Chapter 9: It's Time

4 0 0
                                    

Perasaan takut dan panik mulai memasuki dirinya, pikiran negatif yang sangat kuat juga mulai menghantui seluruh isi kepalanya. Ia merasa akan terjadi sesuatu yang sangat mengerikan dalam waktu beberapa saat lagi. Akan tetapi, ia juga percaya bahwa ini adalah salah satu petunjuk mengenai bagaimana caranya agar ia dapat menyelamatkan nyawa ibunya. Ia berjalan maju mengikuti arah lorong rumah sakit tersebut dengan memaksimalkan segala kekuatan dan keberanian yang masih tersisa dalam dirinya saat ini.

Jessie berjalan dengan perlahan-lahan sambil melihat ke arah kanan dan kiri di sekitar lorong rumah sakit tersebut. Ia berusaha untuk melawan seluruh rasa takut dan paniknya dengan segala kekuatan yang masih tersisa di tubuhnya. Sayangnya semakin ia berusaha untuk melawan rasa takut dan paniknya, semakin kuat pula rasa takut yang timbul akibat dari situasi yang mengerikan di sekelilingnya. Usaha yang dilakukan olehnya seakan-akan tidak berhasil mengurangi rasa takut dan paniknya.

Beberapa saat kemudian, kedua mata Jessie tertuju pada salah satu pintu di ujung lorong rumah sakit tersebut. Pintu itu tidak mampu dilihatnya dengan sangat jelas karena penglihatannya yang masih dalam keadaan sangat gelap, tetapi ia merasa yakin bahwa pintu itu akan memberikannya petunjuk mengenai dimana keberadaan ibunya sekarang. Ia mencoba untuk berjalan mendekati ke arah pintu tersebut. Setibanya ia di depan pintu itu, ia mencoba untuk membuka pintu tersebut dengan menggunakan salah satu tangannya.

Ketika Jessie telah berhasil membuka pintu tersebut, tiba-tiba, muncul sebuah tangan dari sebelah kanan dirinya yang dengan cepat langsung menggengggam tangannya yang sedang berada pada gagang pintu tersebut. Secara spontan dan dengan cepat, ia langsung melepaskan tangannya dari gagang pintu tersebut yang juga diikuti dengan menghilangnya tangan yang misterius tadi. Ia benar-benar merasa sangat terkejut dengan kemunculan sebuah tangan yang tidak diketahui darimana asalnya.

Rasa takut dan panik Jessie semakin meningkat dan detak jantungya bekerja semakin cepat dari biasanya. Ia benar-benar tidak dapat merasa yakin lagi apakah ia mampu melanjutkan perjalanan untuk menyelamatkan ibunya atau tidak. Akan tetapi melihat seluruh pandangannya yang masih sangat gelap, ia berpikir bahwa tidak ada gunanya juga ia berhenti karena pasti akan selalu ada situasi mengerikan berikutnya yang akan menimpa dirinya lagi nanti.

Jessie memutuskan untuk kembali memaksakan dirinya untuk terus melanjutkan perjalanan mengerikannya demi menyelamatkan nyawa ibunya. Kali ini ia berhasil membuka pintunya dan langsung masuk ke dalam ruangan tersebut. Ruangan itu terlihat sangat gelap dan panas, ia mencoba untuk menyalakan salah satu lampu yang ada di ruangan tersebut. Setelah ia berhasil menyalakan lampu, ia merasa sangat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya pada saat itu.

Terlihat ibunya yang sedang berdiri di tengah ruangan diantara para makhluk makhluk berwarna hitam seperti sosok bayangan manusia dengan kondisi wajah yang sangat putih dan pucat. "Ma?" Jessie mencoba untuk memanggil ibunya agar ia benar-benar yakin bahwa orang itu adalah ibunya. "Jessie." Ibunya merespon dengan memanggil kembali namanya. "Ma. Aku dateng ma. Aku dateng untuk nolongin mama." "Jessie. Maafkan mama, nak. Mama ga bisa bersama kamu lagi." Ibunya berkata dengan ekspresi wajah yang sangat sedih.

"Ke.. kenapa ma? Bukannya mama yang bilang kalo mama butuh pertolonganku?" Jessie merasa bingung dengan perkataan dari ibunya. "Mama memang butuh pertolongan kamu, nak. Tapi..." Belum selesai bicara, Jessie langsung memotong perkataannya. "Tapi kenapa ma?" "Lihat sekelilingmu nak!" Jessie melihat ke arah sekeliling ruangan di rumah sakit tersebut dan terlihat bahwa pandangannya mulai menerang kembali dan mulai kembail seperti keadaan semula secara perlahan-lahan.

"Kalo dunia ini sudah terang kembali, mama ga akan bisa hidup kembali. Mama akan tetap disini selamanya nak." "Ayo ma! Ikut aku! Selagi mama masih bisa hidup lagi." Jessie mencoba untuk membujuk ibunya agar ibunya mau hidup kembali seperti dulu lagi. "Kalo mama hidup kembali, penglihatanmu yang mengerikan itu akan bertahan selamanya dan kamu akan terus dihantui oleh mereka nak." Ibunya merasa khawatir dengan kondisi penglihatan anaknya yang terus menerus diganggu oleh makhluk-makhluk tersebut.

"Aku ga peduli ma. Aku cuman mau mama selamat. Ayo ma! Dunia sudah mulai kembali seperti semula." Jessie langsung menarik salah satu dari tangan ibunya agar ibunya dapat kembali ke kehidupan yang nyata dan tiba-tiba, kedua mata Jessie terbuka dan ia telah melihat ayahnya yang sedang berdiri di sampingnya bersama dengan ibunya yang masih terbaring di kasur rumah sakit.

Tidak lama kemudian, terlihat salah satu tangan ibunya yang sedang bergerak secara perlahan-lahan dan kedua mata ibunya yang sedang terbuka secara perlahan-lahan. "Mama?" Jessie memanggil ibunya yang baru saja sadar kembali dari ketidaksadarannya yang sangat panjang dan langsung memeluknya dengan sangat kuat yang juga diikuti dengan sebuah pelukan dari suaminya yang menuju kepada istrinya dan anaknya, Jessie.

The EyesWhere stories live. Discover now