9. Perang Tak Berdarah

285 28 4
                                    

Terlihat enam orang dalam ruang yang sama. Ruang gelap dan sedikit pengap itu terasa menguar aura tak mengenakkan karena penghuninya. Tiga orang terlihat duduk disebuah sofa dan membuat jarak yang lumayan jauh satu sama lain. Dua orang tampak sibuk disamping ranjang dan seorang yang berbaring disana. Berbaring tak bergerak, dengan wajah yang terlihat letih dan sembap.

"Aku bersumpah akan melindunginya, Junmyeon-ah. Kau sahabatku, dan aku yakin kau mempercayai ucapanku. Jadi, biarkan dia bersamaku." Seorang pria tampak terlihat kesal dengan wajah bak dewa yunani miliknya. Tangannya terlipat didepan dada dan kakinya menyilang, seolah menggambarkan arti kata kuasa dan arogan yang sebenarnya. "Lagipula Yura juga tampak menginginkan hal yang sama."

Salah seorang pria yang berdiri disamping ranjang berbalik dengan cepat dan menatap tak suka. "Diam, Chanyeol! Tak ada satupun dari kalian bertiga yang akan mendapatkannya. Dia manusia, dan kuharap kalian berkacalah." Junmyeon hampir memaki ketiga pria itu sebelum pria disampingnya bergumam 'selesai'.

"Keadaannya baik, mungkin hanya butuh istirahat karena dia mengalami sedikit depresi. Aku sudah memberinya obat tidur agar dia memaksimalkan istirahatnya. Ah, jangan lupa menyuruhnya untuk meminum obat ini setelah makan dan sebelum tidur." Pria bersetelan dokter itu memberi sebuah kantung plastik bening berisi sebotol obat dan satu tablet pil.

Junmyeon menatap kosong kearah obat-obat tersebut. Sedikit merasa ragu untuk menggapainya karena penuturan sang dokter. Berkata bahwa Yura mengalami depresi benar-benar membuatnya sedikit bersalah. Kekalahan telak bagi seorang kakak untuk adiknya. Ia gagal, kegagalan itu mengusik otaknya.

"Junmyeon?" Sang dokter menginterupsi.

"Ah, maaf. Aku sedikit melamun." Junmyeon terkekeh ringan menutupi kegalauannya. Ia kemudian mengantar sang dokter menuju pintu keluar dan membiarkan tiga orang yang lain untuk tinggal dalam ruangan itu. "Berhati-hatilah, Yixing. Banyak kejahatan antar manusia yang bisa saja melukaimu."

"Tidak perlu khawatir. Aku ini malaikat yang tangguh." Sang dokter terkekeh. Mereka terhenti didepan pintu dan memilih mengobrolkan banyak hal. "Berbicara tentang gadis itu, aku melihat tanda dibetisnya. Semua makhluk seperti kita pasti tahu pemilik tanda aslinya. Dan orang tersebut berada di ruang yang sama dengan gadismu itu. Tidakkah keterlaluan untuk memisahkan mereka?"

Junmyeon menghela nafasnya. Ia memasukkan tangan kirinya kedalam saku celana dan menunduk dalam. "Entahlah. Yura bukan gadis biasa. Kau pasti tahu itu. Dan tanda pada betisnya juga tidak tergambar sempurna. Disana hanya ada garis samar yang membentuk lingkaran dan segitiga. Dan kau benar, tanda itu milik Jongin."

"Untuk pandangan manusia, Yura hanyalah gadis dengan keterbatasan ekonomi yang kebetulan menjadi adik seorang kepala sekolah. Tapi, untuk padangan makhluk seperti kita, ia bukan sekedar hanya biasa. Aku sudah melihat garis takdirnya ketika para malaikat memutuskan untuk rehat dari kesibukan mereka. Aku tahu ini sangat dilarang. Tapi, aku sudah membaca separuhnya dan itu mengatakan banyak hal buruk yang akan terjadi. Apalagi ini berhubungan dengan ketiga makhluk didalam." Junmyeon menatap dengan sorot lelah dan frustasi.

"Tak apa Junmyeon-ah. Tapi, secara personal, aku lebih mendukung adikmu itu dengan si Jongin. Vampir tidak menjamin kebahagiaan pada manusia seperti adikmu. Adanya mereka akan mengubah adikmu menjadi seperti mereka mengingat hanya bangsa vampir yang memperbanyak diri dengan menggigiti manusia." Yixing membenarkan letak tas kecil ditangannya. Kacamata bulat yang menggantung juga sesekali ia betulkan. "Dan Chanyeol sendiri sudah sangat tak bisa diharapkan. Vamps memang selalu pembawa sial. Apalagi mengalir darah lucifer dalam tubuhnya."

"Tapi, mendengar ucapan Chanyeol tadi, apakah benar adikmu juga mengharapkan pria itu? Aku berharap ucapan Chanyeol salah. Akan ada penolakan besar-besaran dari segala ras. Apalagi malaikat sangat tak menyukai bangsa Vamps. Kau pasti ingat seberapa besar kemarahan ketua saat tahu kau bersahabat dengan Chanyeol? Aku bergidik ngeri saat si ketua kolot itu membentakmu." Yixing memicing mengingat kembali memori lama miliknya.

The VampsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang