8 - Sorry

78 7 0
                                    

Hpku berdering tanda pesan masuk.
Aku mengecek hp ku dan ternyata ada pesan WA.
[Kak Ivan : Lo dimana?]
"Mampuussss gue!" seruku melihat pesan masuk dari kak Ivan.
"Kenapa Gitt?" tanya Riska panik.
"Kan gue ada janji sama kak Ivan yaampunn kok bisa lupa sii ga ngabarin kak Ivann!" aku kebingungan memegangi handphone ku.
"Kokk bisa lupa si Gitt? Terus dia dimana?"
"Gue udaah khawatir sama Barra kepikiran Barra daritadi jadi lupaaa. Gatau kayanya sih masih di sekolah ini dia nanya gue dimana"
"Yaudah lo malah diem aja buruan susulinn gaenak lah sama kak Ivan, lo jelasin semuanya biar ga salah paham" ujar Riska.
"Yaudahdeh gue ke sekolah dulu ya"
"Mau gue temenin ga?" tawar Riska.
"Gausah deh ini masalah gue, biar gue aja yg urus" jawabku.
"Yaudah lo ati ati ya awas aja sampe kenapa kenapa"

Aku tak menghiraukan perkataan Riska aku segera mengenakan helm dan melaju dengan motorku. Aku panik, bingung harus bagaimana, kak Ivan pasti marah. Baru saja panikku akan Barra hilang, kedua kali aku dibuat panik lagi huhh.

***

"Gue yang bego apa gimana sih nungguin cewe itu hampir 2 jam dan dia gajelas dimana. Gue chat ga bales. Ngapain coba gue nunggu dia se lama ini mending gue balik ahh shitt! "
Ivan kesal sendiri karna sudah hampir 2 jam dia menunggu Gita, namun Gita tak juga datang.Akhirnya Ivan membereskan gitarnya dan memutuskan untuk pulang saja.
Tapi tak lama ada suara yang memanggil Ivan dari belakang, ternyata itu Gita.
"Kak Ivann!" teriak Gita dari jarak yang agak jauh.
"Heh, kemana aja dia baru dateng ga mikir apa gue nunggu dia gajelas gini.nyesel gue" gumam Ivan dalam hati kesal. Dia hanya menengok dan melirik Gita datar itupun tak sampai semenit lalu kembali membereskan gitarnya.

***

Setelah sampai disekolah, aku memarkirkan motorku dan berlari menuju atap sekolah.
Benar saja kak Ivan masih disana sedang membereskan gitarnya dan sepertinya ia ingin pulang.

"Kak Ivann!" teriakku dengan nafas terengah engah berlari secepat mungkin untuk menemui kak Ivan.
Kak Ivan tak memperdulikanku tetap membereskan gitarnya. Kak Ivan menggendong tas gitarnya Dan berjalan ke arahku.
"Lo kemana aja? Hampir 2jam gue nunggu lo disini sendirian kaya orang ilang. Kalo lo gamau latihan bilang. Klo gini, lo ngerjain gue namanya"
Ia berbicara tepat disebelahku tanpa melirik sedikitpun ke arahku seperti berbicara dengan angin.
"Maafin gue kak tadi pagi Riska bilang Barra kecelakaan, gue panik. Pulang sekolah gue langsung kesana, gue lupa kalo hari ini latihan, jadi gue ga kabarin lo, maaf kak" aku menunduk.
"Oh" singkat, jelas, dan padat. Lalu kak Ivan pergi meninggalkanku.
Hati Ivan tambah menggebu setelah tau bahwa Gita lupa dengan nya.. Eh latihan gitar dengan nya karena Barra.
"Kak tunggu! " aku mengejar kak Ivan dan menarik jaket yang dipakainya.
"Kak maafin guee, ayok kita latihan atau besokk yaa maafin gueee.. " rengek ku seperti anak kecil minta permen.
"Gue udah ga mood"
"Kak maafin gu.." belum selesai aku bicara kak Ivan memotong perkataanku.
"Lepasin" sentak kak Ivan.
Dengan terpaksa aku melepaskan tanganku yang menarik jaket kak Ivan.
Kak Ivan meninggalkanku sendiri disana.
Tak lama aku menyusul kak Ivan turun ke bawah.
Dari jarak yang agak jauh aku memperhatikan kak Ivan di parkiran.Aku berhenti disana, sengaja memberi jarak dengan kak Ivan.
"Huhh.. Kak Ivan maafin gue" kataku bergumam sendiri menatap kak Ivan dari kejauhan.

Kak Ivan pergi melaju dengan motornya meninggalkan parkiran sekolah. Setelah ia pergi, tinggal aku sendiri di halaman sekolah. Karena sekolah sudah sepi, (sesepi hatiku), lantas aku pun menyusul ke parkiran untuk kembali ke rumah juga.

----

Ketika sampai rumah, aku memarkirkan motorku lalu masuk dan langsung menuju kamarku.
Aku merebahkan tubuhku di kamar masih menggunakan sepatu dan seragamku.
"Kok gini banget sih, kelar masalah satu dateng lagi satu." gumamku dalam hati menatap ke langit kamarku dengan tatapan kosong.

"Namanya juga hidup, wajar banyak masalah, kalo banyak cucian ya laundry. Udah jalanin aja. Yang penting jangan sembunyi dari masalah itu. Sesulit apapun masalahnya hadapin aja, karna sesulit sulit nya masalah pasti ada jalan keluarnya"
Tiba tiba di otak ku terlintas kalimat itu. Ntah siapa, mungkin angin yang menyampaikan. Atau... bisikan malaikat baik di atas pundak sebelah kananku hihi.

***

Malamnya.
Aku duduk diatas kursi depan meja belajarku sambil memegangi handphone ku.

"Gue telfn aja kali ya kak Ivan buat minta maaf, eh tapi ntar gue jadi grogi ngomongnya. Atau, Sms aja ya.. Tapi apa mungkin dibales"
Gita mengetik sebuah pesan di handphone nya.
[Kak Ivan, maafin gue ya. Gue janji ga bakal kaya tadi lagi]
Tetapi aku berubah fikiran dan menekan tombol delete di handphone ku.
"Ihh ngga ngga gausa sms deh.. ,eh gimana yaaa"
Aku mengetik lagi pesan yang sudah ku ketik tadi. Sama persis.
Hampir 4x aku mengetik pesan itu lalu menghapusnya lagi.
Untuk kali ke 5, akhirnya aku menekan tombol send di handphone ku. Pesan nya pun terkirim ke kak Ivan.

5 menit..
10 menit..
15 menit..
Tak juga ada balasan pesan dari kak Ivan. Sampai akhirnya aku tertidur. Lebih tepatnya ketiduran. Masih dengan posisi duduk, kepala dan tanganku diatas meja sambil memegangi handphone.
30 menit kemudian handphone ku berdering tanda pesan masuk. Aku yang mendengar nada dering dari handphone ku tak sengaja terbangun.
"Loh ya ampun ketiduran" kataku sambil mengucek mata ku.
Lalu aku mengecek handphone ku dan berharap pesan masuk nya adalah dari kak Ivan.

[ Barra : Makasih ya Git udah jengukin tadi hehe]
Ternyata pesan masuk nya adalah dari Barra. Aku agak sedikit kecewa. Meskipun begitu, aku tetap membalas pesan itu.
[ Gita : Iya Barr, sama sama hehe]
[ Barra : Yaudah lo tidur gih udh malem, byee]
Aku hanya tersenyum membaca balasan pesan dari Barra.

"Huhh, gimana ya cara minta maaf sama kak Ivan.., kan bener pasti ga dibales"
Gumamku berbicara sendiri.
Udah ah pusing mending gue buka instagram aja lah, refresh otak.
Aku membuka akun instagram ku, dan tiba tiba terbesit di otakku untuk mencari akun instagram milik kak Ivan.
Yapp akhirnya ketemu.
"Ivan Nugraha" kataku membaca nama lengkap kak Ivan yang tertulis di akun nya. Foto profil nya adalah foto kak Ivan, makanya aku tau bahwa akun itu miliknya.
"Gilda banyak juga followers nya, yaiyalah cogan wajar aja. Dia juga kan tenar di sekolah"
"Follow gaa ya.. Gausa deh tensin kali.gue stalk aja ah" aku melihat foto foto kak Ivan di akun Instagram nya.
"Eh awas hampir aja kepencet tanda love" Secret stalker haha.
"Ternyata dia doyan makan ya haha mayan banyak juga foto makanannya, eh.. Jago masak bukan doyan makan. Anjir udah ganteng, jago main gitar, jago nyanyi, jago masak juga.. Idaman." gumamku sendiri.
Aku melihat lihat komentar di salah satu foto makanan yang dipost nya.
"Masak mulu ga bosen tah, sekali sekali kek dimasakin"
"Mau dong dimasakinnn 😍"
"Makanan favorit kakak apa ya?"

"Nsi grng" Kak Ivan membalas salah satu komentar di fotonya.

Terlintas di otakku, untuk membuatkan kak Ivan nasi goreng sebagai permintaan maaf ku.
"Ohiya! Gue buatin aja ya kak Ivan besok nasi goreng buat tanda maaf"
Aku tersenyum puas karna sudah menemukan cara untuk minta maaf dengan kak Ivan. Lalu aku pun tidur karena besok harus bangun pagi untuk menyiapkan nasi goreng spesial buat kak Ivan.

Aku kamu dan IlusikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang