R-R34: Kebenaran

4.3K 343 150
                                    

LANTARAN insiden Regha meninju Ragel tanpa alasan. Bu Bety, selaku wali kelasnya, melarang Regha mengikuti perjalanan selanjutnya menuju tempat wisata lain. Meski awalnya Bu Bety hendak mempulangkan Regha lebih dulu dibandingkan anak lain karena kekacauan yang dia ciptakan. Kalau saja Arven--anak kesayangan Bu Bety--tidak membujuknya. Mengatakan hal itu tidak akan terulang lagi.

Kalau sampai terulang, Arven yang menjadi jaminannya. Dia bersedia untuk di hukum. Karena tidak ingin membuang-buang waktu, pada akhirnya Bu Bety memaafkan. Dan terpaksa Regha bersama kedua temannya dipulangkan ke resort.

Walau begitu, Bu Bety tetap akan memberi Regha hukuman. Nanti, saat beliau sudah kembali dari perjalanan wisata hari ini.

Di atas ranjang sambil bersandar, Zion memangku gitar. Gitar yang selalu menemaninya untuk bersenang-senang. Sesekali dia memetik senar, dan matanya melirik Regha yang tengah duduk di sofa, ditemani beberapa kaleng soda.

"Ku tak bisa… jauh... jauh… darimu."

Zion bernyanyi. Tak peduli pada lirik yang seakan sedang menyindir sahabatnya itu. Dia terus bernyanyi dengan lirik yang sama sebelum berganti ke lagu lain.

"Mungkinkah… kita kan kembali bersama. Walau terbentang benci antara kita."

Dan dengan wajah bodoh dan ingin sekali ditampol, Zion mengganti lirik lagu itu dengan kata-katanya sendiri. Apalagi lirik yang cowok itu ganti benar-benar persis seperti keadaan Regha. Namun, Regha tetap tak acuh.

"Oh… mantan kekasihku. Jangan kau lupakan aku."

Ketiga kalinya, Zion bernyanyi. Dan melihat Regha yang masih saja bergelut dengan kaleng soda. Zion mendengus kesal.

"Lo nggak seru banget sih, Gha! Diam terus dari tadi," ujar Zion kesal.

Kepala Regha sedikit mendongak, membalas tatapan Zion dengan tajam. Dan kembali tak peduli, Regha meneguk kaleng soda ke-tujuhnya.

Tetapi, Regha sedikit tersentak saat ada yang menarik kaleng soda yang diteguknya. Ternyata Arven. Cowok itu menatap Regha datar. Lalu menghela napas.

"Anak-anak udah balik," ada jeda sebentar. Arven melanjutkan. "Bu Bety minta lo untuk ketemu sama dia."

Regha mengangguk, dan perlahan bangkit berdiri. Arven menahan bahu Regha saat melihatnya ingin melangkah.

"Mungkin hukuman lo akan berkurang kalo lo minta maaf sama Ragel, Gha." ucap Arven memberitahu.

Dengan pelan-pelan, Zion meletakkan gitar miliknya di samping ranjang. Dan terfokus pada kedua temannya itu.

Perkataan Arven tak Regha acuhkan dia kembali hendak pergi. Dan sekali lagi, Arven memegang bahunya. "Gue serius, Gha."

Regha mendelik tajam pada Arven. Yang dibalas dengan wajah seriusnya. Arven sama sekali tidak goyah dengan tatapan Regha, dia terbiasa dengan sikap Regha yang keras kepala.

"Jadi lo lebih mihak dia?" Terdengar suara datar Regha.

Arven menghembuskan napas pelan. Dia menggeleng. "Gue nggak mihak siapapun di sini. Ini sepenuhnya salah lo, Gha. Ragel nggak ngelakuin apapun ke lo. Dan gue harap lo ngerti."

Ketegangan yang tercipta di sekelilingnya membuat cowok berambut acak-acakkan itu hanya bisa mengatup bibirnya. Zion melirik Regha dan Arven bergantian, tak mengatakan sepatah kata pun.

Mata hitam itu sudah mulai menyala-nyala karena emosi. "Gue tau ini salah gue. Tapi apa lo tau gimana rasanya saat ngeliat orang yang lo sayang sama cowok lain."

Arven mendengus, dia lelah dengan sikap Regha yang semakin keras kepala. "Kalo gue jadi lo, gue nggak akan ngelakuin itu. Apalagi mengingat status antara lo sama Retta. Mungkin lo nggak masalah kalo lo nonjok Ragel karena lo cowoknya. Tapi, sekarang kan hubungan lo sama Retta hanya…"

|1| For Regret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang