Aurora punya beberapa alasan untuk enggak menyukai bandara.
Pertama banget, karena bandara selalu menjadi tempatnya berpisah dengan Belle setiap tahun. Menjelang berakhirnya liburan akhir tahun kampus Belle, sehingga sahabatnya itu harus kembali ke Irlandia. Keduanya selalu berpelukan begitu lama sebelum akhirnya Belle harus check-in.
Kakaknya Belle, Eric, selalu bersedia menjadi penyelamat situasi ini. Eric selalu mengantar mereka berdua ke bandara, dan mengantar Aurora kembali ke rumah. Memastikan adiknya siap untuk penerbangan 21 jam tanpa melupakan satupun barang penting. Juga, memastikan perempuan yang sudah ia anggap adik kembali tenang setelah acara menangis sedih di mobil.
Kedua, genggaman terakhirnya dengan sang pacar terjadi di bandara. Pacar 3 tahunnya itu memutuskan mengambil pekerjaan di Seattle, sehingga mengharuskan mereka berdua menjalani hubungan jarak jauh. Hubungan keduanya berakhir dengan Romeo menemukan Juliet. Meninggalkan Rosaline begitu saja.
Sebuah undangan diantarkan ke rumah Aurora hari itu. Tahun kedua hubungan jarak jauh mereka. Undangan pernikahan Romeonya dengan seorang wanita yang ia kenal. Sepupunya yang juga sedang bekerja di Seattle. Romeo dan Juliet bertemu di sebuah pesta, tepat seperti yang ditulis Shakespeare.
Pernikahan mereka dilakukan secara sederhana, di sebuah gereja kecil di Jakarta. Dihadiri keluarga dan teman-teman terdekat pengantin. Hari itu adalah pertama kalinya ayah Aurora bertemu lagi dengan Ayah Juliet setelah 20 tahun pertengkaran saudara yang terjadi diantara mereka.
What kind of curse do you give to those name, oh, Skakespeare?
Kedua alasan itu cukup untuk membuat Aurora enggak menyukai kenyataan kalau, saat ini, ia harus berada di bandara sendirian. Tanpa Eric, karena ia sekarang di London. Tanpa orang tuanya, karena Aurora enggak mau mereka khawatir. Hanya supir taksi yang mengantarnya hingga lobi drop-off penumpang.
Tapi, apa sih yang enggak akan dia lakukan untuk sahabatnya itu? Sebenarnya, banyak sih. Mengingat keinginan Belle yang random dan cepat berubah-ubah.
Penerbangan Jumat malam itu enggak terlalu ramai, sehingga jumlah yang berada di ruang tunggu pesawatpun enggak banyak. Seenggaknya memungkinkan Aurora untuk duduk dengan tenang di salah satu bangkunya sambil beraktivitas dengan handphonenya.
Layarnya menampilkan berita tentang band yang sedang ia sukai. Ethan Walsh Insists Fire Fasoline Is NOT Broken Up – Just On A Break.
"Yaampun," gerutu Aurora, "sebulan ini kok beritanya begini terus sih? Orang-orang pada enggak percaya banget kalau break-nya mereka bukan untuk selamanya."
Sadar dengan gerutuannya yang enggak cukup kecil untuk hanya didengar dirinya sendiri, Aurora melirik penghuni bangku di sebelah kanannya. Ibu, anak, dan ayah. Ketiganya sangat terlihat bahagia. Sama seperti gambaran Aurora tentang hidup yang diinginkannya 2 tahun lalu. Seandainya, laki-laki yang dipacarinya selama 5 tahun itu enggak berpaling ke sepupunya sendiri.
Aurora menghembuskan napas dan kembali berpaling ke handphonenya. Mungkin mengirimi Belle pesan akan membantu mengurangi tingkat mengenangnya itu.
Aurora – 20.09
Bestie! Aku akan naik pesawat 15 menit lagi. Jangan lupa jemput nanti!
XO
Belle – 13.10
Enggak sabar menunjukkan Irlandia yang beneran ke kamu!! (love)
![](https://img.wattpad.com/cover/87840501-288-k35010.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T! Melempar Buku ke Pengiring Pengantin
ChickLitMullingar #2. Sebuah cerita komedi romantis dengan latar belakang kota kecil Mullingar, County Westmeath. Aurora dan sahabatnya, Belle, memiliki ketertarikan luar biasa terhadap Irlandia. Hingga akhirnya Belle memutuskan kuliah disana, sedangkan Aur...