Dear Us | 1

8.4K 317 19
                                    

Suara derap langkah kaki, kini mengudara di dalam rumah minimalis yang hanya di isi tiga orang saja. Dari suaranya terdengar jika sang pemilik suara tengah terburu-buru, tanpa mengucapkan sepatah katapun, gadis yang baru saja turun dari lantai dua dengan keadaan yang bisa dikatakan tidak baik-baik saja itu, bagaimana tidak gadis yang bernama Deandra Aurelie Andreas itu, turun dengan keadaan masih mengenakan handuk yang membungkus tubuhnya dan sebuah handuk yang bertengger di kepalanya.

"Pelan-pelan kak, nanti jatuh," teriak seorang wanita paruh baya yang saat ini tengah menyiapkan sarapan, sesekali ia menggeleng melihat tingkah laku anak gadisnya itu.

"Maaf buat lo nunggu," ucap Dea saat tangannya berhasil meraih knop pintu dan membukanya dengan lebar, menampakkan sosok lelaki yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya itu. Sedangkan lelaki itu hanya menatap Dea datar dari ujung kepala hingga kaki, dengan decakan kesal ia pun memutar tubuh gadis di depannya itu tanpa sepatah katapun dan menuntunnya kembali ke kamar.

"Udah seribu kali gue ingatin lo de, jangan pernah buka pintu dengan keadaan kayak gini"

Dea hanya bisa tersenyum kikuk saat sahabat lelakinya itu kembali berceloteh. Arkanda Reynaldi Saputra adalah sahabat kecil yang dimiliki Deandra, mereka berdua sudah bersama semenjak di dalam rahim, ibu Dea dan Arka merupakan bestie jadi jangan heran jika anak mereka juga sangat lengket bak perangko.

"Udah masuk sana, gue tungguin di meja makan"

"Sipp Kanda"

"De, please jangan Kanda, Arka aja napa sih?" sewot Arka saat Deandra lagi-lagi memanggilnya dengan sebutan Kanda. Oh ayolah Arka paling anti jika dipanggil seperti itu, namun bukan Deandra namanya jika tidak bisa membuat Arka cemberut seperti saat ini.

"Ia deh, udah gih aku mau siap-siap, sana tungguin di bawah aja," ucap Deandra sembari mencubit hidung mancung sahabatnya itu, jangan lupakan senyuman manisnya yang berhasil membuat Arka mengulum senyumnya.

"Awas kalau lo lama"

"Ia, bawel banget sih jadi cowok"

Tepat setelah Dea menutup pintu kamarnya, saat itu juga Arka melirik ke arah jam tangannya, melihat masih ada waktu untuk ikut sarapan bersana keluarga kecil gadis itu, toh Arka juga belum kenyang saat sarapan di rumahnya tadi.

Waktu masih menunjukkan pukul 6:15 pagi, membuat Dea dan Arka bersantai menyantap sarapan mereka. Setelah selesai dengan ritual pagi mereka kedua sejoli itu berpamitan pada orang tua Dea. Deandra naik ke motor sport milik Arka, bersiap untuk ke sekolahnya yang bisa memakan waktu 15 menit itu.

"Pegangan de, gue mau ngebut nih"

"Ihh, modus deh, masih pagi tahu ka"

Mendnegar ucapan Dea, Arka hanya tersenyum jahil membuat gadis dibelakangnya itu mencubit pinggangnya gemas, sekaligus memberi peringatan pada lelaki itu.

"Awas Kalau lo nge—"

Belum sempat Deandra menyelesaikan ucapannya, Arka sudah lebih dulu menarik gas membuat Dea hampir saja terjatuh untung dengan cepat ia memeluk Arka, jika tidak ia mungkin akan berakhir dengan mengenaskan di atas aspal.

***

Selama jam pelajaran berlangsung Deandra bergeming, ia terlalu serius mendengarkan Bu Ranti menjelaskan. Sedangkan Arka yang duduk di belakang Deandra terus saja menjahili gadis itu, bagaimana tidak sedari mereka sampai di sekolah Deandra mendiaminya bahkan sampai jam pelajaran kedua gadis itu masih juga mengunci mulutnya.

"De, lo marah yah?" tanya Arka saat semenit yang lalu Bu Ranti keluar dari kelas 12 IPA 2.

"De, jangan ngambek dong, maaf gih," lagi Deandra tak mempedulikan Arka yang terus saja mencoba untuk membuatnya bicara. Gadis itu sudah terlalu kesal, pasalnya ia harus mengucapkan berbagai doa bahkan harus merapikan penampilannya akibat Arka yang mengendarai motor seakan ingin mengajak Dea menghadap ke pecinta lebih awal.

Dear Us [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang