part 1 Kisah Hendra

185 26 14
                                    

Hendra baru saja kembali Jakarta setelah dia lulus dari perguruan tinggi di Jerman, pemuda dengan wajah putih dan rambut kelimis tersebut bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta di bidang IT, pria yang ulet dan rajin, serta ramah selalu menilai tambah dalam pekerjaannya serta mendapat pujian dari managernya Hanafi, tetapi Hendra dijodohkan oleh Rina wanita dengan rambut pendek dan wajah hitam manis.
    Rina memiliki darah keturunan Netherland karena papa Rina seorang pria berasal dari negeri kincir angin tersebut sedangkan Jessica adalah orang Indonesia. "Usiamu sudah 25 tahun nakk" kala itu Hendra mengobrol dengan ibunya Mawar di meja makan. Dia paham apa yang dimaksud olehnya,  namun hatinya masih saja gusar, dia terdiam sambil menyuap nasinya ke dalam mulut.
       "Bagi seorang laki - laki banyak hal yang yang dipersiapkan ketika memiliki istri apalagi anak" Hendra memberikan pendapatnya.

        "Yah tapi jangan kelamaan tidak menikah daripada kamu dikira macam - macam oleh orang diluar sana" Mawar bersungut, Hendra menghabiskan makanannya dia terlihat nampak berpikir keras dengan apa yang dikatakan oleh Mawar kepadanya, nafasnya mendesah sambil berdiri membawa piringnya dan berjalan ke dapur.

Omongan orang tua seperti kata - kata yang baik dan buruknya membawa nasib pada anaknya, namun untuk yang satu ini Hendra tidak akan dengan mudahnya mengatakan
"Iyah" itu tidaklah mudah kecuali menikahi seekor kucing.

"Pernikahan itu adalah sesuatu yang sakral, tidak mungkin aku mengambil keputusan secepat itu" dia berpikir dalam.

Pada saat Hendra selesai mencuci piring, dari dalam dapur terdengar suara pintu ditutup
Hendra menoleh kearah belakang rupanya Fandy ayahnya baru saja tiba dirumah, dia berjalan kecil menuju kearah dapur, sambil menepuk bahunya.
      "Pastinya kamu sudah sering dengar cerita tentang Rina dari keluarga besar semua" dia berkata bijak, mata Hendra agak terbelalak lebar.

        "Mama dan papa, merencanakan ini semua tanpa sepengetahuanku"?? Dia bertanya heran dengan mulut terbuka.

       "Aku pasti menikah maaa, paaa tapi terus terangg kalau untuk yang satu ini jangan disamakan seperti mencari kacang goreng dipasar" Hendra menghela nafas.

        "Tapi Rina pasti cocok untukmu, cobalah kamu menemuinya" Mawar bersikeras dengan pendapatnya yang sudah menjadi sepakatan bersama, dia bersedekap memandang Hendra yang masih berpikir panjang atas dirinya sendiri.
        Hendra sesungguhnya dia dari keluarga yang ekonominya masih pas - pasan dia bisa kuliah di Jerman karena beasiswa dari SMAnya beruntungnya juga disana kuliah gratis dan Hendra sosok yang cerdas serta pintar, waktu SMA dulu selalu aktif dalam organisasi dia juga di calonkan sebagai ketua OSIS dan waktu kuliah dia menjadi ketua komunitas mahasiswa Indonesia

Hendra menaikki tangga kayu di lorong dekat dapur untuk menuju ke kamarnya, dia membuka pintu kemudian menghempaskan tubuhnya di ranjang ukuran kamarnya agak kecil tidak besar tapi terasa nyaman, matanya melihat kearah gitar yang tergantung di dinding pojok sebelah kanan tempat tidurnya kemudian dia mulai mengambilnya yah itulah yang dilakukannya setiap harinya kalau perasaannya sedang galau,  jemarinya mulai memetik alunan nada gitar sambil bersenandung pelan.

     "Andaikan kau datang kembali, jawaban apa yang kuberi...." belum sampai selesai bernyanyi kecil seseorang terdengar memanggilnya dari bawah, Hendra bergegas menaruh gitarnya di tempat tidur untuk menuju kearah balkon.

"Aldo" dia menyebut pria dibawah balkon kamarnya yang sedang berdiri melambai padanya dia adalah sahabatnya waktu SMA dulu, kemudian Hendra keluar dari kamarnya untuk menemuinya.

       "Ada banyak yang aku ingin ceritakan padamu" Hendra menarik tangannya, dan Aldo menahannya.
         "Soal Rina kannn.., gadis Indonesia keturunan Netherland itu level kejauhannn...kamu tahu" Hendra hanya terdiam meniup belahan samping rambutnya, matanya nampak keresahan dihatinya.
        "Yah aku tahu, dan aku berpikir memangnya apa Rina itu mau denganku sedangkan dia anak orang kaya, bukan hanya itu masalahnya, dirumahnya yang aku dengar sangat disiplin keras sekali didikan dari ayahnya seperti itu" Hendra bercerita sedikit, Aldo membaca apa yang ada dalam pikiran Hendra.

        "Dijodohi itu ada enak dan tidaknya, yah semua itu nanti kamu yang rasakan sendiri, lagipula kamu sudah lulus kuliah dan sudah punya pekerjaan mapan lalu kapan kamu mau punya istri kalau begitu" Aldo menasehatinya, Hendra tersenyum padanya sambil menatap wajahnya.
        "Yah kamu benar"
  
Aldo bersedekap sambil matanya melayangkan ke udara sedangkan Hendra masih menunduk dalam, kedua sahabat itu hening. "Mampirlah dulu sejenak kerumahku, untuk menenangkan pikiran" Aldo menawarkan dirinya dan kebetulan Aldo tinggal satu komplek dengan Hendra, Hendrapun mengangguk mereka berjalan kearah rumah yang hanya berapa blok dari rumah Hendra.

Aldo membuka pintu pagar yang berwarna hitam, kemudian mengajaknya duduk diteras rumahnya. "Dari namanya aku sudah menduga dia wanita yang menarik" Aldo memberikan pendapatnya, sedangkan Hendra hanya diam saja merenung.

Tiba saatnya pada pertemuan keluarga, Hendra akhirnya bertemu dengan Rina, yah dia memang menarik seperti kata Aldo, wajahnya nampak hitam manis dan rambutnya hitam ayahnya nampak fasih berbahasa Indonesia walau terbata.

Hendra duduk diantara kedua orang tuanya saling berhadapan dengan Rina juga orang tuanya juga dia tersipu malu sambil menunduk melihat wajah Hendra.

     "Yah ini anak kami Rina" Bram ayahnya dengan bangga memperkenalkan putrinya itu
Rina semakin menunduk malu, sedangkan Hendra sudah mulai terlihat gusar, dia mencoba untuk mengajak ngobrol Rina namun bibirnya terasa bergetar.
        "Kamu kuliah dimana"? Dia mencoba mengeluarkan suaranya dan Rina menjawab dengan tenang.
         "Ohhh di Jakarta saja, tidak dimana - mana seperti kamu" tutur katanya sangat halus meskipun gaya bicaranya terdengar keras.
           "Dia kuliah disini saja, karena kami juga tinggal disini" Jessica menimpali sambil memeluk Rina.
            "Bagaimana menurut kamu"? Bram menanyakan dengan memicingkan mata menunjuk kearah Hendra, nampak dari wajahnya kalau Rina sangat senang berkenalan dengan Hendra dan akhirnya mereka melakukan pendekatan dan setelah itu menikah.

Notes :

Maaf sebelumnya Natalie ini baru saja berupa outline novel saya yang nantinya saya akan ketik ulang di laptop saya dan yang ini saya ketik di notepad
Jadi maaf kalau masih berantakan, dan maaf juga kalau ada kekurangan
Karena saya masih pemula dalam menulis, tapi jangan lupa vote dan commentnya yah readers oh yah sebelumnya saya mau kasih tahu juga ini semua adalah karya  Nama tokoh dan alur inspirasi sendiri

NATALIE ( Masih Berupa Outline Novel )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang