Ayah Jessie berjalan memasuki ruang perawatan istri dan anaknya, ia melihat mereka masih berada dalam kondisi tidak sadarkan diri dan berbaring di atas kasur rumah sakit. Ia berjalan perlahan mendekati istri dan anaknya sambil masih memasang ekspresi wajah yang sangat sedih. Ia duduk di tepat di samping kasur anaknya dengan menggenggam salah satu tangan anaknya sambil sesekali juga melihat ke arah kasur tempat istrinya berbaring di sebelah kasur anaknya.
Ia menunggu dan menanti kesadaran dari istri dan anaknya karena ia ingin ketika mereka sadar, mereka tidak merasa terkejut dan kesepian tanpa ada seseorang yang menjaganya. Beberapa jam setelah ia menunggu hingga membuatnya terlelap dalam tidur, tiba-tiba terlihat beberapa jari dari salah satu tangan Jessie yang sudah mulai mampu untuk bergerak dan pergerakan tersebut telah dirasakan oleh ayahnya hingga membuat ayahnya terbangun dari tidurnya.
"Jess?" Ayah Jessie mencoba untuk memanggil anaknya dengan tujuan untuk membantu meningkatkan kesadaran anaknya yang masih belum sepenuhnya sadar. Alhasil, usaha yang dilakukan oleh ayahnya berhasil, perlahan-lahan Jessie mampu membuka kedua matanya dan berhasil mencapai tingkat kesadaran yang maksimal untuk melihat dan mendengar keadaan di lingkungan sekitarnya. "Pa?" Suara Jessie yang masih terdengar sangat lemah, karena ia masih belum sepenuhnya sembuh dari luka yang dialaminya.
"Iya Jess, papa disini. Ada apa nak?" Ayahnya mencoba memberikan ketenangan bahwa ia ada di samping anaknya untuk menjaganya. "Pa, ini kenapa gelap banget?" Mendengar pertanyaan dari anaknya, ayahnya merasa sangat terkejut dan bingung harus memberikan jawaban seperti apa kepada anaknya. "Pa, kenapa Jessie ga bisa lihat apa-apa?" Ayahnya mulai merasa tidak mampu untuk menahan tangisnya hingga akhirnya ia langsung memeluk anaknya sambil mulai menangis lagi karena ia merasa sedih dengan kebutaan yang telah benar-benar dialami oleh anaknya sekarang.
Ketika ayah Jessie memeluk anaknya dengan sangat erat, terdengar suara tertawa kecil yang berasal dari arah mulut anaknya. Ayahnya yang mendengar anaknya sedang tertawa langsung merasa bingung dan heran mengapa tiba-tiba anaknya dapat tertawa dalam situasi seperti itu. "Kamu kenapa ketawa nak?" Pertanyaan itu membuat Jessie teringat bahwa ayahnya memang belum mengetahui mengenai bayangan makhluk berwarna hitam yang sering muncul di dalam penglihatannya. "Ga kenapa-napa kok, pa." Jessie tertawa karena sesungguhnya ia merasa sangat beruntung bahwa dengan kebutaan yang sekarang dialaminya, ia tidak lagi perlu menderita di dalam melihat bayangan makhluk hitam tersebut.
Ayahnyayang telah melihatnya tertawa masih merasa bingung dan penasaran mengenai apaalasan dan penyebab yang dapat membuat dirinya menertawakan kebutaannyasendiri. Ia sangat bersyukur dengan peristiwa kecelakaan yang telah menimpanyayang membuat dirinya tidak akan mengalami ketakutan lagi, sehingga mulai sekarang ia dapat hidup dengan tenang.