak ada sapaan. Cuma raut datar yang terpasang di sana.

"Lo ngelamun?" Itu Arven, sahabatnya yang sudah sangat lama mengenalnya.

"Nggak." Regha membalas tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Seolah-olah memang Regha tidak melamunkan kenangannya.

Lengang sejenak sampai suara Arven terdengar, lagi-lagi mengatakan itu. "Sampai kapan, Gha? Sampai kapan lo mau kayak gini?"

Menoleh sejenak, Regha memilih menyibukkan diri dengan kamera yang menggantung di lehernya. Memposisikan kamera mendekat ke wajahnya, Regha sesekali mengatur aperture untuk mengatur cahaya yang pas untuk memotret lukisan indah dari Sang Pencipta. Lalu memutar ke bagian landscape.

|1| For Regret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang