Ivan Pov.
Dirumah.
Aku meletakkan tasku disembarang tempat di kamar. Membaringkan tubuhku diatas kasur untuk sekedar me refresh kan otak ku setelah belajar seharian. Setelah hampir 10 menit aku ber istirahat, aku berganti baju dan menuju ke dapur untuk mengambil minum.
Aku kembali ke kamar dengan membawa segelas Ice tea ditangan ku, meminumnya dan meletakkannya diatas meja samping tempat tidurku.
Tak sengaja tas ku tertendang dan terbuka menumpahkan isinya. Ohya paper bag! Aku hampir saja lupa mengecek isi paper bag itu, apakah itu dari admirer atau haters. Aku ambil paper bag itu, duduk dipinggir tempat tidurku dan membuka isi paper bag nya.
"Surat? Hm" aku meletakkan surat itu disampingku dan memutuskan untuk melihat lagi isi paper bag nya.
"Nasi goreng? Lucu haha" aku membuka kotak makanan yang berada di dalam paper bag dan ternyata isinya nasi goreng dengan bentuk yang lucu.
"Tau dari mana orang ini kalau nasi goreng adalah makanan favorit gue? Atau hanya kebetulan... "
Lalu ku ambil surat yang tadi berada didalam paper bag nya, lantas membacanya.
"Gitaa gita.. Gue kira secret admirer mana, ternyata lo " kataku sambil tersenyum sendiri membaca suratnya. Ternyata paper bag dan isinya ini adalah dari Gita, dia kreatif sekali membuat nasi gorengnya. Aku pun memakan nasi goreng itu sampai habis dan ternyata enak hehe."Gimana ya cara gue maafin dia dan balikin kotak makan ini? " tanyaku dalam hati.
"Ohya! Gue ada Ide!"Malamnya, aku pergi ke sebuah minimarket dekat komplek rumahku. Aku menggunakan kaos dilapisi jaket dengan celana jeans pendek santai ku. Menghidupkan motorku, dan pergi meninggalkan halaman rumah menuju minimarket.
Setelah sampai di minimarket, aku segera masuk dan tak sengaja.. Aku melihat Gita! Ah tidak, kenapa dia disini? Jangan sampai dia melihatku.
Ketika melewati nya aku menutupi wajahku dengan topi jaketku kemudian segera mencari rak yang menyediakan berbagai macam jenis coklat. Untung saja dia masih sibuk memilih barang yang akan dibelinya.Gita Pov.
"Yang mana yaa parfumnya, yang ini Wangi, ini jugaa.. Tapi yang ini diskon ini engga, tapi ini lebih lucu wadahnya tapi.. " aku bingung memilih parfum yang akan ku beli, padahal hanya sebuah parfum.
Ketika ada orang lewat dibelakangku, aku mencium bau tubuh seseorang yang kukenal, dan.. Feelingku pun merasakannya.
"Kok kaya bau baunya.. Siapa yaa.. " aku tetap melihat lihat parfumnya tetapi fikiranku tetap ke orang yang melewatiku tadi.
"Kak Ivan! " aku menengok ke arah samping berniat melihat orang itu dan menegur nya untuk sekaligus meminta maaf. Tapi orang itu sudah tidak ada, ah ya mungkin aku terlalu lama mikir dan mungkin itu bukan kak Ivan.. Hanya feeling ku saja karna aku terus memikirkan nya huh"Ivan Pov.
Aku berjalan buru buru melewati Gita dan langsung menuju rak tempat coklat yang kebetulan jauh dari rak barang yang sedang Gita pilih.
"Huh untung saja.. "
Aku memilih beberapa coklat dan segera menuju kasir, sebelumnya aku memastikan apakah Gita masih berada disini atau tidak. Dan ternyata Gita baru saja melangkahkan kaki nya keluar minimarket. Aku menunggu sekitar 5 menit, dan melangkahkan kaki ke kasir. Setelah membayar coklat coklat nya aku menghidupkan motor dan menjalankan nya untuk kembali ke rumah.Di Rumah.
Aku memasukkan coklat coklat yang sudah ku beli tadi lalu surat balasan singkat untuk Gita kemudian kotak nasi nya. Setelah itu aku meletakkan paper bag nya di dalam tas ku.***
Besoknya di sekolah.
Seperti biasa aku datang pagi, dan berharap Gita belum datang. Karna setahuku Gita sering berangkat agak siang. Aku melangkahkan kaki ke kelasnya, dan ya bagus! Belum ada orang di kelasnya, aku menuju meja nya dan meletakkan diatas sana.
Aku berhenti sejenak sekedar memandangi paper bag nya dan tersenyum.
Aku tau meja nya karna aku sempat lewat kelas nya beberapa kali dan Gita sedang duduk disana.
Setelah selesai, aku meninggalkan kelas nya, memasang headphone ku dan berlalu menuju kelasku.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku kamu dan Ilusiku
Teen FictionLo itu Ilusi gue, tapi sampe sekarang gue belum tau Ilusi ini bener nyata atau semu. -Gita Bahkan lo ga pernah sadar ttg perasaan gue, dan seharusnya gue yang sadar kalo lo cuma ilusi. -Barra