7. Dia Datang Lagi

286 30 15
                                    

Yura memasang wajah masam dengan lengan tertekuk sempurna diatas meja kasir. Keputusannya menggantikan teman untuk berjaga di sebuah swalayan saat sore hari ternyata bukanlah pilihan yang baik. Lihat sekarang, kemarin setelah pria bernama Junmyeon mengaku sebagai kakaknya, kini ia mengawasinya secara terang-terangan. Pria itu duduk tenang dengan sebuah laptop terbuka dihadapannya. Ia duduk di sebuah meja kecil didalam swalayan yang menghadap langsung kearah jalanan. Ia seolah mengawasi dalam diam. Yura merasa sangat terganggu. Lebih baik ia tak menanyakan siapa Junmyeon sebenarnya kemarin.

Pintu terbuka menampilkan sosok pria bertubuh tinggi tegap. Tubuhnya dibalut pakaian mahal layaknya seorang konglomerat. Yura bisa melihat itu hanya dalam sekilas. Namun, begitu melihat wajah siapa pria itu, Yura mencelos.

Sunbae yang menyukainya.

Pria itu berdiri didepan konter dan mengamati Yura dalam keheningan. Manik mata mereka bertemu dan membuat Yura semakin salah tingkah. "Ada yang bisa saya bantu?"

Pria itu tersenyum ramah. Dimata Yura, senyum seperti itu terlihat mematikan. "Apa aku bisa membeli buku?"

Yura mengernyit tak mengerti. Swalayan ini memang menjual beberapa buku dan novel, namun tidak sebanyak toko buku. Hanya tersedia satu rak khusus. "Kami hanya menjual beberapa. Mungkin Anda bisa melihat-lihat." Yura mencoba prefesional.

"Bagaimana kalau buku 'cara menaklukan wanita yang pernah menolakmu'?"

Yura mati kutu. Apa kini pria itu terobsesi padanya? Sunbaenya itu bisa saja menggaet wanita lain setelah ia tolak, ia cukup populer dan tampan untuk melakukan itu. Atau mungkin harga diri pria itu terluka karena ia menolaknya?

"Kami tidak menjual buku seperti itu. Mungkin bisa dilihat dahulu koleksi di rak sebelah sana." Putus Yura untuk tetap prefesional. Namun, reaksi yang ditunjukkan sunbaenya jauh dari perkiraan Yura. Seharusnya pria itu berpura-pura mengerti dan segera pergi. Tapi, kini ia justru tersenyum miring dan mengambil sesuatu didalam kantung bajunya.

"Itu kartu namaku. Pastikan aku bisa menerima teleponmu malam ini." Pria itu menaruh sebuah potongan kertas diatas meja konter. Tangan kanannya menggenggam dengan ibu jari dan kelingking yang terangkat seolah sedang memeragakan sebuah telepon.

"Dan berhenti memperlakukannya seperti seorang pelacur, Oh Sehun!" Junmyeon tiba-tiba muncul dan meremas kartu nama milik Sehun. Ia membuangnya ke sembarang tempat. Wajah Junmyeon terlihat sangat marah.

Sehun cukup terkejut karena kehadiran Junmyeon yang tiba-tiba. "Aku tidak memperlakukannya seperti pelacur. Aku hanya ingin dekat dengan orang yang kusuka, Kepala Sekolah!" Sehun memasukkan tangannya kedalam kantung baju dan menatap datar kearah kepala sekolahnya itu. "Dan untuk apa seorang kepala sekolah ditempat seperti ini. Kau masih memiliki segudang tugas berharga, tapi sekarang justru mencampuri urusan asmara muridmu sendiri."

Junmyeon menggeram marah. "Berhenti berpura-pura bodoh, Oh Sehun. Kau tahu Yura masih dibawah pengawasanku. Aku tak mau membiarkan adikku sendiri terlibat dengan vampir sepertimu!"

Bukan Sehun yang terkejut kali ini, Yura lah orang yang merasa dibebani saat identitas sunbaenya terkuak. Gadis itu seolah terus mendengar kata 'vampir' dikepalanya, bergema dan tak ingin berhenti. "Va-vampir?"

Sehun menoleh cepat dan menatap sinis kearah Junmyeon. "Jadi, kau sudah memberitahukan identitasmu padanya? Dan kini kau baru saja membocorkan identitasku. Dimana kehormatan sebagai seorang malaikat dalam dirimu, Kim Junmyeon?"

Junmyeon terkekeh ringan. Yura yang sekarang menjadi pendengar justru semakin merinding. Dua pria itu—Sehun dan Junmyeon— memang memiliki tinggi yang sangat berbeda, namun mereka sama-sama memiliki aura bengis tersendiri. Sehun yang memang terlihat memiliki aura hitam dan Junmyeon yang memiliki aura putih. Aura putih yang Yura sendiri yakin menyimpan kekelaman didalamnya. "Persetan dengan kehormatan! Toh, menghadapi mahkluk sepertimu aku tak membutuhkannya."

The VampsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang