Chapter 7: It's Your Decision

2 0 0
                                    

"Mengerikan?" Ayah Jessie bertanya dengan ekspresi wajahnya yang semakin bingung dan ragu atas perkataan anaknya. "Iya pa. Aku pernah lihat seperti ada sesosok makhluk berwarna hitam yang selalu ngikutin kemana pun aku pergi pa." Jessie berusaha meyakinkan ayahnya dengan menjelaskan segala sesuatu yang pernah dilihatnya dengan nada bicara yang sangat serius dan yakin. "Mungkin itu cuman mimpi nak." Ayah Jessie membalasnya dengan rasa tidak percaya terhadap segala kejadian yang pernah dilihat oleh anaknya.

Tiba-tiba, Jessie merasakan bahwa terdapat seseorang yang sedang berdiri tepat di belakang badannya. Ia tidak tahu siapa orang itu dan seperti apa wajah orang itu, karena kebutaan yang dialaminya. Akan tetapi, ia benar-benar merasakan sebuah kehadiran seseorang yang sangat kuat hingga mampu mengubah seluruh kondisi tubuhnya menjadi kaku seakan-akan tubuhnya sedang diikat dengan sangat kuat pada sebuah besi yang besar.

Ketika Jessie merasakan kaku disekitar tubuhnya, ia juga sadar bahwa ia merasa sangat panik dan khawatir dengan keberadaan orang tersebut yang masih berdiri menatap ke arahnya dari sisi belakang. Tidak lama kemudian, sebuah tangan mendarat tepat di pundak sebelah kanannya yang muncul dari arah belakang ia berdiri dan tangan itu diduga olehnya adalah salah satu tangan dari orang yang sedang berdiri di belakangnya.

Sentuhan dari tangan orang itu sangat membuat rasa takut Jessie semakin meningkat. Ia benar-benar tidak tahu lagi harus berbuat apa sekarang dan ia merasa seperti ingin berteriak sekencang-kencangnya untuk meminta pertolongan dari orang lain, tetapi hal itu juga tidak mampu dilakukan olehnya karena seluruh kemampuan yang ia miliki telah dikalahkan oleh kekakuan di seluruh tubuhnya yang berasal dari rasa takut dan khawatirnya.

Jessie semakin merasa khawatir dan cemas terhadap tindakan selanjutnya yang mungkin akan dilakukan oleh orang itu kepada dirinya. Ia sangat berharap bahwa orang itu tidak akan melakukan tindakan yang lain lagi selain menyentuh pundak kanannya karena apabila orang itu melakukan sesuatu hal yang lain kepada dirinya, ia sangat yakin bahwa tindakan yang selanjutnya akan memberikan akibat yang lebih buruk dari tindakannya yang sekarang.

Beberapa saat kemudian, sebuah pukulan yang cukup kencang telah diterima oleh pundak sebelah kirinya yang mengakibatkan seluruh tubuhnya dapat bergerak kembali seperti normal dan pukulan itu berasal dari salah satu tangan ayahnya. "Jess? Jess!!" Teriakan ayahnya langsung berhasil menyembuhkan kekakuan yang telah dialami oleh tubuhnya dan telah berhasil mengembalikan kesadaran dirinya pada tingkat yang maksimal.

"Kamu kenapa Jess? Kamu denger suara mama mu lagi?" Ayah Jessie bertanya dengan rasa penasaran yang sangat tinggi. "Bukan pa." "Terus kamu kenapa?" Jessie merasa ingin terus memberitahu kejadian yang sebenarnya telah dialami kepada ayahnya, tetapi ia merasa bahwa ayahnya tidak akan bisa mempercayainya lagi. "Makh... Makhluk itu dateng lagi pa." Kali ini ayahnya merasa sangat terkejut dengan perkataan dari anaknya. "Dia megang pundakku tadi, pa. Tapi aku ga bisa bergerak. Badanku rasanya kaku semua tadi."

Jessie berusaha dengan semaksimal mungkin untuk membuat ayahnya percaya dengan kejadian yang baru saja dialaminya dan kali ini ia sangat berharap bahwa ayahnya dapat mempercayainya dan dapat segera membantunya agar terbebas dari para makhluk yang sangat mengerikan itu. "Ka... Kamu beneran bisa lihat makhluk itu?" Terdengar dari nada suara ayahnya yang sudah mulai mampu mempercayai perkataan anaknya.

"Aku ga lihat dia pa kali ini, karena aku udah buta. Tapi aku tahu dia tadi dateng dan berdiri tepat di belakangku. Aku bisa ngerasain kedatangan dia, pa." Jessie bercerita panjang dan lebar hanya demi membuat ayahnya mempercayai segala yang ia alami selama ini. "Jadi, kamu ga mau melihat seperti dulu lagi karena kamu takut sama kedatangan makhluk seram itu?" "Iya pa. Aku takut dan aku ga yakin kalo aku sanggup melawan makhluk itu".

Jessie benar-benar merasa ketakutan dengan segala pengalaman mengerikan yang telah ia dapatkan dari makhluk yang mengerikan itu. Ayah Jessie sudah mampu mempercayai perkataan anaknya, karena ia telah menyaksikkan sendiri bagaimana kondisi fisik dan mental anaknya ketika anaknya sedang dipertemukan dengan makhluk tersebut. "Tapi pa..." "Tapi apa nak?" "Aku pingin mama cepet sembuh."

Jessie dan ayahnya langsung saling menatap satu sama lain dengan perasaan sedih dan khawatir. "Jessie, kalo kamu memang ga sanggup untuk ketemu lagi dengan makhluk itu, gapapa nak. Papa ngerti kok kondisi kamu, karena papa ga mau melihat kamu sengsara diganggu oleh makhluk seperti itu." Ayah Jessie sudah memahami segala situasi dan kondisi seperti apa yang akan dihadapi oleh anaknya apabila ia benar-benar mampu melihat kembali seperti semula.

"Tapi, kalo aku punya kesempatan buat nolong mama dan aku ga lakuin, mungkin aku bakal menyesal seumur hidup pa." Jessie merasa sangat bingung harus memilih untuk melakukan apa, karena sekarang ia benar-benar sedang dihadapkan pada situasi dan pilihan yang sangat berat bagi dirinya. Ia merasa benar-benar tidak sanggup lagi untuk dipertemukan dengan makhluk yang mengerikan seperti itu, tetapi di sisi lain ia harus segera menyelamatkan nyawa ibunya dengan cara kembali bertemu dengan makhluk yang mengerikan itu. Ini adalah dua pilihan yang sangat berat bagi dirinya.

The EyesWhere stories live. Discover now