Chapter 2: They Keep Coming

4 0 0
                                    

Keesokkan harinya, pada pagi hari, jam telah menunjukkan pukul 06:00 WIB. Alarm pada jam yang terletak tepat di meja sebelah kasur Jessie telah berbunyi berkali-kali dengan suara yang sangat kencang, tetapi suara dari alarm tersebut masih belum bisa membangunkannya juga. Setelah sepuluh menit berlalu, Jessie baru memulai untuk membuka kedua matanya secara perlahan dan menggerakkan salah satu tangannya ke arah jamnya yang masih terus berbunyi. Ia mematikan alarmnya agar suara tersebut berhenti berbunyi dan ia mencoba melihat ke arah jamnya yang telah menunjukkan pukul 06:10 WIB.

Melihat jarum jam yang telah menunjuk pada angka enam, Jessie merasa terkejut dan langsung bangkit dari kasurnya untuk berlari masuk ke dalam kamar mandi agar ia dapat segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolahnya dengan tepat waktu. Hanya dalam waktu 15 menit, ia telah kembali berlari dari kamar mandinya dengan seragam sekolah yang telah dikenakannya. Ia berlari mengambil tas sekolah dan smartphonenya yang terletak di dekat meja belajarnya dan langsung keluar dari kamar tidurnya.

Ia berjalan menuruni tangga di rumahnya dengan cepat dan langsung menuju pintu keluar di rumahnya sambil berpamitan ke kedua orangtuanya. "Jessie! Sarapan dulu!" "Aku udah telat ma." Jessie tetap melanjutkan larinya keluar dari rumah dan menuju halte di dekat rumahnya untuk menunggu bus yang berikutnya dalam keadaan jam yang telah menunjukkan pukul 06:35 WIB. Jessie sangat berharap ia tidak terlambat tiba di sekolah, karena guru untuk mata pelajaran pada jam pertama ini cukup tegas orangnya sehingga ia tidak ingin diberikan teguran sedikitpun.

Setibanya di sekolah, jam telah menunjukkan pukul 07:00 WIB. Waktu yang sangat tepat untuk memulai sebuah pelajaran pertama di sekolahnya yang diikuti dengan kencangnya suara dari bel sekolah. Mendengar suara bel yang kencang tersebut, Jessie semakin mempercepat larinya agar ia dapat masuk ke dalam kelasnya sebelum gurunya tiba terlebih dahulu. Ketika ia sudah mendekati ruang kelasnya, ia melihat pintu kelasnya telah tertutup. Ia berpikir bahwa mungkin gurunya sudah masuk terlebih dahulu namun ternyata, guru yang mengajar di kelasnya masih belum tiba di tempat sehingga ini membuatnya merasa sangat tenang.

5 menit setelah ia masuk dan duduk di ruang kelasnya, terdengar suara langkah kaki yang sedang mendekati ruang kelasnya dan suara langkah kaki itu adalah gurunya yang akan mengajar pada jam pelajaran yang pertama. Selama jam pelajaran pertama, Jessie terlihat sedang terdiam dan tidak fokus dalam memperhatikan materi pelajaran yang sedang disampaikan oleh gurunya di depan kelas dengan suara yang sangat kencang. "Jessie!" Teriakan tersebut telah berhasil membangkitkan kembali kemampuan fokus Jessie yang membuatnya menengok ke arah gurunya.

"Kenapa kamu bengong?" "Ma, maaf pak." Jessie tidak sadar bahwa ternyata selama pelajaran sedang berlangsung, ia telah tenggelam dalam diamnya sehingga menjadi tidak fokus dengan apa yang telah disampaikan oleh gurunya di depan kelas. Sesungguhnya, ia merasa bahwa dirinya tidak dapat fokus dengan pelajaran hari ini di sekolahnya karena ia masih memikirkan terus mengenai bayangan-bayangan makhluk berwarna hitam yang telah dilihatnya kemarin. Ia masih merasa penasaran dengan alasan mengapa tiba-tiba muncul penglihatan seperti itu, ia tahu bahwa mungkin penglihatannya itu tidaklah nyata tetapi ia merasa bahwa makhluk-makhluk itu sangat nyata.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, terlihat seluruh murid dan teman-temannya pergi meninggalkan ruang kelas dan hanya menyisakan Jessie yang masih sibuk merapikan peralatan sekolahnya untuk bersiap pulang ke rumahnya. Ketika ia mulai siap untuk meninggalkan ruang kelasnya, ia mengangkat tas sekolahnya dan membawanya kembali di punggungnya dengan segala peralatan sekolah yang telah masuk ke dalam tasnya. Ia berjalan ke arah pintu keluar di kelasnya tetapi tiba-tiba, ia merasa penglihatannya mulai kembali gelap.

Gelap dan semakin gelapnya, ia menjadi tidak dapat membedakan sebelah mana atas, sebelah mana bawah, dan sebelah mana kanan dan kiri. Ia merasa sangat ketakutan dengan gelapnya penglihatan di sekitar kedua matanya, ia berusaha untuk memejamkan kedua matanya dan membuka kembali kedua matanya sama seperti yang ia lakukan pada saat pertama kali ia mengalami penglihatan seperti ini. Ketika ia membuka kembali kedua matanya, akhirnya ia berhasil mengembalikan penglihatan di kedua matanya menjadi terang kembali layaknya penglihatan pada orang normal.

Akan tetapi ketika ia membalikkan badannya kembali ke arah pintu keluar di ruang kelasnya, tiba-tiba muncullah seseorang yang berbadan lebih tinggi darinya sedang berdiri tepat di hadapannya dengan pakaian yang berwarna hitam dan wajah yang sangat gelap hingga ekspresi dari wajah orang itu tidak dapat terlihat dengan jelas di kedua matanya. Orang tersebut terlihat seperti sedang menundukkan kepalanya untuk memandang ke arah kedua mata Jessie. Jessie merasa sangat terkejut dan benar-benar ketakutan dengan munculnya sosok makhluk berwarna hitam tersebut.

Namun,hanya dalam beberapa detik makhluk tersebut telah hilang dari hadapannya danseluruh penglihatannya telah kembali seperti semula. Ia merasakan jantungnyaseperti akan keluar dari tubuhnya dan sampai sekarang detak jantungnya masihdalam kecepatan berdetak yang sangat tinggi. Rasa takut dan terkejut yang masihmelekat pada dirinya langsung membuatnya lari keluar dari ruang kelasnya agaria dapat segera pulang ke rumahnya. Terlihat sebuah mobil yang telah siapmenjemputnya dari sekolah dan orang yang menjemputnya adalah ibunya.

The EyesWhere stories live. Discover now