Dear Us| 6

2.8K 189 14
                                    

Suasana di meja makan membuat Arka dan yang lainnya terdiam, pasalnya tatapan Ayah Zaskyn tak pernah lepas dari mereka ber-empat. Aura-aura mengintimidasi terpancarkan dari cara pria itu menatap mereka, apalagi saat tatapannya beradu dengan tatapan Zaskyn, seakan ingin menelan anaknya itu hidup-hidup. Tak ada suara yang memecah keheningan diantara mereka bertujuh, hanya suara garpu, sendok dan piring saja yang saling bersentuhan.

"Jadi, kalian bertiga sekolah dimana?" pertanyaan itu lolos dari mulut Ayah Zaskyn, membuat Arka menghentikkan aktivitas sarapannya dan menatap ke arahnya sejenak.

"Kami satu sekolah bahkan sekelas dengan Zaskyn om," jawab Arka yang diangguki Hana dan Ana.

"Tapi saya baru lihat kalian," tanya Ayah Zaskyn lagi dengan nada menyelidik membuat Zaskyn hanya memutar kedua bola matanya malas. Biasa ayahnya kini dalam sikap protective mode on.

"Pa, yah wajarlah kalau papa jarang lihat mereka nah papa aja kerjanya pulang-balik Jakarta-Seattle, gimana papa mau lihat mereka coba?" komentar Zaskyn dengan nada kesal, membuat sang ayah menatapnya tajam.

"Really? Bukannya kamu yang jarang bawa mereka ke sini? Papa memang membesarkan kamu dengan budaya barat. But, papa gak pernah ajarin kamu untuk tidur seatap dengan wanita yang belum sah jadi istri kamu, Zaskyn"

Akhirnya ucapan yang sedari tadi ditahan Ayah Zaskyn, ia keluarkan juga. Yah, Zaskyn merupkan lelaki keturunan Amerika-Indonesia, ayahnya yang berasal dari Amerika itu membesarkan Zaskyn dan kakaknya dengan budaya barat. Namun keluarga mereka memegang teguh prinsip sex after married, karena tak mungkinkan Orlando—Ayah Zaskyn—mengizinkan kedua putranya untuk melakukan gaya hidup budaya barat, sedangkan mereka tinggal di Indonesia dimana merupakan negara hukum.

"Lando, mereka memang tidur sekamar tapi gak ngelakuin apa yang ada di dalam fikiran kamu," Relin—Ibu Zaskyn—mencoba untuk menjelaskan situasi pada sang suami.

Melihat sang istri dengan tatapan tak percayanya, "Memangnya kamu ada di sana? Gak kan?"

"Aku yang lihat sendiri kok mereka nonton terus ketiduran, dan kamu gak lihat aja model mereka tidur kayak gimana. Semalam apa yang mereka lakukan tidak seperti ekspetasi kamu Orlando sayang"

Zaskyn tersenyum kemenangan saat mamanya turut andil untuk membelanya, setidaknya ia masih memiliki kepercayaan mamanya bukan?.

"Whatever, aku tak akan pernah menang jika berbicara denganmu," gerutu Orlando sembari meneguk air putih, namun tatapannya masih menatap tajam kea rah putra keduanya itu.

"Zeno, bagaimana kuliah kamu?"

Lelaki yang sedari tadi memakan sarapanya dengan tenang itu, akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap ke arah pria yang hampir mirip dengannya itu.

"Baik pa, ini Zeno sementara ngurus untuk ujian skripsi," dengan begitu santai Zeno menjawab pertanyaam ayahnya, yang maalah meliriknya dengan tatapan yang seakan berkata 'benarkah?.

"Good, kamu harus lulus karena papa mau setelah kamu lulus kuliah kamu langsung handel perusahaan, papa rasa udah waktunya papa pensiun"

"Tapi, aku pengen lanjutin S2 di New Zeland"

"Yah, kamu bisa melanjutkan S2 mu di Seattle"

"Yah dan blablabla, ini meja makan, bukan meja rapat! Habiskan sarapan kalian lebih dulu, dasar anak dan ayah tidak ada bedanya sama sekali"

Arka tersenyum melihat keluarga Zaskyn yang begitu akrab dan saling terbuka satu sama lain, membuatnya rindu akan ayah dan ibunya yang saat ini masih berada di Jepang melakukan perjalan bisnis disana. Keluarga Zaskyn tak jauh bedah dengan keluarga Arka, sama-sama saling terbuka, hanya yang membedakan Arka adalah anak tunggal sedangkan Zaskyn memiliki seorang kakak.

Dear Us [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang