Dear Us| 20

2.4K 159 15
                                    

Berulang kali Dea melihat penampilannya dari pantulan cermin di depannya, entahlah ia merasa sedikit tidak PD malam ini. Degupan jantungnya sedari tadi setelah melihat senyuman tulus Arka tak mau lagi berdetak secara normal. Bahkan dengan menghembuskan nafasnya berulang kali pun, tetap saja detak jantungnya tak bisa berdetak secara normal.

"Kamu udah cantik kak, jangan di lihat terus penampilannya," ucap Anita yang saat ini berdiri di depan pintu sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Dea hanya tersenyum canggung ke arah sang mama melalui pantulan cermin, melihat itu Anita berjalan mendekati putri semata wayangnya dan memegang pundak anak gadisnya itu.

"Kamu udah cantik pake dress ini, jadi apa yang membuatmu terlihat gelisah?" tanya Anita yang di balas senyuman manis dari Dea, Dea tahu ia tak bisa menyembunyikan apapun pada wanita paruh bayah yang memiliki rupa yang sama dengannya.

"Gak ada, Dea hanya takut aja," jawab Dea sembari berbalik dan memeluk Anita.

Anita hanya bisa tersenyum saat melihat kelakuan Dea yang masih seperti anak kecil, dielusnya rambut putrinya itu membuat Dea nyaman berlama-lama di pelukan sang mama.

"Jadi, kamu mau begini terus sampai kapan? Bukannya acaranya di mulai setengah 8?" timpal Anita membuat Dea melepaskan pelukannya dan tertawa sembari memukul jidatnya.

"Habisnya kalau di peluk mama bawaannya pengen tidur, oke Dea pergi dulu bye ma," sembari mencium pipi Anita Dea berucap.

Dengan langkah yang sedikit terburu-buru Dea turun kelantai satu di mana sang Ayah menunggunya. Yah, Dea ke sekolah di antar Ayahnya.

"Cantik banget anak papa"

"Ia dong, siapa dulu, anaknya Anita sama Andre"

"Ya udah yuk, keburu kamu telat"

Berbeda dengan keadaan Dea saat ini, kini Hana yang sudah berada di depan gedung sekolahnya yang terlihat ramai karena sudah banyak murid yang datang hanya bisa berdiri sembari menatap gedung bertingkat empat itu. Melihat gedung yang sebentar lagi akan menjadi sejarah untuknya, membuat beberapa momen yang selama beberapa bulan ini ia alami.

Walaupun baru menginjakkan kakinya di sekolah ini saat kelas tiga, namun ada rasa tak ikhlas saat akan meninggalkan sekolah yang sedikit banyak menjadi saksi dari kisah cintanya.

Dengan dress berwarna hitam yang ia kenakan, dan topeng yang masih ia genggam di tangannya, melangkah maju dengan helaan nafas berat terlebih dulu. Saat baru saja dua langkah ia masuk ke dalam area sekolah, langkahnya harus terhenti saat irisnya mendapati Ana yang juga melakukan aktivitas seperti yang ia lakukan tadi.

Memandangi gedung sekolah.

"Gak terasa yah," ucap Hana saat ia sudah berdiri disamping Ana yang masih fokus menatap gedung di depannya.

"Gue bakal miss banget sekolah ini," balas Ana dengan hembusan nafas di akhir ucapannya.

"Gue juga, walaupun gue gak mulai dari nol di sini"

"Han, maaf yah gue dulu sempat ada rasa benci sama lo"

"It's okay"

"Ahh udah yuk menye-menye gak jelas, sekarang kita masuk ke dalam," ucap Ana sembari memasang topeng yang ia pegang sedari tadi.

Hana tersenyum melihat Ana berbeda malam ini, dengan balutan dress hitam, dengan updo hair style, membuat Ana benar-benar terlihat cantik malam ini. Melihat itu Hana juga ikut memakai topengnya, topeng yang simple namun entahlah Hana menyukai topeng itu.

Dear Us [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang