4.

28 5 0
                                    

  Angkasa menatap gadis yg terbaring lemah dikasur rumah sakit. Sudah seminggu gadis itu tertidur tanpa membuka matanya sedetik pun.

"Tar, lo gk capek apa tidur terus? Gue aja yg liat capek Tar" gumam Angkasa

"Lo gak kangen sama gue? Gue aja kangen sama lo. Lo udh seminggu gk sekolah. Lo kan paling gk suka kalo ketinggalan pelajaran Tar"

"Gue mohon sama lo Mentari,bangun
Sekarang gue mohon." Mohon Angkasa

"Maaf gue bikin kembaran lo pergi dari samping lo"

"Maaf gue gk bisa jaga lo"

"Gue bodoh!gue brengsek!gue kejam!"maki Angkasa untuk dirinya sendiri

Tes..
Setitik air mata jatuh dipunggung tangan Mentari. Angkasa menangis, ia merasa bersalah.

Angkasa merasakan tangan yg ia genggam itu bergerak. Ia mengangkat kepalanya,melihat Mentari yg juga menangis. Pelahan mata gadis itu terbuka. Mentari sadar.

"Tar lo udah sadar?" Pertanyaan yg tak bermutu itu keluar dari mulut Angkasa. Menyambut Mentari

Mentari tersenyum
"Pertanyaan lo gk bermutu Sa" jawab Mentari lemah.

"Kan gue bermaksud untuk memastikan lo beneran sadar apa nggak." Ucap Angkasa lagi

"Gue panggil dokter dulu" pamit Angkasa dan beranjak keluar kamar

  Hening. Mentari bingung,kenapa Angkasa yg menjaganya?Kenapa bukan Rain, kembarannya?

"Mungkin Rain capek jadi digantiin Angkasa" ucap Mentari meyakinkan dirinya sendiri

"Tau ah.Pusing gue" ucap Mentari pasrah

  Tak lama kemudian Angkasa datang bersama seorang dokter.

"Apa kamu pusing?" Tanya dokter setelah memeriksa Mentari

"Sedikit dok"

"Jangan terlalu banyak pikiran"

"Iya dok"

"Kalau begitu saya permisi dulu. Pesan saya km jangan banyak gerak dulu. Istirahat yg cukup, kamu akan segera dipindahkan keruang rawat biasa" kata dokter bernama Fahri

"Baik dok. Terima kasih"

Setelah itu dokter Fahri meninggalkan Angkasa dan Mentari berdua.

  Canggung. Mentari takut untuk memulai obrolan. Angkasa juga bingung harus berbuat apa.

"Lo masih pusing?" Tanya Angkasa mencairkan kecanggungan

"Udah enggak kok. Gue boleh nanya?"

"Satu pertanyaan 100 juta" jawab Angkasa sok serius

"Ishhh. Gak jadi nanya" jawab Mentari dengan wajah cemberut

  Angkasa terkekeh melihat Mentari cemberut. Angkasa mendekat, menatap Mentari lekat.

"Lo mau nanya apa? Gue pasti jawab kalo gue tau jawabannya." Ucap Angkasa lembut

Mentari tak bergeming. Ia masih sebel dengan Angkasa.

"Lo ngambek? Gue cuma becanda tadi. Lo jangan ngbek sama gue, seminggu gue cemas sama keadaan lo. Gue kangen sama lo" ucap Angkasa jujur, dengan posisi masih menatap Mentari. Tangannya menggenggam tangan Mentari erat.

  Mentari menghela nafasnya berat.

"Gue gk marah kok. Thanks udah jagain gue" kata Mentari menenangkan Angkasa

"Lo tadi mau nanya apa?" Tanya Angkasa

"Hmm.. kenapa lo yg nungguin gue? Rain kemana?"

Deg

~~~~~

    Disisi lain seorang gadis masih terbaring lemah. Banyak sekali perban ditubuhnya, beberama selang medis masih terpasang disana. Wajanya pucat, badannya kurus.

  Seorang wanita cantik berdiri disebelah brangkar dimana gadis itu terbaring. Ia menatap gadis didepannya. Tatapan yg menyiratkan ada luka disana.

"Kamu gak capek nak? Kenapa kamu sendiri? Dimana keluargamu?" Tanya wanita itu. Dia Anisa

"Tante tau kamu anak yang kuat. Tante harap kamu segera sadar"

"Tante pulang dulu. Kamu cepat sembuh ya." Ucap Anisa lalu mencium kening gadis itu.

  Setelah itu Anisa pun keluar dari ruang ICU, tempat dimana gadis itu dirawat. Gadis yang tak lain adalah Rain. Rainy Afsheena Putri.

"Suster saya pamit dulu,jika ada apa-apa telgon saya" kata Anisa pada seorang perawat.

"Baik bu"

  Anisa keluar menuju keparkiran. Masuk kemobilnya dan melajukannya dengan kecepatan sedang.

  Sesampainya disabuah tempat, ia melangkahkan kakinya kesebuah makam bertuliskan nama Kayla Anggraini. Anisa menatap nanar makam didepannya. Ia meletakkan rangkaian bunga di makam putrinya.

"Maaf, mama terlambat menyadarinya Kay, maaf mama gk bisa jadi ibu yg baik buat km. Andai mama punya kesempatan untuk memperbaiki kesalahan mama. Andai km bisa bertahan lebih lama. Mama ingin mengukir kenangan bersamamu Kay."

"Putri mama cuma km Kay. Mama sayang kamu Kay"

  Anisa menangis. Ia menyesal, karena tidak bisa menjadi ibu yg baik untuk putri semata wayangnya.

"Mama pamit pulang dulu ya Kay."
Ucap Anisa

"Assalamu'alaikum Sayang"

  Anisa kembali melangkahkan kakinya menuju mobil.

-----

Ada yg mau nebak alur cerita ini?
Gak ada ya? yaudah deh gapapa
Yang penting jangan bosen sama cerita ini ya? Walaupun ceritanya makin ngawur hehehe

Jangan lupa vote & commentnya ya

Seperti Langit dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang