O3

4.2K 362 30
                                    

Flashback

Mereka berdua berjalan dengan santai di gang sempit itu. Rose merapatkan dirinya dengan Jimin karena suhu cuaca yang kian dingin.

Gang itu begitu sunyi, suram dan terlihat kelam.

Mungkin jika Rose ia akan takut jika melewati gang itu sendirian dimalam yang gelap seperti ini. Ditambah lagi dengan cuaca yang benar-benar buruk.

Tak ada percakapan sepanjang mereka melangkah. Hanya terdengar suara Jimin yang bersiul-siul ringan.

" Jim " panggil Rose seraya menyenggol lengan Jimin saat melihat orang melewati gang itu dengan berjalan tergesa.

Jimin menoleh, melihat ke arah mana mata Rose memandang. Dan seketika ia langsung mengerti.

Jimin berjalan cepat ke arah orang itu, seringaian jelas tergambar di wajahnya yang tersinar oleh cahaya temaram. Ia merogoh pisau dari dalam sakunya. Jimin menyamai langkah orang itu, ia menepuk bahunya.

Saat orang itu menoleh tanpa aba-aba Jimin menancapkan pisau lipat itu ke perut nya. Rose segera menghampiri Jimin, dan terkejut dengan wajah orang yang telah Jimin lukai.

" Dia... " Pekik Rose dengan mata terbelalak.

" Siapa? " Tanya Jimin, dahinya berkerut heran.

" Dia orang yang aku ceritain itu, kamu inget? " Ujar Rose sembari bertanya pada Jimin.

" Orang yang melecehkan kamu di bus itu? " Tanya Jimin cukup terkejut.

Sementara mereka terlibat percakapan, orang itu sedang merintih kesakitan sembari memegang perutnya yang tertusuk. Ia berusaha mengeluarkan suara untuk meminta tolong.

Jimin berbalik menghadap orang itu yang bahkan baru sempat membuka mulutnya untuk berteriak minta tolong. Jimin semakin menampakkan seringainya.

" Wah.., kebetulan sekali kita bertemu disini. Aku benar-benar ingin membunuh orang yang telah berani-beraninya melecehkan kekasihku! " Ucap Jimin geram, kaki kanan nya ia gunakan untuk menginjak dada laki-laki itu.

Rose mendekat, ia berjongkok di samping kepala laki-laki yang tak ia kenali itu.

" A-ak-aku minta maaf.. " ujar orang itu sembari menahan rasa sakit yang menjalar ditubuhnya.

" Maaf? " Jimin mengangkat sebelah matanya, ia kembali menyeringai.

Rose menahan lengan Jimin untuk menahan perkataanya terlebih dahulu. Ia kemudian berjongkok di samping laki-laki itu. Ia tersenyum lebar, menyapanya dengan santai.

" Hai.. " sapa Rose.

Ia mencengkeram kepala orang itu kuat, " Bagaimana kabarmu? " Tanyanya kemudian.

Rose kemudian menghantamkan kepala orang itu pada aspal hingga darahnya mengalir kemana-mana.

" Kau baik? " Tanya Rose lagi. Sementara laki-laki itu masih sadar, namun mulutnya sudah kaku akibat rasa sakit yang tak pernah ia bayangkan.

Rose kemudian berdiri, ia tersenyum lebar. Lebar sekali. Ia menginjakkan kakinya pada leher laki-laki itu.

" Masih suka melecehkan perempuan? " Rose menguatkan pijakannya pada leher orang itu hingga ia mengeluarkan jeritan tertahan. Ya, tertahan karena injakan kaki Rose.

Jimin hanya bisa tertawa melihat wajah kesakitan orang itu.

" Jawab! " Rose menguatkan pijakannya lagi,   terdengar bunyi tulang yang retak disana.

Mungkin akan mengerikan bagi orang lain, tapi bagi Jimin dan Rose suara itu terdengar indah bagaikan sebuah melodi.

" Kenapa kau tidak mau bicara? " Tanya Rose bertingkah heran.

" Baiklah kalau kau memang maunya begitu, karena aku baik aku akan menolongmu. Menolongmu agar kau tak melakukan perbuatan keji seperti itu lagi ", Rose kemudian merebut pisau dari tangan Jimin.

Sementara Jimin hanya menyaksikan dan menunggu apa yang akan dilakukan Rose. Kali ini ia akan membiarkan Rose menyelesaikan semuanya. Sesuai keinginannya.

" Matamu ini.. " tunjuk Rose pada mata orang itu.

Rose menancapkan pisau itu tepat di mata kanannya, " Harus dihilangkan agar kau tidak melihat dengan nafsu tubuh para perempuan lagi "

" Yang satunya juga, tidak adil bukan jika hanya satu? " Tanya Rose, kemudian menancapkan pisau itu di mata kiri.

Air mata mengalir dengan deras dari mata orang itu. Namun bukan air mata biasa, melainkan air mata berdarah.

Orang itu memohon ampunan dalam rasa sakitnya yang amat mendalam. Tapi Rose dan Jimin hanya menganggapnya angin lalu.

" Dan tanganmu ini.. " Rose mengayun-ayunkan tangan itu didepan wajah pemiliknya.

" Harus dihilangkan juga agar kau tak sembarangan menyentuh tubuh perempuan " Rose menyayat jari jemari orang itu sedikit demi sedikit. Dan mengulitinya.

Demi tuhan, orang itu merasa lebih baik ia  mati saja daripada harus disiksa secara perlahan oleh dua orang yang tak ia kenal sekarang. Ia benar-benar merasa tersiksa, dan ingin mati saja. 

" A-ampuni aku.. " ucapnya meminta belas kasihan, tapi sayang sekali hati Rose sudah mengeras bagaikan batu. Atau.. ia memang sudah tak punya hati?

" Diam! " Bentak Jimin pada orang itu.

" Biarkan saja.. " ujar Rose.

Tanganya berpindah mencengkeram dagu orang itu, dan seketika darah kembali mengalir deras saat ia menancapkan pisau itu tepat di rahang.

Rose membelah rahang orang itu menjadi 2, hingga orang itu langsung mati seketika. Entahlah, mungkin karena ia sudah tak mampu lagi menahan berbagai rasa sakit dari apa yang Rose perbuat.

Bagi Rose itu adalah balasan yang setimpal bagi orang itu. Sedangkan Jimin ia senang karena Rose bisa membalaskan dendamnya, dengan tangan nya sendiri.

" Kau melecehkan aku dengan tangan kotormu, maka aku juga membunuhmu dengan tanganku sendiri " Ucap Rose sebelum mengajak Jimin pergi untuk meninggalkan tempat itu.

Tanpa Rose dan Jimin ketahui ada orang yang melihat mereka berdua disebuah tempat tersembunyi, ia tampak menyeringai. Sembari menyimpan ponselnya ke dalam saku.

Flashback off


•OBSESSED•




OBSESSED [Rose×Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang