17. Ujian, Kedekatan, dan Kehancuran

191 19 2
                                    

Yura tepat terbangun ketika jarum pendek pada jam dinding kamarnya menunjuk kearah empat. Mungkin ia sulit tidur. Ranjang yang biasanya terisi hanya dirinya seorang, kini harus berbagi dengan tubuh besar Chanyeol, belum lagi suhu tubuh pria itu yang sangat panas. Tak mengapa jika saat ini sedang musim dingin, tapi ini bahkan belum memasuki cuaca dingin sama sekali. Membuat Yura terbangun dengan peluh membasahi seluruh tubuhnya. Bajunya bahkan sudah basah dan lengket, menempel mencetak kulitnya.

Yura menyingkirkan lengan Chanyeol yang berada dipinggangnya dan terduduk lama. Ia mengamati sekitar, terkejut seketika saat melihat sayap hitam Chanyeol membentang hampir menutupi separuh kamarnya. Sayap besar itu tampak berkilau kebiruan layaknya sayap gagak ketika diterpa sinar malam yang mengintip lewat tirai jendela kamar Yura. Ia terpaku untuk sesaat, tangannya yang nakal menjelajah mengusap bulu-bulu halus itu. Bahkan sayapnya pun terasa sangat hangat.

Semakin penasaran, Yura mengintip kearah punggung Chanyeol, dimana sayap itu berasal. Ya, Chanyeol bertelanjang dada. GadisSitu bahkan berusaha mati-matian menahan debaran jantungnya saat terbangun dihadapkan oleh dada telanjang seorang pria. Hampir saja Yura berpikir kalau mereka melakukan sesuatu. Tapi, melihat tubuhnya masih berpakaian lengkap membuat Yura mendesah lega.

Yura menatap lama kearah bekas luka disamping sayap Chanyeol berasal. Ya, mungkin itu luka dari sayap yang satunya lagi, mengingat Chanueol hanya memiliki satu sayap dimana itu sangat tabu. Yura ingin bertanya diaman sayap itu? Apakah, terjadi sesuatu sehingga Chanyeol kehilangannya?

"Sudah puas memandangiku, sweetheart?"

Suara serak Chanyeol menyentak Yura. Gadis itu segera mencari wajah Chanyeol dan tersipu malu, menyadari pria itu jauh lebih tamoan dengan wajah kusut daripada wajah arogan sok kayanya. "Ti-tidak."

Chanueol mengangkat sebelah alisnya dan kemudian memilih untuk terduduk. Sayapnya tak sengaja menyenggol sebuah gelas dinakas. Secara cepat, cakar diujung sayapnya menangkap gelas itu. Ia kemudian meletakkannya kembali keatas meja. Seakan tahu kalau sayapnya sangat merepotkan, Chanyeol menyimpannya kembali dan sayap itu seolah tenggelam masuk kedalam punggungnya. "Tidak puas memandangiku? Sampai mana kau akan terus memandangiku?" Godaan Chanyeol sukses memerahkan wajah Yura sampai ke telinga. Ia terkekeh senang mendapati gadisnya merona malu seperti itu. Dengan gemas, ia mengacak rambut Yura dan mengecup dalam pelipis gadisnya. "Good morning, my sweetheart."

Haruskah Yura membalasnya? Jantung gadis itu berdegup tak karuan. Sebagai seorang wanita yang selalu lemah pada godaan, Yura tak bisa membayangkan lagi seberapa lama ia akan hidup jika jantungnya bekerja terlalu keras. "Mo-morning, Chanyeol."

***

"Hah, rasanya aku tak ingin berangkat sekolah." Yura berguman dan memilih masih berkubang dalam selumut hangatnya. Chanyeol yang terlihat berjalan kesana-kemari memyibukkan diri dengan membersihkan kamar Yura terhenti sejenak. Ia menoleh tajam pada gadisnya.

"Aku tahu kau sedang ujian hari ini. Jangan mencari alasan untuk tak masuk." Chanyeol kembali menyibukkan diri. Ia menata beberapa barang milik Yura yang terasa sangat tidak pas ditempatnya bagi matanya. Yura memiliki selera penataan barang yang aneh munurut Chanyeol. Tapi, gadis itu dapat menyeimbangkannya dengan pemilihan warna pastel yang memenuhi kamar dan kerapian kamar itu sendiri. Namun, tetap saja Chanyeol merasa risih. Ia merasa, mungkin ia akan sering kemari mulai hari ini. Mengingat Junmyeon juga sedang tak mengawasi.

"Darimana kau tahu aku hari ini sedang ujian?" Yura memicing curiga menatap punggung Chanyeol yang tak berhenti bergerak. "Kau stalker?"

"Bicara apa kau ini? Aku ini memiliki banyak koneksi. Apalagi kau bersekolah ditempat Junmyeon yang adalah sahabatku." Chanyeol berbalik dan berkacak pinggang tak terima dikatai penguntit oleh gadisnya sendiri. "Sudahlah, kau ini siswa dan pergi belajar sebelum aku menendang pantatmu dan memaksamu."

The VampsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang