5.

25 3 0
                                    


"Hmm.. kenapa lo yg nungguin gue? Rain kemana?"

Deg

  Angkasa bungkam. Ia bingung apa yang harus ia katakan pada gadis didepannya ini.

"A..annu...iitu.."

CKLEK. Suara pintu terbuka,refleks Mentari dan Angkasa menoleh.

"Maaf kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat mawar" kata salah satu suster

"Baik sus"

    Saat mentari dipindahkan keruang rawat, Angkasa memilih menelfon mamanya.

"......"

"Waalaikumsalam ma"

"......"

"Mama kerumah sakit sekarang ya?"

"......"

"Mentari nggak apa-apa kok ma. Tapi.."

"......"

"Mama tenang duluu,Angkasa belum selesai ngomongnya"

"......"

"Mentari udah sadar, dia dipindahin keruang Mawar. Dan tadi Mentari nanyain Rain"

"......"

"Iya,Angkasa tunggu. Tapi mama kesini sama siapa?kan Langit lagi sakit?"

"......."

"Tumben papa udah pulang?"

"......."

"Yaudah mama sama papa hati-hati. Angkasa tutup telfonnya. Assalamualaikum"
~~~~~

  Ditempat lain. Anisa duduk diranjang yg dulu tempat tidur putrinya. Tangannya memegang buku diary milik almarhumah putri semata wayangnya, Kayla Anggraini. Sesekali tangannya mengusap air matanya. Tangisnya semakin deras ketika ia membaca lembaran terakhir yg bertuliskan harapan terbesar putrinya.

Satu harapan terbesar Kay untuk mama
   Jika suatu hari nanti mama mempunyai putri lagi. Kay harap mama bisa menyanginya setulus hati mama. Karena Kay nggak mau orang lain merasakan luka yg sama dengan Kay.

  Anisa memeluk buku diary itu erat seakan-akan ia memeluk putrinya. Ia belum bisa menerima kenyataan bahwa putrinya sudah tiada. Ia menyesal karena ia tak pernah mengetahui tentang penyakit yg diderita putrinya. Anisa terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai wanita karir. Begitupun suaminya yg juga sering pergi keluar kota bahkan keluar negeri.

"Mama janji Kay,mama nggak akan mengulangi kesalahan yg sama. Maafkan mama nak. Mama nggak bisa jadi ibu yg kamu impikan."ucap Anisa disela tangisnya

"Mama sama papa minta maaf gak pernah ngasih perhatian ke kamu, sering ninggalin kamu dirumah sendiri. Mama gk pecus jadi mama kamu Kay"gumamnya lagi

  Tanpa Anisa tau seorang lelaki sedang memperhatikannya diambang pintu. Wajahnya terlihat lelah, matanya menyiratkan luka dan penyesalan. Dia adalah Aditya Anggara,suami Anisa. Tak jauh berbeda dengan Istrinya,Adit juga menyesal dan merasa gagal menjadi seorang ayah. Ia hanya menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Dulu ia mengira, dengan banyak uang ia bisa mencukupi dan membahagiakan anaknya. Saat Adit menyadari bahwa putrinya tak hanya membutuhkan uang tapi juga kasih sayang dari kedua orangtuanya. Namun terlambat. Kembali ia mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
----
"Pa?" panggil Anisa pada suaminya

Seperti Langit dan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang