12.

27 3 1
                                    

  Mentari dan Angkasa terpaku melihat Pelangi yang masih setia memandangi kepergian Langit. Mereka memang melihat semuanya. Dari saat Pelangi mendekat kearah Langit hingga saat ini.

          -----Flashback-----

"Lo yakin Langit ada disini Sa?"tanya Mentari saat mereka sampai disebuah cafe.

"Insting gue sih bilangnya gitu"

Plakkk

"Sok banget lo bawa-bawa insting"

"Yakan kali aja gue bener, gini-gini gue juga kembarannya. Siapa tau kontak batin kita masih terhubung."

"Lo kira koneksi internet terhubung, kuota aja jarang punya."

"Anjay, tau aja lo."

"Apasih yang nggak gue tau tentang lo"

"Cieee stalkerin gue."

"Dih... pede gile"

"Nggak usah malu-malu. Akuin ajalah"

"Auk ahh... hayati lelah"

"Dih alay lo"

"Bodo am-"
"Kak Pelangi?" Refleks Mentari saat melihat Pelangi. Ia baru akan melangkahkan kakinya ke tempat Langit dan Pelangi berdiri, namun Angkasa mencagahnya

"Disini aja. Nggak usah kesana!"

"Kenapa?" Tanya Mentari

"Ngrusak suasana." jawab Angkasa ngawur

"Oh.."

                -----Flashback and-----

  Mentari dan Angkasa mendekat kearah pelangi.

"Kak Pelangi?"panggil Mentari.

   Pelangi menoleh sambil menghapus air matanya. Ia terkejut akan kehadiran Mentari dan Angkasa. Tetapi ia tetap berusaha agar terlihat baik-baik saja.
"Eh... Mentari,Angkasa kalian ngapain?"

"Kak yang sabar ya, Tari yakin kakak bisa dapetin cowok yang lebih baik dari Langit."kata Mentari sambil memeluk Pelangi

"Gue selalu sabar kok Tar. Bukannya emang dari dulu gue tetep terabaikan oleh Langit? Jadi gue udah terbiasa kok." Jawab Pelangi diiringi senyum getirnya

"Gue minta maaf atas perlakuan Langit ke lo ya Ngi." Sahut Angkasa. Angkasa yakin hati gadis didepannya ini sedang mendung. Dan penyebabnya adalah Langit, kembarannya.

"Sans aja, itu bukan salah Langit kok. Disini gue yang salah karna udah maksain kehendak gue."balas Pelangi

  Angkasa maupun Mentari terdiam. Tak bisa dipungkiri, apa yang barusan dikatakan Pelang memang benar. Hati Langit masih milik Rain dan Pelangi nggak bisa maksa Langit untuk membalas perasaannya.

"Ya udah kalo gitu gue duluan ya? Ada janji sama temen." Pamit Pelangi menyadarkan Mentari dan Angkasa dari lamunan

"Oh iya. Hati-hati Kak."jawab Mentari

                         ☆☆☆☆

    Sesampainya dikamar, Rain menjatuhkan tubuhnya dikasur king sizenya. Hari ini terlalu melalahkan, bukan hanya fisik tapi juga pikirannya. Ia mendongak menatap langit-langit kamarnya. Saat ini hatinya dilanda rasa bingung. Diisatu sisi ia ingin mengungkapkan semua yang ia ketahui, tapi disisi lain ia takut jika apa yang ia ungkapkan malah menyakiti perasaan Anisa dan Adit, orangtua angkatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seperti Langit dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang