Aku Tanpamu

33 0 0
                                    

Satu minggu Nana tak menginjakkan kaki kesekolah. Nana lebih memilih mengurung diri dikamar tidur sepanjang hari.

Menangis setiap kali mengingat hari hari bersama Yovan.Malam sering berteriak histeris dalam tangis.

Hari hari kelanjutan ini seakan kelam.Aku tak ingin menatap pagi , hanya ingin tidur menyendiri dikamar , dan menahan pilu.

Selalu bertanya,

"kenapa Yovan tinggalin Aku?Lantas bagaimana Aku harus menghadapi hari esok?"

Aku hanya ingin tidur, berharap setiap tidur Yovan hadir dalam mimpiku.Berharap semua ini tetap hanya mimpi saja.

Malam malamku penuh tangis. Ibu yang selalu menemaniku, memberi penghiburan.Aku tak ingin bertemu siapa siapa, Aku hanya ingin menyendiri dalam kesedihan.Tak ada satupun orang yang bisa membuatku melepaskan tangis dan kesedihan.

Hingga, akhirnya,Om Nana,yaitu adik bungsu ibu datang berkata,

"Na, kamu tak bisa begini terus. Masa depan kamu masih panjang. Lihat Ibumu yang juga merasakan lebih daripada yang kamu rasa?Kamu adalah harapan orangtua ini.Ini sudah jalan yang harus kamu lalui.Bangkit Na, jangan cengeng!! Dia juga bakal sedih melihatmu seperti ini, tak baik buat dia jika kamu menangis terus"

Itulah sebuah kalimat yang bisa membuatku mulai menyimpan rasa pilu untuk Ibu.

Nana pun bangkit untuk Ibu

Keesokan harinya aku bertekad untuk menghadapi sebuah kenyataan, bahwa harus bisa sendiri menghadapi hari harinya tanpa Yovan lagi.

Sesaat memasuki kelas,kelas hening tiada seriuh biasanya.Kulihat teman teman sekelas masih berada pada suasana duka.Tenang, senyap. Aku duduk perlahan dibangku,Alfa mendekat dan berkata,

"Hai apakabar? Sudah baikan?"

Aku hanya mengangguk dalam pilu,tak kuasa menahan air mata yang tiba tiba tumpah begitu saja...

Alfa kemudian menjauh,tak ingin menganggu Nana.

Hari berganti hari. Aku mencoba bangkit dari kesedihan. Disana ada teman teman yang merasa bahwa kini perlu menjagaku untuk Yovan.Mendadak teman laki laki sekelas menjadi bak saudara dan perhatian padaku.Alfa juga sesekali dengan tingkah kocaknya mampu mengusir rasa sedih ini.Meski terkadang kurasakan sedikit semilir angin disamping bangkuku, aku merasa Yovan ada disampingku.

Sengaja bangku sebelah kukosongkan.

Aku mulai membuka pergaulanku.beberapa teman wanitaku pun menjadi lebih baik denganku.Aku mulai dekat dengan Lala, Rike, Eko, dan Rifa yang sempat jarang bergaul dengannya lagi karena hubunganku dengan Yovan.

Sebulan,duabulan, hingga akhirnya setahun bisa dilewati.Yovan rutin beberapa kali hadir dalam mimpiku, mengabarkan keadaan Dia disana,menceritakan apa yang dia lakukan disana, menunjukkan rumahnya yang baru, dan ketika aku sakit Yovan selalu datang untuk membelai ku.Mungkin itu hanya sebuah khayalan ku saja, tapi itu seperti nyata bagiku.

aku sudah mulai terbiasa dan menata hati dengan seiring berjalannya waktu. Jika Aku rindu Yovan, hanya perlu menagis dalam di malam malam yang tak diketahui Ibu,karena aku tak ingin membuat Ibu menjadi resah.

Penyembuh luka itu memang hanya waktu, Kini aku mulai bisa menikmati hari hari di sekolah tanpa kehadiran Yovan.

Aku Kamu dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang