Aku memutar badanku melebarkan tanganku dan menadahkan tanganku kepada air hujan. Tiba tiba dari jarak beberapa meter didepan ku ada sebuah mobil yang melaju cukup kencang ke arahku. Dan...
Mobil itu melaju kencang dan dalam hitungan 5 detik akan menabrakku,aku tertabrak dan bahkan sudah tidak sadarkan diri, dengan badan penuh luka.Ah tidak, tentu saja tidak, pangeranku sudah terlebih dahulu menyelamatkan ku.
"Aaaaa!" Teriakku.
Kak Ivan melepaskan helmnya dan jatuh terbanting, lalu segera lari mendorongku ke sisi lain jalan untuk menghindari mobil yang akan menabrakku sambil mendekapku.
Aku dan kak Ivan terjatuh ke semen jalanan, ya kakiku sedikit lecet dan luka tapi tak apa setidaknya aku tidak sedang di rumah sakit bermesraan dengan infus,oksigen,suntikan dan semacamnya.
"Huhuhuu.. Hiksss" aku menangis didekapan kak Ivan sambil menutup mukaku dengan kedua telapak tanganku.
Kak Ivan melepas dekapannya. Berdiri dan membersihkan baju dan celananya yang kotor. Lalu iya kembali berjongkok.
"Lo kenapa nangis? Udah lo gapapa ada gue disini" katanya.
Aku melepas telapak tanganku, menghapus air mataku.
"Udah jangan nangis lagi" kak Ivan menghapus air mataku dengan tangannya.
"Oh my god, kok dia beda 180 derajat kenapa dia jadi lembut gini kenapa dia care banget gini dia kesurupan atau gimana yaampun matanyaaa gue gaa kuatt" seruku dalam hati.
Lalu kak Ivan menggenggam tanganku mengajakku berdiri dan menggandengku menyebrangi jalanan kembali ke halte.
"Bentar lagi yaa kita pulang, hujannya belum reda" kata kak Ivan.
Lalu kak Ivan mengambil jaketnya di jok motor nya dan merangkulkan jaketnya ke badanku.
Aku menatapnya 3 detik "Makasih kak" kata ku.Setelah hujan reda, aku dan kak Ivan pergi meninggalkan halte.
Kak Ivan menghentikan motornya didepan coffe shop.
Kak Ivan turun dari motor, melepaskan helmnya lalu menuju ke coffe shop.
"kak, Kok kesini?"
"gue mau ngopi" jawab kak Ivan yang sudah lebih dulu berjalan, menengok kearah ku.
"Ihh gue mau pulaangg"
"gue mau ngopi"
"yaudah gue pulang sendiri"
Kak Ivan berjalan ke arah ku, menggenggam tanganku lalu menuntunku masuk ke coffe shop.
Aku hanya diam karna kaget.
Kak Ivan melepaskan genggamannya.
"Duduk" katanya menyuruhku.
Aku menarik kursi dan duduk di salah stu kursi dengan wajah cemberut.
" Eh lo mau kemana, lo mau ninggalin gue disini?"
"Gue mau pesen, lo mau ga?"
Aku hanya menggeleng- geleng tanda tak mau, padahal sebenarnya mau hanya gengsi saja karna duit jajan ku pun sudah habis.
Kak Ivan berlalu meninggalkan ku.Tak lama kak Ivan datang membawa dua gelas milk coffe.
"Nih minum" kata kak Ivan meletakkan segelas coffe milk didepanku.
"gamau ah"
"Minum deh, gue tau lo kedinginan pasti msh shock karna tadi" kata kak Ivan.
Aku menggelengkan kepalaku.
"kenapa? Gasuka?" tanya kak Ivan.
Lagi lagi aku menggelengkan kepalaku.
"Teruss?"
"Uang jajan gue udah abis, gue bayar pake apa nnti gue disuruh cuci piring lagi" jawabku sambil menunduk.
Kak Ivan tersenyum. "Kan gue yang pesen, jd gue yang bayar".
Aku langsung mengambil segelas coffe milk itu, lalu meminumnya.
"Makasih" kataku tersenyum."Tau ga kak, untung tadi ada lo kalo ga gue udah mati kalii, gue kan belum nikaaah huhu"
Kak Ivan hanya tersenyum.
"Ih kenapa juga ya gue tadi main dijalanan, kaya anak kecil ajaa"
"Gue tuh udah lama ga main hujan makanya tadi hujan hujanan"
Kak Ivan hanya diam memperhatikan ku.
5 menit, hening, tanpa suara.
"Kakkk! Kok lo diem aja sih gue tuh dari tadi ceritaaa" kataku kesal.
"Masih shock ga" Tanya Kak Ivan akhirnya membuka mulutnya.
Aku hanya diam memperhatikan keluar jendela coffe shop.
10 menit berlalu aku hanya diam, niat hati ingin membalas kak Ivan tapi dia sama sekali tidak peduli.
"Kok lo diem aja sihh" tanyaku kesal.
"Kan tadi udah gue tanya, lo diem aja" jawab kak Ivan.
Aku hanya diam, kesal.
"Ayok pulang" ajak ku karna mood ku sudah turun.
Kak Ivan hanya diam.
"Lo ini gua daritadi ngomong sama lo, malah diem aja"
"Gue gamau pulang" jawab kak Ivan.
"Gue mau pulangg!!"
"Senyum duluu" kata kak Ivan sambil tersenyum.
"Jangan bete, gue emang gini orangnyaa"
Kata kak Ivan.
Kak Ivan berdiri memegang tanganku lalu menuntunku keluar coffe shop.
Perlahan garis mulutku mulai melebar, tersenyum meskipun malu maluu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku kamu dan Ilusiku
Teen FictionLo itu Ilusi gue, tapi sampe sekarang gue belum tau Ilusi ini bener nyata atau semu. -Gita Bahkan lo ga pernah sadar ttg perasaan gue, dan seharusnya gue yang sadar kalo lo cuma ilusi. -Barra