Aurora dan Ethan berbagi tatapan khawatir setelah melihat tingkah laku kedua orang di hadapan mereka.
Tawa riang Belle dan mata lembut Xander.. enggak terlihat sedikitpun sejak mereka kembali dari berpergian tadi pagi.
Bahkan enggak ada kehangatan yang terasa diantara keduanya.
Aurora hampir yakin seratus persen kalau udara Irlandia menurun drastis karena tingkah laku keduanya yang saling menjauh begini.
Ethan hanya mencubit ujung hidung Aurora saat perempuan itu mengutarakan pikiran usilnya itu.
Belle dan Xander bahkan enggak bereaksi rusuh atau 'fangirl' saat melihat Ethan melakukan itu. Jadi jelas banget, kalau keduanya enggak ada dalam kondisi yang baik.
Setelah makan siang bersama-sama yang canggung banget tadi, Aurora mengajak tim pertukangan dan Ethan untuk ke lumbung pernikahan.
Membicarakan perkembangan persiapan pernikahan hari ini.
Lampu-lampu yang tergantung di bawah tenda dan tersebar di antara cabang pepohonan sekitar, lilin hias meja, serta hiasan di lorong altar pernikahan.
Tepat sesuai desain Aurora.
Pastinya akan membentuk siluet ruangan yang bagus di hari pernikahan Belle dan Xander. Aurora yakin banget itu.
Hanya saja..
Dengan keadaan Belle dan Xander yang kayak gini, membuatnya sedikit ragu.
Enggak ada pesta pernikahan yang menyenangkan kalau pasangan pengantin enggak bahagia. Iya, kan..?
"Kita harus membicarakannya dengan mereka, Eth! Aku sudah enggak tahan dengan tingkah mereka berdua!" ujar Aurora dalam perjalanan mereka kembali ke ruang makan.
"Aku akan berusaha membuat mereka bicara. Hanya itu janjiku."
Aurora mengangguk singkat dan menarik Ethan untuk cepat-cepat kembali ke ruang makan.
Melewatkan meja resepsionis begitu saja, hingga membuat Lux terbengong-bengong. Bukan berarti tangan mereka yang bertautan enggak cukup untuk membuat Lux heran sih.
Meja makan sudah dibersihkan tim dapur saat Aurora dan Ethan duduk di hadapan Belle dan Xander.
Enggak ada tanda-tanda kalau keduanya berbaikan.
Belle masih sibuk dengan apapun yang ada di layar handphone-nya. Dan Xander masih memejamkan mata dengan posisi duduk merosot di bangkunya.
"Mind to share?" tanya Ethan sambil mengetuk-ngetuk meja.
Tentu saja gerakan Ethan itu membuat perhatian mereka berdua teralih padanya.
"Apa yang kamu maksud? Lupakan saja."
Jawaban Xander sama sekali enggak memuaskan. Jelas banget kalau dia tau apa yang dimaksud Ethan, tapi ia enggak mau menjawab.
"Kalian terlihat menyedihkan." Ethan mendesak lagi.
"Aku baik-baik aja," ucap keduanya bersamaan.
Belle dan Xander berbagi sebuah tatapan. Begitu cepat. Sebelum keduanya kembali membuang muka.
"Oke, cukup." Aurora mengucapkannya dengan tenang. Tapi jelas banget kalau penuh dengan kekecewaan. "Kalian berdua kenapa?"
"Kamu harus menanyakannya ke Belle. Dia bersikap begini sejak kami mengantarkan rombongan ke camping ground."
Jawaban Xander terdengar lelah. Dan.. putus asa.
Belle mengangkat bahunya kesal. "Aku baik-baik aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T! Melempar Buku ke Pengiring Pengantin
ChickLitMullingar #2. Sebuah cerita komedi romantis dengan latar belakang kota kecil Mullingar, County Westmeath. Aurora dan sahabatnya, Belle, memiliki ketertarikan luar biasa terhadap Irlandia. Hingga akhirnya Belle memutuskan kuliah disana, sedangkan Aur...