Dear Us| 3

3K 229 14
                                    

Gadis yang saat ini masih asik dengan dunia mimpinya itu tak menyadari jika waktu sudah menunjukkan pukul setengah 7. Terlalu asik, bahkan sampai suara ponselnya yang berdering pun tak ia dengar, suara jam weker bagaikan angin lalu, sepertinya mimpi Deandra benar-benar indah saat ini.

"Eung..." erang Dea saat merasa tidurnya sudah cukup pagi ini, secara perlahan ia membuka mata mencoba terbiasa dengan cahaya matahari yang masuk melalui jendela, diperhatikannya setiap sudut dari kamarnya masih terlihat sama, dengan warna warm white yang mendominasi di dalam ruangan itu.

Drrt~Drrt~

Atensi Dea teralihkan pada benda persegi yang tergeletak indah di sampingnya, tanpa melihat siapa yang menelfon, ia langsung mengangkat panggilan tersebut dan menempelkan ke telinganya.

"Ohh akhirnya, lo dimana? 15 menit lagi gerbang akan ditutup"

Damn.

Mata Dea seketika membesar setelah mendengar ucapan Hana, tanpa membalas pertanyaan gadis itu, ia segera beranjak dari tempat tidur jangan lupakan ponselnya yang tergeletak indah dilantai setelah ia refleks membuang benda persegi itu, karena terkejut.

"Bodoh, kenapa bisa kesiangan sih?" umpat Dea pada diriya sendiri, sembari memakai sepatunya.

"Dea berangkat!" terikanya entah pada siapa, lalu menutup pintu rumahnya dengan kasar.

Dadanya naik turun saat ia berlari dari rumahnya ke halte bus, tidak akan ada Arka yang menjemputnya mengingat ini sudah pukul 6:45 mengharuskannya untuk naik bus. Tapi kesialan menimpa Dea saat baru saja langkahnya sampai di halte, hujan turun dengan deras. Dengan helaan nafas berat Dea bergumam mengumpati dirinya sendiri yang bisa-bisanya kesiangan hari ini dan berakhir dengan sederet kesialan di pagi hari.

"Telfon Arka," ucapnya lalu merogoh tas mencari benda persegi yang bisa menghubungkannya dengan arka.

Double shit!

"Kurang sial apa lagi coba?" beo Dea saat menyadari ia melupakan ponselnya yang masih dengan indah tergeletak di lantai.

Mau tak mau, suka tak suka Dea harus menunggu hingga hujan redah, dan bus juga tak kunjung datang setelah hampir 10 menit ia menunggu.

"Sudahlah hari ini bolos aja," gumam Dea pasrah, ketika melihat keadaan yang tidak memungkinkan.

Dilain tempat kini SMA Angkasa tengah gaduh, bagaimana tidak hari ini semua guru rapat membuat seluruh murid bebas untuk berkeliaran. Di 12 IPA 2 semua muridnya masih utuh tak ada yang keluar dari kelas, saat Arka dan Zaskyn mulai bermain gitar di dalam kelas. Ini yang membuat seluruh penghuni IPA 2 betah berada di dalam kelas saat guru tengah rapat. Bahkan para fans-fans Arka dan Zaskyn yang berasal dari kelas lain kini berkumpul di depan kelas mereka, hanya untuk melihat permainan yang bahkan jarang ditampilkan kedua lelaki itu.

Lagu dari Singgah-Wajarkah, dibawakan keduanya dengan suara yang begitu merdu, bahkan sesekali Ana berdecak kagum dan Hana membalas tatapan Arka. Lelaki itu terus menatap Hana sembari memetik gitar, konser dadakan yang seketika menjadi konser sekelas.

"Wajarkah jika ku cemburu, padahal kau tak lagi dimiliki, aku mungkin masih sayang, mungkin masih cinta," serempak anak kelas IPA 2.

"Pagi-pagi kayak kita cocok untuk galau berjamaah deh," ucap Zaskyn yang membuat beberapa teman kelasnya tertawa.

"Lagu apa lagi?" kali ini Arka bertanya pada Hana, dengan senyuman manisnya.

Sejenak Hana berfikir, ia tengah mencari lagu yang cocok dengan warna suara Arka yang super duper lembut itu. Saat Hana hendak menjawab pertanyaan Arka, suara benturan di pintu membuat atensinya dan yang lain teralihkan.

Dear Us [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang