Dear Us| 7

2.6K 191 12
                                    

Suara derap langkah kaki yang berlomba-lomba kini menggema di setiap koridor sekolah, pasalnya bel masuk sudah berbunyi membuat beberapa murid yang masih berada di luar gerbang sekolah berlarian masuk ke dalam, tentunya mereka tak ingin terlambat dan berakhir membersihkan toilet atau di depan tiang bendera.

'Hhh'

Helaan nafas lolos dari bibir ranum Hana yang baru saja sampai di kelas, nafasnya memburu dan rambutnya sedikit berantakan. Bagaimana tidak ia berlari dari depan gerbang sampai ke kelasnya yang lumayan jauh dari gerbang.

Bukk~

Dengan sedikit kasar Hana mendudukkan dirinya, mengundang atensi Ana yang dengan penasaran.

"Tumben lo telat," ujar Ana dengan buku pelajaran yang ia pegang.

"Gue kesiangan," dengan nada wajah memelas, Hana menjawab rasa penasaran gadis yang memiliki nama hampir mirip dengannya itu.

"Emangya semalam lo ngapain aja sih?" kali ini Arka ikut menimpali, membuat Hana menghela nafasnya berat. Enggan untuk menjawab pertanyaan lelaki itu.

"Han, gue tanya jadi jawab dong," Arka kembali berucap kali ini dengan nada yang tak ingin dibantah, membuat Hana melihat kearahnya dengan senyum yang merekah.

"Tahu sendirikan gue gak bisa tidur kalau hanya ada gue di rumah," jelas Hana dengan senyum manisnya.

"Gue lupa, kenapa lo gak chat gue aja? Kan gue bisa nemanin lo di rumah, atau gak lo nginap di rumah gue"

"Gue juga lupa"

"Bukan Hana namanya kalau gak pelupa," timpal Dea sarkas tanpa mengalihkan pandangannya dari game mobile yang dimainkannya itu

Hana hanya tersenyum sembari menjitak kepala Dea, meninggalkan ringisan yang keluar dari bibir ranum gadis itu.

"Ehh, Pak Abi datang!" teriak salah seorang murid yang berdiri di depan pintu, membuat semua murid kelas 12 IPA 2 duduk dibangku mereka masing-masing.

Selama pelajaran berlangsung, tak ada suara yang keluar dari setiap murid 12 IPA 2, pasalnya pelajaran sejarah tengah diterangkan Pak Abi di depan sana. Beberapa pasang mata, mulai menatap sayup ke arah papan tulis, sedangkan yang lainnya hanya menatap lurus ke depan namun arwah mereka melayang entah kemana.

"Baiklah, saya hanya akan menerangkan materi sampai di sini saja, karena kalian harus ke aula untuk membicarakan perihal acara kelulusan kalian nanti," jelas Pak Abi membuat seluruh murid kelas X12 IPA 2 menatapnya dengan mata yang berbinar.

"Kalau bahas acara kelulusan aja, semuanya pada semangat. Udah kalian ke aula sana"

Tanpa babibu lagi seluruh murid IPA 2 berlomba-lomba menuju aula, Dea yang masih memasukkan bukunya ke dalam tas hanya bisa berdecak kesal saat Arka dengan sengaja menyambar tangannya membuat pulpennya itu terjatuh ke lantai.

"Arka kalau jalan bisa gak sih lurus aja? Pake acara nyambar segala, buta atau gimana?" beo Dea sembari menunduk untuk meraih pulpennya itu.

Deg~

Mata Dea menatap heran ke arah sepasang sepatu di depannya yang juga ikut berjongkok untuk mengambil pulpennya. Baru saja ia hendak mengangkat kepalanya untuk melihat siapa sang pemilik sepatu itu, ia kembali dikejutkan saat pipinya terasa panas akibat mendapatkan ciuman dari lelaki yang sudah ia tebak siapa.

"Itu hukuman buat lo," bisik Arka lalu beranjak melangkah menjauhi Dea, jangan lupakan senyuman menggoda tercetak di wajah tampannya itu.

Lama Dea terdiam dengan pemikirannya sendiri, sebelum akhirnya ia berdiri dan menyusul langkah Arka, kali ini wajahnya terlihat serius, hingga tepat langkahnya sejajar dengan Arka saat itu juga ia mencium pipi Arka dengan tatapan yang menantang, jangan lupakan senyuman tipis yang terukri di wajahnya.

Dear Us [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang