Lalu aku dan Riska meninggalkan kelas dan menuju parkiran.
"Huh Nasi goreng specialku gagal" gumam Gita dalam hati.***
Malam hari nya.
Aku mengambil gitarku yang tergantung di dinding kamarku. Mencoba memainkan nya, memetik senar demi senar nya. Bait per bait aku nyanyikan diiringi petikan senar gitarku. Indahh yaa dengan vokal ku yang cukup merdu ditambah alunan gitar yang mulai fasih menghiasi malam yang tenang seperti ini. Tapi tidak untuk bait terakhir. Aku mencoba nya berulang kali tetap saja suara petikan gitar nya masih fals. Tiba tiba aku kepikiran kak Ivan. Andai kemarin aku latihan dengan nya, pasti sekarang aku sudah mulai mahir memainkan gitar nya dari awal sampai akhir.
"Ais gimana ini, besokk kan tes nya,bait terakhir aja masih jelek gini main gitar nya. ah bodoamaatt!"
Aku meletakkan gitar ku di sebelah meja belajarku. Mengambil handphoneku lalu menjatuhkan tubuhkan di kasur membentuk Bintang.
"Ahh cape guee mikirin dia muluuuu mana main gitar masih berantakan"
Lalu aku mengecek hp ku. Kosong. Tak ada notif pesan atau telfn masuk dari siapapun.
"Sepiii hp gue udah kaya kuburan, dah ah tidurrr aja"
Aku meletakkan handphone ku di meja sebelah tempat tidurku. Mematikan lampu dan menghidupkan lampu tidur light tumblr ku ala anak anak tumblr kekinian. Menarik selimut dan sejenak memikirkan kak Ivan. Hingga beberapa menit, aku pun tertidur lelap.Keesokan paginya.
"Sayang bangunnn.. Udah hampir jam setengah tujuh" mama membangunkan ku sambil menggoyangkan tubuhku dan menarik selimutku.
"Ah gamauu maa.. Mager masih ngantuk" tolakku menarik kembali selimutku dan berbalik arah membelakangi mama.
"Kann kumatt, oke kalo gitu pesenan baju kamu mama cancel aja" ancam mama.
"Apa maaa? Iyayaa enggaa bangun deh ini bangun.." Terpaksa aku bangun, jika tidak mama membatalkan pesanan baju baru ku yang sedang trend dan ituuu sangatt merugikaaan. Huh mama memang paling tau senjata untuk mengancam ku. Padahal aku sangat sangaat dan sangatt malas hari ini berangkat sekolah, karena hari ini ada tes musik dan permainan musik ku belum terlalu lancar ditambah harus bertemu kak Ivan dengan tatapan sinisnya yang akan memperburuk moodku.Di sekolah.
Aku datang cukup siang ke sekolah, hampir saja gerbang ditutup, untung saja aku sempat masuk terlebih dahulu jadi aku tidak telat. Hari ini mama mengantarku karena aku tidak bisa jika membawa gitar sambil membawa motor sendiri.
Aku menuju kelas sambil membawa gitarnya dengan langkah lemas.
Aku masuk kelas dan herannya anak anak kelas menatapku dengan tatapan aneh. Ada apa?
"Cieeeee! Apaan tuh diatas meja.. Dari secret admirer yaa mbaa haha" sapa Riska mengagetkanku.
"ihh Riska ngaggetin ajaa! Apaan sihh.. " karna penasaran, aku menuju mejaku dan mengabaikan Riska.
"Lohh, inikan paper bag yang gue Kasih ke kak Ivan" gumamku dalam hati.
Aku melepas tas ku dan meletakkan di bangku ku. Kemudian duduk dan cepat cepat membuka paper bag nya. Yap isinya kotak nasi ku, dan tunggu.. Dibawahnya ada surat dan.. Coklat!
Aku membuka suratnya dengan hati hati. Begitu lebar kertasnya, tetapi isinya hanya secuil."Iya maafin gue jg, gdluck test nya"
Aku membacanya lalu teriak teriak dan loncat loncat kegirangan sambil memegangi surat dan coklatnya.
"Yeeeee! Yuhu.. Yuhu... Yeyeye lalala!! Yeeee!"
Satu kelas diam menatapku aneh dan aku baru tersadar kalau aku dikelas dengan ramai orang, aku pun langsung kembali duduk dan merapihkan baju ku yang sedikit acak acakan karna loncat loncat.
Riska menghampiriku, tiba tiba ia memegangi jidadku seperti dokter yang sedang memeriksa pasiennya. "Lo sehat kan? " tanya Riska.
"Sehaaat lahhh" kataku sambil tersenyum ceriaaaa.
"Lo kenapa si? Kemaren betee banget kayanya, sekarang seneng banget kaya org gila gitu"
"Gppaa.. Intinya kak Ivan udah maafin gue dann inii coklat dari diaaa hehe"
"Ciahelah pantes girang kaya org gila hhaa"
"Tapii.. Gue belum bisa main gitar yang lagu bait terakhir Ris, mana hari ini tes nya lagi" wajah riang ku kembali murung seperti awan yang cerah didatangi hujan dan mendung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku kamu dan Ilusiku
Teen FictionLo itu Ilusi gue, tapi sampe sekarang gue belum tau Ilusi ini bener nyata atau semu. -Gita Bahkan lo ga pernah sadar ttg perasaan gue, dan seharusnya gue yang sadar kalo lo cuma ilusi. -Barra