O1

6.3K 498 52
                                    

Dia itu memang suka mengikuti kemanapun Rose pergi. Bahkan saat Rose bekerja sekalipun. Contohnya seperti sekarang.

Walau Jimin menyamar sedemikian rupa pun Rose masih dapat mengenali sosok itu dengan jelas. Ia mengenakan pakaian serba hitam, dan wajah tertutup masker dan topi yang juga berwarna hitam.

Tapi postur itu, bahasa tubuhnya, bahkan matanya Rose tahu bahwa itu Jimin. Ia tersenyum kecil, ketika melihat Jimin benar-benar berusaha untuk menyembunyikan dirinya dibalik buku menu.

Rose tahu, Rose selalu tahu. Ia tahu segala hal tentang Jimin yang bahkan Jimin sendiri tak tahu.

" Heh! Anter nih pesenan meja nomor 3 " ucap gadis bersurai pirang yang tak lain adalah Lalisa. Rekan kerja sekaligus sahabatnya yang bersama dengannya merintis usaha kafe kecil-kecilan ini.

Rose meneliti letak meja nomor 3 yang dimaksud Lisa. Dan betapa kebetulan bahwa itu adalah meja tempat Jimin duduk. Ia tersenyum lagi.

" Malah senyum-senyum lagi! " Lisa mengikuti arah pandang Rose.

" Liat ganteng dikit aja jelalatan langsung tuh mata " ejek Lisa.

Rose tak mempedulikan ucapan Lisa. Dan mengambil nampan yang disodorkan gadis pirang itu, lalu meninggalkannya begitu saja.

" Yee, dikacangin gue " Lisa mengutuk pada Rose, namun tak lama sampai kemudian ia kembali lagi ke dapur untuk menyelesaikan pesanan lain.

" Pesanan anda " ucap Rose sambil meletakkan cangkir berisi Latte.

Jimin hanya menganggukkan kepalanya tanpa menurunkan buku yang ada ditangannya. Rose berinisiatif untuk duduk begitu saja didepan Jimin, tanpa meminta persetujuan darinya.

" Kamu mau sampe kapan disini? Hm? " Tanya Rose lembut, Jimin menurunkan buku dari hadapan wajahnya.

" Ketahuan deh " Ia tertawa kikuk, yang disambut tawa juga oleh Rose karena gestur lucunya.

" Pulang gih " titah Rose, yang disambut gelengan oleh pria itu.

" Pengen disini, nemenin kamu " katanya sebagai bentuk argumen untuk Rose.

" Gak bosen? Gak capek? " Tanya Rose, Dijawab dengan gelengan lagi oleh Jimin.

" Aku lebih bosen kalo cuma diem dirumah. Jadi jangan usir aku please.. " ucap Jimin memohon, yang mana itu terlihat sangat lucu dimata Rose.

" Jangan gitu ah.. gak ganteng lagi " canda Rose, yang direspon raut cemberut oleh Jimin.

" Tapi jadi ganteng banget.. " Lanjut Rose, yang membuat Jimin langsung merubah ekspresinya.

Rose bangkit dari duduknya, " Ya udah kalo gitu aku pulang sekarang aja "

" Loh kenapa? " tanya Jimin terheran.

" Kamu kan lagi sakit, harusnya istirahat dirumah. Muka kamu aja pucet tuh " tunjuk Rose pada wajah Jimin.

Jimin meraba wajahnya sendiri, " Masa? Tapi aku udah ngerasa sembuh kok " kata Jimin meyakinkan.

Rose menggelengkan kepalanya, " Nggak. Kita pulang sekarang ya. Tunggu aku mau ambil tas dulu "

Gadis itu berlalu dari hadapan Jimin tanpa menunggu lama. Jimin hanya mengangkat bahu melihat tingkah Rose.

" Yuk " tidak lama Rose sudah muncul lagi dihadapan Jimin. Mengulurkan tangannya.

Jimin menyambut uluran tangan itu dengan semangat, " Ayo! "

Sebagian besar pengunjung kafe itu menatap dua sejoli itu dengan tatapan kagum. Betapa tidak mereka berdua terlihat begitu serasi dan romantis.

Apalagi saat Jimin memasukkan tangan Rose kedalam saku jaketnya sembari menggenggamnya sebelum keluar dari pintu. Itu karena sekarang sedang musim dingin, dan Jimin tak mau Rose sampai kedinginan.

Beberapa dari mereka, terutama remaja bahkan tak segan mengucapakan secara terang-terangan karena mereka berdua romantis.

" Astaga... relationship goals banget.. gue juga mau punya pacar kaya gitu... "

Sementara itu diluar sana Rose merasakan benda dingin didalam saku jaket tebal Jimin. Rose mendongak memberikan tatapan bertanya pada Jimin, yang hanya dijawab senyuman lebar oleh laki-laki itu.

" Udah lama.. " ucap Jimin, mempererat genggaman tangannya pada Rose.

Gadis itu tersenyum, " Hish. Tapi kan kamu lagi sakit..  gak seru.. " ucap Rose merengek.

" Walaupun lagi sakit aku tetep jago tau " Jimin mengerling pada Rose.

" Apaan sih... " Rose memutar bola matanya.

" Mau yang dimana? Gang? Terowongan?  Hm? " tanya Jimin.

" Di terowongan kan udah pernah. Lagian sekarang kayaknya situasi nya lagi gak mendukung. Gimana kalo gang sempit aja? Lebih aman, lagipula kamu lagi sakit. Nanti kalo ada apa-apa kan gak susah jadinya " jelas Rose yang disetujui oleh Jimin tanpa pikir panjang.

" Oke kalo gitu.. mari bersenang-senang. Kita cari mainan kita " ucap Jimin bersemangat.

Disepanjang perjalanan menuju tujuan mereka yang entah kemana, mereka tertawa bahagia bersama. Lagi-lagi menuai tatapan kagum orang disekitarnya.

Mereka yang disepanjang jalan, mereka yang didalam kafe tadi. Mereka yang mengatakan bahwa Rose dan Jimin amat sangat romantis tak tahu. Bahwa apa yang ada dibalik saku Jimin sekarang adalah sebuah pisau lipat.

Sebuah pisau lipat yang bagi Jimin dan Rose mendeskripsikan sebuah keromantisan dan kesenangan yang sebenarnya.

•OBSESSED•

OBSESSED [Rose×Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang