bagian 1

2.9K 71 0
                                    

Warning typo(s) bertebaran!!!

(Ayo dong baca next chapter)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
- - - - - - - - -

Hembusan angin malam menerpa wajah seorang gadis manis yang sedang meratapi hidupnya.

Menerka-nerka apa yang akan terjadi pada hari esok. "Tuhan apa kan salahku selama ini hingga engkau memberiku cobaan yang tak henti", ucap gadis diiringi air mata yang membanjiri pipi.

Angin malam semakin dingin gadis itu pun kembali ke dalam kamar untuk tidur waktu pun menunjukkan jam 10 malam.

"Hmm.. Hari yang melelahkan." kata terakhirnya sebelum ia tenggelam ke dalam mimpi.

Dia adalah Raina gadis sebatang kara yang tinggal di rumahnya hanya bersama pembantu dan supir.

Orang tuanya meninggal saat Raina duduk di bangku kelas 8 smp dan sejak saat itu pula semua berubah.

Raina seakan membuat benteng yang sangan tinggi sehingga tak ada satu pun yang mampu merobohkannya. Sifatnya pun berubah 180°.

*****

Kepulan asap mengelilingi suatu ruangan, dentuman keras serta lampu yang remang-remang sudah menjadi hal yang wajar di dalam sebuah club.

" Wess bro lo datang juga ternyata ", sapa Aldi teman sekelas Revan

" Hmm.. ", dan hanya dibalas deheman oleh Revan.

"Lo kenapa lagi sob, berantem lagi sama Manda ?" tanya Agung.

"Yelah van, cewek mah gitu kali ingin di mengerti tapi tak mau mengeri orang lain", Revan tidak menghiraukan apa yang Aldi ucapkan tadi karena bukan itu masalah yang Revan pikirkan sekarang.

Tapi sebuah mimpi kejadian masa lalunya dengan seorang gadis kecil yang menolongnya.

"Gak kok gue gak lagi mikirin Manda cuma lagi suntuk aja, makanya gue ke sini".

Hening tidak ada yang berbicara hingga "Gue cabut dulu guys", ucap Revan sambil menepuk bahu Aldi.

"Itu orang kenapa lagi untung tuh muka kaya manu rios coba kalo kagak.. "

"Kalo kagak mang lu mau apa? ", Aldi memotong ucapan Agung.

" Kalo kagak ya ga papa jadi gue bisa paling ganteng. Kan si Revan paling ganteng diantara kita".

"Terserah lo lah gue mau cabut, gabut gue lama-lama di sini apalagi ada lo lengkap sudah penderitaan gue", ucap Aldi sambil melangkah menuju pintu keluar

*****

Deruman mesim motor membelah jalan pada malam hari. Revan mengemudi motor ninja hitamnya dengan kecepatan penuh, hingga di sebuah tikungan...

Ciittttt....

"Woyy lo punya mata ga?? " Revan membuka helm dengan menahan emosi yang sebentar lagi meledak.

"Ma...ma..maaf.. Ak... Aku ga sengaja.. aku buru-buru" jawab gadis yang hampir tertabrak oleh Revan.

Ia diam mengamati siapa gadis di depannya karna mininnya cahaya malam dan si gadis pun menunduk sepertinya masih syok hampir tertabrak.

Tanpa fikir panjang Revan memakai helm nya kembali dan pergi dari sana tanpa mengucapkan apa-apa.

"Huhh...untung aja aku ga ketabrak. Tapi kayaknya aku kenal deh suara itu cowok" Raina ya gadis yang hampir di tabrak Revan adalah Raina

"Ya ampun udah hampir jam 10 aku harus cepet-cepet pulang." akhirnya

Raina menunggu taksi di pinggir jalan pada saat berjalan Raina terus saja meringis karena ternyata lututnya berdarah tergotes oleh aspal jalan.

Revan

Hari ini hati gue sumpek banget, entah mengapa mimpi itu datang lagi. Mimpi dimana gue bertemu si gadis kecil lebay emang tapi itu adanya.

Gue pun memutuskan pulang dari club tapi saat gue mengendarai motor dengan kecepatan penuh ada seorang gadis yang tiba-tiba nyebrang otomatis gue pun ngerem mendadak.

"Woyy lo punya mata ga?? " Gue membuka helm dengan menahan emosi yang sebentar lagi meledak.

"Ma...ma..maaf.. Ak... Aku ga sengaja.. aku buru-buru" jawab gadis yang hampir ketabrak gue.

Entah mengapa saat gue lihat manik matanya gue seakan melihat gadis kecil yang ada di masa lalu gue.

Tanpa pikir panjang ngue tancap gas dan pergi meninggalkan cewek itu masa bodo mau luka atau engga bukan urusan gue.

Saat gue buka pintu dan melangkah ke kamar gue yang ada di lantai dua

"Dari mana aja kamu Van?", wanita itu menatap gue seakan gue adalah orang yang sangat dikhawatirkan oleh nya.

Gue pun mengacuhkannya dan pergi ke kamar gue. Tapi ada tangan yang mencekal pergelangan tangan gue otomatis gue pun berhenti.

"Mama tanya sama kamu Revan, kamu mau kemana, udah makan belum? Kalau belum mama panaskan kembali makanan nya".

"Dengarkan saya baik-baik anda tidak perlu menghawatirkan saya, bertanya ini itu karena itu semua tidak akan mengubah apapun.

Dan satu lagi yang harus anda ketahui anda memang istri papa saya tapi anda bukan mama saya !", ucap gue sakratis sambil menghentakkan tangannya.

Gue pun membanting pintu kamar sekeras-kerasnya.

"Sebegitu benci kah kamu pada mama nak? Meskipun kamu tidak pernah menganggap mama adalah mama mu setidaknya kamu akan menjadi anak mama meski bukan dari rahim mama", ucapan ambigu itu terdengar sampai kamar gue tapi gue gak peduli dan gue pun tidur.

- - - - - - - - -
.
.
.
.
.
.
.

Maaf ya kalo ambigu banget ceritanya sumpah ini tuh cerita pertama aku banget jadi jangan lupa

Vote dan comment nya ya 😇

26sep17

Revan dan  Raina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang