Part 10 Terlambat Untuk Cinta

25 4 0
                                    

Natalie, melangkah dengan gontai kearah rumahnya, apa yang di dengarnya benar - benar Part membuatnya tidak mampu lagi menahan kelemahan tubuhnya atas apa yang di derita oleh hatinya, dan semakin memuncak betapa rasanya perih menyayat hati mendengar perkataan Hans mengatakan hal itu, sejuta kali rasa berkecamuk dalam dirinya, Natalie meneteskan air matanya di dalam bis, sambil melayangkan mata, kearah jendela sambil menyandarkan kepalanya sambil bersedekap, bayangan Patrick dengan sangat jelas hinggap di matanya, rasanya hatinya lelah untuk terus berharap akan semu, dan ingin segala berakhir, masih teringat jelas di mata Natalie juga pada saat Hans menyelamatkan hidupnya

Mungkinkah Tuhan memberikan jalan lain untuk jatuh cinta, tapi Natalie mengabaikannya hanya karena Patrick yang selalu abadi di hatinya, rasanya perih Hans menyakiti dirinya di akhir kisahnya, bahkan tidak mau memberi tahukannya keberadaan Patrick, wajahnya penuh benci, amarah dan dendam seolah Natalie gadis tidak punya hati.

Air mata itu terus menetes, dia mencoba menghubungi Hans tapi terdengar dengan sengaja telepon tidak diangkat, dia benar - benar sudah menganggapnya musuh.

Ada satu kalimat yang sengaja juga di kirim olehnya.

"Teryata memang benar kalau gadis kaya itu hanya bisa mempermainkan orang lain, jangan tanya soal Patrick lagi, anggap saja dia sudah mati dan aku juga sudah mati"!

Bunyi whatsappnya lebih menyakitkan daripada sifatnya dulu, dan ini adalah puncak rasa benci yang lebih melukai tubuh Natalie, daripada rasa benci sebelumnya. Untung saja dia sama sekali tidak berpaling ke hati lainnya tapi, ada rasa yang menusuknya sikapnya selama ini baik padanya, dan membuatnya sempat bimbang.

Natalie tidak membalasnya, tapi hanya bisa tersedu, sepulang dari kampusnya Natalie berlari kecil ke dalam rumah dan masuk ke dalam kamarnya dia menjatuhkan dirinya di seprai menangis tanpa henti, hingga tenaganya terkuras oleh air matanya.

Sedangkan dalam tempat yang berbeda, Hans sedang di rumah sakit, gadis itu mulai menghasutnya perlahan, dia duduk sambil menyuapi Patrick makan. "Biaya untuk bulan ini, sudah aku yang bantu menanggungnya" dia bersikap pura - pura manis untuk menutupi iblis di jiwanya gadis itu.

"Thank" tidak biasanya Hans bersikap ramah padanya, hatinya sudah berhenti mempercayai Natalie padanya, apalagi Marion berusaha terlihat bersikap baik di depannya, bahkan dia membantu biaya rehabilitasi Patrick.

Hatinya laki - laki itu, sudah tertipu dengan kelicikkan Marion yang bagai lebih dari kelinci.
Bahkan berhasil membuat Hans jatuh hati padanya dan semakin membenci Natalie.

"Lalu bagaimana dengan pekerjaan yang aku tawarkan waktu itu"? Dia bertanya lembut.

"Ja yang orang tidak tahu saja, seperti dapur restoran" dia menjawab.

"Karena kamu tahu akibatnya aku bisa gagal maju sidang skripsiku tahun depan" dia meneruskan kalimatnya.

"Yah okey" Marion mengangguk.

Lambat laun mereka semakin, akrab dia sudah buta mata hatinya pada Natalie karena Marion bahkan berpikir kalau semestinya dulu tidak usah mengenal Natalie, agar diapun tidak tahu tentang Patrick yang sebenarnya bahkan tidak berhak tahu, jadi Natalie itukah yang kerap disebut namanya oleh Patrick.

Dan kalau saja Patrick sembuh, dia akan berlari mengejar Natalie, rasanya Hans lama - kelamaan bagi cinta mereka, karena sesuatu yang salah dalam dirinya, menilai Natalie dan mendengar berita yang salah, tanpa dia sadari Marion di balik semua rencana itu.

Rasanya untuk apa juga memberikan hati pada gadis semacam Natalie, bahkan Patrickpun tidak boleh, dia tidak akan juga merebut Natalie dari tangan Patrick untuk dicintai melainkan disakiti adalah lebih pantas untuknya.

NATALIE ( Masih Berupa Outline Novel )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang