1O

3.3K 279 24
                                    


Jalan-jalan, adalah opsi pilihan terbaik menurut Jimin untuk rencana hari ini. Setelah kejadian kurang mengenakkan kemarin, terlebih untuk Rose Jimin berpikir untuk sedikit menghibur gadisnys itu. Dan berjalan-jalan sepertinya yang terbaik.

Kini, ia dan Rose sudah melaju menuju ke suatu tempat yang sengaja Jimin rahasiakan dari Rose. Anggap saja sebagai surprise. Tapi Jimin sangat percaya diri bahwa Rose akan menyukainya.

" Kita mau kemana sih Jim.. " tanya Rose diikuti rengekan karena rasa penasarannya yang begitu besar.

" Nanti kamu juga bakal tau sayang kalo kita udah sampe " jawab Jimin sembari tersenyum manis ke arah gadisnya.

Rose mencebik, " Ih gasuka deh pake rahasia-rahasiaan gini. Kamu kan tau aku orangnya kepoan " bibirnya melengkung dengan sempurna, sedangkan Jimin tertawa karena ekspresi menggemaskan yang ditunjukkan Rose.

Tanpa permisi Jimin mencuri sebuah kecupan dari bibir Cherry sang gadis.

" Liat jalan deh, gak usah aneh-aneh kamu " marah Rose atas ulah yang telah Jimin lakukan.

Jimin tertawa sekilas menanggapi ocehan Rose.

" Ya udah makanya gak usah cemberut sayang. Kan jadi gemes pengen cium " jawab Jimin dengan ringan sembari terkekeh.

" Ya kamu sih, pake sok misterius main rahasia-rahasiaan segala " lagi, sang gadis menuturkan alasan yang membuat wajahnya sedari tadi ditekuk.

Jimin tidak menjawab lagi dan hanya menanggapi dengan senyuman. Ia bahagia, setidaknya Rose sepertinya tidak terlalu terpengaruh lagi mengenai kejadian kemarin.

Kelihatannya gadis itu sudah melupakannya dengan mudah. Dan Jimin senang bahwa hal itu mungkin tidak meninggalkan trauma yang mendalam bagi Rose. Karena jika itu terjadi ia tak akan tinggal diam.

Jalanan sudah cukup padat, padahal sekarang belum terlalu siang. Sembari menunggu barisan mobil yang terhenti karena macet, Jimin mengalihkan pandangannya. Memerhatikan Rose.

Gadis itu terdiam, hanya menatap ke arah jendela melihat ke arah luar. Jimin tak dapat menerka dengan jelas apa yang gadis itu lihat, tapi entah mengapa ia merasa tatapan itu kosong dan tak bernyawa.

Jimin mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Rose. Bagai dikagetkan oleh sesuatu Rose tersentak, sepertinya gadis itu memang baru saja melamun. Tapi yang dilakukan Rose selanjutnya tidak banyak, hanya balas menggenggam tangan Jimin.

Jimin tersenyum, Rose yang kebetulan sedang menatap Jimin juga balas tersenyum.

" Anything fine, baby? " Tanya Jimin hati-hati, satu tangannya lagi ia ulurkan untuk mengusap pipi tembam Rose.

" Sure, aku baik-baik aja kok kamu gak perlu khawatir " jawab Rose dengan masih tersenyum.

" Kamu bisa cerita sama aku Rose kalo kamu kepikiran sesuatu. Jangan pernah berpikir untuk menyembunyikan apapun dari aku, oke? "

Rose mengangguk, " Siap bos " jawabnya diakhiri dengan tertawa kecil.

Tawa itu, sudah cukup segala-galanya bagi Jimin untuk membuat hatinya tenang. Setidaknya keresahan yang sedari tadi ada dalam benaknya hilang hanya dengan melihat Rose tertawa seperti itu.

Bunyi panjang dari klakson menyadarkan keduanya dari kegiatan mereka.

Buru-buru Jimin kembali melajukan mobilnya sebelum dia diamuk para penumpang mobil yang sudah berderet panjang dibelakangnya. Ia tak ingin membuang waktu dengan percuma.

Sekitar 5 jam perjalanan, akhirnya Jimin menghentikan mobilnya ditempat tujuan yg ia inginkan. Seharusnya perjalanan tidak selama itu jika saja mereka tidak dihambat oleh kemacetan jalanan yang memang tidak pernah absen. Ya walaupun tempat tujuannya memang jauh dari apartemen mereka.

Jimin menoleh pada Rose yang ternyata telah terlelap tidur. Senyum kecil terbit begitu saja diwajah Jimin. Melihat Rose yang terlihat begitu polos dan damai saat tidur seperti ini. Benar-benar menghangatkan hatinya.

Daripada membangunkan Rose, Jimin justru lebih memilih berdiam dan menikmati pemandangan Rose yg sedang tertidur lelap didepan nya. Tangannya terangkat untuk menyelipkan anak rambut yang menghalangi penglihatan Jimin terhadap pahatan indah wajah Rose.

Jimin mendekatkan dirinya, melepaskan seat belt yang melilit tubuh Rose. Takut-takut jika saja gadis itu merasa sesak dalam tidur nya akibat seat belt yang ia pakai. Selesai melepas seatbelt Jimin kemudian mengecup dahi Rose dengan hati-hati agar gadis itu tidak terbangun.

Namun beberapa detik setelah Jimin melepaskan kecupannya pada dahi Rose gadis itu mulai menggeliat dalam tidurnya. Jimin pikir mungkin Rose merasa terganggu dan akan terbangun karena ulahnya.

Detik demi detik Jimin menunggu Rose bangun, gadis itu tak kunjung bangun juga. Ia hanya terus bergerak kesana kemari dan menggeliat resah.  Wajahnya mulai menunjukan ekspresi gelisah. Bulir-bulir keringat mulai menuruni dahi Rose.

" Jangan.. " lirih Rose

" Jangan mendekat!! " Nadanya mulai meninggi, terselip nada ketakutan yang jelas dalam perkataannya.

" Aku mohon Jaehyun jangan..., Jangan mendekat... Jangan..  " Rose mulai meronta-ronta dalam tidurnya.

Terlalu lambat Jimin mencerna tentang apa yang terjadi terhadap Rose. Lambat laun ia baru sadar bahwa Rose sedang bermimpi buruk.

Dengan sigap Jimin mendekat untuk mendengarkan Rose, namun pergerakannya terbatas oleh ruang yang sempit diantara mereka. Jimin kesulitan untuk meraih tubuh Rose, karena posisi gadis itu yang menyender pada dinding kaca pada pintu mobil.

" Ck, sial "

Dengan cepat Jimin memutar otak, ia menuruni mobil dan membuka pintu milik Rose. Gadis itu hampir saja terjatuh karena berat tubuhnya yang bertumpu pada pintu mobil. Namun dengan sigap Jimin menangkapnya.

Dapat Jimin lihat air mata yang terus saja keluar dari mata terpejam Rose. Jimin kemudian membawa Rose kedalam pelukannya.

" Jangan... " Rose masih terus saja meracau ketakutan.

" Ssst.. sayang... " Jimin mengusap punggung Rose menenangkan, sembari mencium puncak kepalanya.

" Bangun sayang " dengan halus Jimin mengguncang tubuh Rose.

Perlahan gadis itu mulai membuka matanya, dan langsung mendekap Jimin dengan erat.

" Jim aku takut.. " lirihnya sembari terisak.

" Kamu gak perlu takut sama apapun, ada aku sayang.. " ucap Jimin berusaha membuat Rose lebih tenang.

Rose tak menjawab, dan hanya terus menangis. Tak banyak yang bisa Jimin lakukan, ia hanya terus berusaha menenangkan Rose. Meyakinkan gadis itu bahwa ia akan aman selama Jimin ada disampingnya.

Jimin lupa, Rose pandai menyembunyikan luka miliknya. Ia pikir mungkin Rose sudah melupakan tentang kejadian kemarin. Ternyata apa yang ia pikir justru salah besar.

Tentu saja, bagaimana Rose dengan mudah melupakan itu? Sedang dirinya sendiri saja masih dibuat marah besar jika teringat oleh kejadian itu.

Rose, gadisnya yang rapuh dan penuh luka yang hanya ingin ia pendam sendiri. Jimin ingin melindunginya, selama hidupnya. Dengan terus berada disisinya sepanjang hidupnya. Tak perduli apapun yang terjadi. Ya, tekad itu sudah tertancap kuat dalam hatinya.

Karena Rose adalah setengah dari dirinya, raganya, nafasnya, jiwanya, hidupnya. 


***








OBSESSED [Rose×Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang