Dear Us| 12

2.3K 186 8
                                    

Menjauh, satu kata itu berhasil membuat jarak antara Arka dan Dea, setelah kejadian di atap hari itu semuanya tak sama lagi bagi Arka dan Dea.

Tak sama, tak akan sama seperti saat dulu, dimana semuanya menjadi mungkin bagi mereka berdua. Tak akan sama lagi waktu yang mereka habiskan berdua. Tubuh mereka selalu berada di tempat yang sama namun tidak dengan hati keduanya.

Setelah kejadian itu, Dea sebisa mungkin menjaga jarak dengan Arka. Entalah, ia sendiri yang mengatakan akan bersikap seperti biasa, seperti saat di mana mereka belum saling mengutarakan perasaan masing-masing. Namun lihat, ia juga yang menjauh dari Arka. Matanya hanya akan menatap lelaki itu dengan senyuman manis yang tercetak diwajahnya. Ia mungkin pandai menyembunyikan rasa sakit dengan senyumannya.

Namun itu berlaku hanya untuk Hana, namun dengan Ana, Arka dan Zaskyn? Aktingnya itu begitu buruk, bagaimana ia bisa tersenyum jika hatinya mengatakan sebaliknya. Sakit dan hancur. Dua kata itu mampu menggambarkan bagaimana perasaan Deandra saat ini. Jika ia bisa jujur dan terbuka dengan keadaan, ia akan mengatakan agar rasa sakit di hatinya itu lekas hilang. Hati Dea tak sejalan dengan apa yang ia ucapkan saat di atap hari itu.

Merelakan? omong kosong, bagaimana bisa aku mengatakan akan merelakannya untuk bersama Hana, jika kenyataannya tak sesuai dengan ucapanku.

"Boo"

Deandra sedikit terkejut saat Ana datang dan mengejutkannya, ingat ia hanya sedikit terkejut.

"Kenapa sih? Udah hampir tiga minggu loh, lo kayak mayat hidup," tanya Ana sembari duduk di samping Dea yang tengah menyandarkan tubuhnya ke rak buku.

Suasana perpustakaan yang kala itu sepi, membuat Dea nyaman berlama-lama di tempat yang di hororkan beberapa murid yang tak suka membaca.

Gak ada, gak tahu aja gue tiba-tiba bad mood akhir-akhir ini," jawab Dea sembari melihat ke arah Ana dan tersenyum manis.

Bodoh.

Itulah yang diucapkan Ana saat melihat Dea yang masih saja bersikap seakan-akan ia kuat dan tegar. Oh ayolah, Ana juga pernah melewati masa ini, masa di mana ia harus merelakan hatinya tersakiti karena keegoisan Zaskyn, jadi mustahil jika Ana tak tahu apa yang terjadi pada gadis yang sudah menjadi sahabatnya selama tiga tahun ini.

Hhh

Ana menghembuskan nafasnya sembari menatap lurus ke depan, membuat Dea ikut menghembuskan nafasnya berat.

"Yaudah yuk, kita ke kenatin yang lain udah pada nungguin," sahut Ana yang hanya di angguki Dea.

Selama di perjalanan Dea hanya memasang senyum manisnya saat beberapa lelaki baik teman seangkatannya ataupun adik kelas yang tengah menggodanya. Hingga kets hitam yang di kenakan Dea terhenti, saat irisnya mendapati Hana dan Arka yang tengah tertawa.

Sial, kenapa sih lo? Bisa gak jangan sakit kayak gini, lo nyiksa gue sumpah. Batin Dea merutuki hatinya yang terasa sakit saat melihat kedua sejoli itu tertawa bahagia.

"Hei," panggil Zaskyn yang melihat kehadiran Ana dan Dea di pintu masuk kantin.

"Udah pada makan aja kalian, gak nungguin kita, aah gak asik," cibir Ana sembari duduk di samping Arka sedangkan Dea duduk di antara Zaskyn dan Hana.

"Siapa suruh lama banget, lo juga sih De, ke perpus mulu kelewat rajin lo," ucap Hana dengan nada yang ia buat kesal.

"Ia dong harus, kan udah dekat UN, udah pesenin gue yah Hanareum cantik," ucap Dea dengan puppy eyes, membuat Hana terdiam untuk beberapa detik, ingin sekali ia menonjok wajah gadis itu.

Dear Us [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang