"Gitt gawatt!" kata Riska dengan nafas terengah engah tak sempurna.
"Kenapaa Ris? Ngomong yang jelas jangan setengah setengah udah kaya perasaan doi aja setengah setengah"
"Ihh lo malah curcol! Ituu si Barraaa"
"Barraa kenapa Ris?"
"Barra kecelakaan!" masih dengan napas terengah engah.
"Haaa? Barra kecelakaan? Dia dimana? Keadaan dia gimana sekarang?" kata ku panik.
Riska menarik nafas panjang dan menstabilkan nafas nya.
"Huhhh.. Barra sekarang dirawat di rumah sakit Harapan. Gue juga gatau jelas keadaannya gimana.. Mending lo kesana nanti pulang sekolah" Riska menyarankan.
"Iyaudah temenin gue ya ntar" ajak ku masih dengan keadaan panik.
"Iyaiya, lo tenang yaa jangan panik" Riska menenangkanku.
"Gimana ga panikkk Riss, kalo Barra kenapa kenapa gimana??" aku masih cemas, mataku memerah berkaca kaca ingin menangis.
"Iiih jangan nangiss Barra gapapa kokk positif thinkk yaaaa oke. Yaudah sekarang kita ke kelas yuk ntar telat masuk. " Riska merangkul ku dan mengajakku ke kelas.Di kelas.
Aku masih melamun memikirkan Barra. "Gimanaa ya keadaan Barraa.. Kok gue kepikiran terus ya sama dia padahal kan gue suka males kalo dia lagi rese gitu. Jangan jangan gue.. Ah ngga" kataku dalam hati."Gita Maharani" Bu Novi yang sedang mengabsen menyebut nama ku.
Aku tetap diam melamun tak mendengarkan.
"Gitt.. Gitt" Riska berbisik menyenggol lenganku dengan sikunya. Aku masih diam melamun.
"Gita Maharani?" panggil Bu Novi untuk kedua kalinya dengan suara yang lebih keras. Tetap tak ada jawaban dariku.
"Gitaa!" Sentak Bu Novi.
"Eh iya bu!" jawabku tersadar dari lamunanku.
"Kamu diabsen kok diem aja? Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bu Novi.
Teman sekelas melirik ke arah ku.
"Ee.. Engga kok bu, maaf bu"
Lalu Bu Novi menggeleng dan melanjutkan mengabsen murid murid.---
Bel pulang sekolah berbunyi.
Aku dan Riska berlalu ke parkiran untuk pergi ke rumah sakit menjenguk Barra.***
Setelah sampai di rumah sakit yang kami tuju kami segera mencari ruangan tempat Barra dirawat.
"Ruangannya yang mana Riss" tanyaku bingung.
"Bentar kata Yoga temennya Barra dia dirawat di ruang Melati nomor 3"
Aku dan Riska mencari ruangan tempat Barra dirawat dan akhirnya ketemu. Aku dan Riska membuka pintunya dan masuk.
"Permisi.. " kataku. Ternyata benar itu adalah ruang tempat Barra dirawat,teman temannya dan mamanya pun berada disana. Barra tergeletak lemas di tempat tidur dengan selang infus ditangannya dan beberapa luka di wajah dan tubuhnya tapi tak apa hanya luka ringan.
"Gitaaa! " kata Barra memanggilku semangat. Aku hanya tersenyum ke arah Barra. Ntah kenapa perasaanku lega, panikku hilang dan aku merasa tenang ternyata Barra tidak kenapa kenapa. Aku menyalami mamanya dan menyapa teman temannya. Setelah itu aku menghampiri Barra."Yaudah kita balik dulu ya Barr, kan udah ada Gita" kata salah satu rombongan temannya yang menjenguk Barra sambil meledek Barra dan melirik ke arahku.
"Loh kok pada balik sih kan baru bentar lo pada disini" kata Barra.
"Ntar malem kita kesini lagi kok, cuma ga mau ganggu aja kita kan pengertian sama temen" kata salah satu temannya menyahut.
Barra hanya diam tersenyum menggeleng geleng kepala nya karna sikap teman temannya yang usil.
"Yaudah lo pada ati ati yaa awas lo pada ga kesini lagi" ancam Barra dengan mata tajam sambil bercanda.
"Siapp tenang aja" jawab teman teman Barra.Aku hanya diam tersenyum malu karna sikap teman teman Barra yang mengusiliku dan Barra.
"Kalian ini bisa aja yaa, yaudah yuk keluar" kata mama Barra sambil tersenyum melihat tingkah teman teman Barra.
"Loh mama mau kemana?" tanya Barra.
"Mama lo gamau ganggu lo juga Barr, ah paham dikit lah sok sok gatau juga lo hahaa" kata salah satu teman Barra.
"Nah bener itu hehe, mama mau ke kantin rumah sakit dulu mau makan gapapa ya mama tinggal" kata mama Barra sambil tersenyum ke arah ku dan Barra.
"Iyadeh.. " Jawab Barra. Aku hanya tersenyum ke arah mama Barra.
"Tantee aku boleh ikut ga? Mau makan juga laper hehe.. " sahut Riska. "Oh iya ayuk nak" mama Barra mengajak Riska dengan ramah."Yaelah Riskaa pake segala sok mau makan padahal kan udah makan tadi" kataku dalam hati melirik ke Riska.
Lalu mama Barra, teman temannya dan Riska meninggalkan ruangan tempat Barra dirawat hanya tersisa aku dan Barra.
"Barr lo gapapa kan? Kok bisa sih kecelakaan lo sih ngebut ngebut makanya Barra gausah ngebut kan jadinya gini masih mending lo ga parah banget kalo parah banget sampe koma gimana ntar lo kenapa kenapa gimana ga ada yang rese in gue lagi nan... " Aku menutup mulutku seketika diam.
"Apa? Gada yang rese in lo lagi? Cie kangen ya sama guee hahaha. lo itu kalo ngomong jangan kaya kereta ga make titik koma, cerewet banget ya lo ngalahin mama haha"
"Ih ngga ngga salah ngomong. Iyaiyaa sorryy" kataku cuek.
"Alah ngaku ajaa" kata Barra meledek. "Ihh ngga lohh" aku cemberut dan tak mempedulikan Barra.
"Iya iya ngga maaf deh jangan cemberut dong ntar cantiknya ilang" kata Barra menyubit pipiku.
Aku pun tersenyum malu karna pujian Barra yang nggatau beneran atau boongan.
"Nah gitu dong senyum baru cantik" kata Barra tersenyum ke arahku.
"Gitt makasih ya udah peduli sama gue sampe jengukin gue" Barra menggenggam tanganku.
Aku diam deg deg an.
"Iyaa Barr" kataku sambil tersenyum.***
"Loh ini anak kemana kok ga muncul muncul udah sejam gue nunggu disini" kata Ivan dalam hati. Ivan duduk di atap sekolah sendiri sambil memainkan gitarnya menunggu Gita yang sudah berjanji akan belajar gitar pulang sekolah bersamanya di atap sekolah.
Ivan meletakkan gitarnya mengambil hp dari saku celananya.
"Apa dia pulang dulu kali ya ngambil gitarnya atau gak makan dulu. Yaudah tunggu aja deh."
"Apaa gue telfn aja ya.. " kata Ivan memperhatikan hp nya.
"Ngga ah tensin amat gue dikira ngarep bener udahlah tunggu aja"
Kak Ivan meletakkan kembali hp nya di saku celana dan melanjutkan memetik senar senar gitarnya sambil bernyanyi.***
"Barra lo udah makan kan?" tanyaku kepada Barra.
"Belum gue ga mood makan"
"Gaboleh gituu!!" bentakku.
"Tapi bakal mood kalo lo suapin, suapin yaa" kata Barra manja.
"Ihh manjaa banget! Gamau ah"
"Yaudah deh gue ga mau makan sampe besok besok tangan gue juga kan masih sakit masih lemes mana bisa makan sendiri" kata Barra panjang lebar.
"Iyadeh" aku mengambil makanan yang ada diatas meja di ruangan itu yang sudah disediakan oleh pihak rumah sakit. Lalu aku menyuapi Barra.Tak lama mama Barra dan Riska datang.
"Hmm emang ya tadi sama mama gamau makan giliran ada cewa aja mau makan manja lagi minta disuapin segala" kata mama Barra yang melihatku menyuapi Barra.
Aku hanya tertawa kecil dan meletakkan piring makan yang kupegang karna makannya sudah selesai.
"Mamaa apaan sih tadi itu lagi ga mood aja hehe ya kan tangan Barra sakit mana bisa makan sendiri"
"Ah bisaan kamu ngeles, oh ini ya Gita yang sering kamu ceritain"
"Hehe iya ma" jawab Barra.
Aku kebingungan. Barra cerita apa dengan mamanya tentangku...Setelah itu aku dan Riska pamit pulang karna sudah cukup lama kami berada disana. Lebih tepatnya aku, karna Riska sedari awal dikantin dengan mamanya Barra bukannya menjenguk Barra huh.
"Tante kami pamit pulang dulu yaa udah sore" kataku sambil tersenyum menyalami mamanya Barra dilanjutkan oleh Riska.
"Oh iya kalian hati hati ya dijalan makasih udah jengukin Barra yaa, kalo ga ada kamu Barra gamau makan mungkin hehe "
"Hehe iya tante bisa aja. Barr kita pulang dulu yaa" kataku tersenyum.
"Iya ati ati yaa Gitt eh Riska juga hehe" Barra tersenyum ke arahku
Aku pun tersenyum ke arah Barra dan mamanya dan berlalu meninggalkan ruangan itu.Aku melirik jam yang menempel ditanganku. Jam menunjukan pukul 15.30.
"Lama juga ya kita disana" kataku dengan Riska.
"Lo kali gue nggaa wkwk" kata Riska meledek.
"Ihh lo sih ninggalin guee"
"Gue kan baik gamau ganggu lo beduaa. Ohiya tadi kata mamanya Barra lo cantik loh wkwk cieee"
"Ihh lo mah ngeledek"
"Ngga beneran suerr mamanya bilang gitu ke gue" Riska menghadap ke arahku mengangkat tangannya dan membentuk tanda piece dengan kedua jarinya.
"Iyadehh iyaa" kataku tertawa kecil.Hpku berdering tanda pesan masuk.
Aku mengecek hp ku dan ternyata ada pesan WA.
[Kak Ivan : Lo dimana?]
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku kamu dan Ilusiku
Novela JuvenilLo itu Ilusi gue, tapi sampe sekarang gue belum tau Ilusi ini bener nyata atau semu. -Gita Bahkan lo ga pernah sadar ttg perasaan gue, dan seharusnya gue yang sadar kalo lo cuma ilusi. -Barra