PERNIKAHAN

297 11 4
                                    

Wanita dalam cerpen itu sangat cantik. Dia mengenakan riasan pengantin khas adat Jawa. Kebaya yang membalut tubuhnya berwarna putih dan membuatnya terlihat sangat elegan. Tetapi air mata yang menggenangi mata wanita di dalam cermin membuat Nesa menyadari bahwa wanita itu adalah bayangannya sendiri.
"Aduh, pengantin sudah cantik kok menangis!" seru perias yang sedang menata bagian bawah kebayanya. Dengan bercanda mengenai banyaknya mempelai wanita yang menangis bahagia di hari terindah dalam hidup mereka, wanita itu mulai membenahi riasan Nesa.
Menikah dengan orang yang dicintai dan dengan sabar menantinya kembali, maka tak heran jika orang akan mengira betapa beruntungnya dia mendapatkan suami seperti Reza. Biarlah semua perkiraan itu menghiasi pikiran mereka. Pernikahan impian yang menjadi kebahagiaan terbesar dalam hidupnya. Ayah, ibu, bahkan adiknya, si kunyuk itu, bahagia mendengarnya setuju menikah dengan Reza secepat yang bisa mereka lakukan.
"Nak Reza sudah sabar menunggu, Nes. Berapa lama lagi kamu akan membuatnya menunggu?" tanya ibunya.
"Ayah bersyukur ada Nak Reza yang akan menjaga kamu. Ayah tidak bisa meminta lebih dari itu." Bahkan ayahnya yang tak pernah mengungkapka  perasaan tulusnya di depan Nesa tiba-tiba berkata seperti itu.
Adiknya juga ikut memuja Reza, kak Reza begini lah, kak Reza begitu lah. Dan satu-satunya hal yang membuat Nesa bersedia menjalani pernikahan ilusi ini bukanlah apa yang dikatakan keluargnya, melainkan karena dia mencintai Reza.
"Nesa, hari ini kami akan melepaskan kamu," ibunya yang baru saja masuk ke dalam kamar riasnya meraih tangan Nesa.
"Jadilah istri yang baik untuk suamimu. Ibu sangat berterima kasih padanya karena dia mau menunggumu selama ini."
Nesa memeluk ibunya dan tanpa peduli dengan riasannya menumpahkan air mata dalam pelukan wanita yang telah melahirkannya itu.
"Maaf, Bu.... Maaf," hanya itu yang bisa keluar dari bibir Nesa di tengah isakannya.
Ketika kata sah dari penghulu berkumandang lantang, Nesa berusaha tersenyum. Dalam pikirannya dia ingin memberitahukan semuanya. Bukan pernikahan seperti ini yang dia inginkan. Dia ingin menikab dengan Rezanya yang dulu. Laki-laki yang mencintainya dan bukan laki-laki yang membuatnya berhutang karena sudah setia menantinya selama tiga tahun ini.
Ayahnya yang tegas itu pun menitikkan air mata saat Nesa mencium tangan tuanya yang gemetar. Kini, ayahnya telah menyerahkan tangan anak gadisnya kepada Reza sejak mereka berjabat tangan untuk mengucapkan akad nikah.
Dan suaminya itu, Nesa tidak bisa mengartikan pandangan matanya ketika dia meraih tangan laki-laki itu untuk mencium tangannya.
"Kamu harus ada di sampingku, Nes. Itu harga yang harus kamu bayar karena meninggalkanku." Bisika  Reza saat memeluknya membuat tubuh Nesa menggigil. Dia tidak mengenal Reza yang ini. Laki-laki ini bukanlah kekasihnya. Reza yang dulu adalah laki-laki yang lembut dan penuh kasih sayang. Sekarang Reza sedang menghukumnya. Pernikahan ini tak lain adalah hukuman yang dipersiapkan Reza untuknya.
"Aku akan membuatmu merasakan apa yang kurasakan waktu itu, Nesa. Itu adalah janjiku."
Nesa hanya bisa diam dan menggenggam erat tangannya.

TerperangkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang