Secercah harapan

41 10 0
                                    

Kamu seseorang yang selalu membuat jantungku berdebar tak karuan, membuat pipiku memerah, membuat diriku terdiam tanpa kata-kata di setiap hal yang kamu lakukan. Tapi mengapa ? Mengapa status sahabat ini seperti merupakan dinding yang membatasi kita berdua ? Apa dinding ini bisa roboh suatu hari nanti ?

Kita menghabiskan hari minggu ini dengan penuh tawa dan canda, kegugupan melandaku disaat kamu menyentuh sudut bibirku untuk membersihkan sisa ice cream yang ada. Ingin sekali aku waktu berhenti di saat-saat kamu tersenyum dan tertawa, apa aku sudah gila ? Ya, mungkin gila akan dirimu.

Setelah tahu tentang siapa yang menetap di hatimu sekarang ini, memang perasaan kecewa yang begitu besar melandaku, tapi hati ini tak mampu untuk melupakanmu, aku akan berjuang, membuatmu melupakan bagaimana rasa sakitmu melihatnya, bagaimana rasa sakitmu menyimpan perasaanmu untuknya.

Tapi aku takut jika suatu saat nanti hati ini memilih untuk menyerah setelah sekian lama berjuang. Jika saat itu terjadi, aku berharap kamu datang padaku dan membawa secercah harapan bagi perasaan ini. Mungkin orang akan bilang aku gadis terbodoh didunia ini, tapi aku tidak akan peduli. Aku tahu tentang mu, tentang semua hal-hal dari dirimu yang bisa membuatku bisa begitu yakin untuk menaruh hati padamu.

Sellina berusaha membangunkan kakaknya yang masih terlelap, mata Step menyipit untuk melihat sudah jam berapakah ini, jam sudah menunjukkan pukul 07.00. Ia hanya punya waktu setengah jam untuk bersiap-siap.

Ia bangkit dari ranjang dengan panik, ia langsung berjalan menuju kamar mandi namun ia kembali lagi karena tidak membawa baju ataupun handuk. Sellina yang sedang berdiri diambang pintu menggeleng-geleng melihat tingkah kakaknya itu.

Jam pelajaran pertama merupakan jam pelajaran Pak Sergio, matematika. Guru itu akan memberinya omelan yang tak henti-hentinya nanti, ia berlari di koridor kelas menuju kelasnya, ia berharap Pak Sergio belum masuk ke dalam kelas.

Ia berdiri di ambang pintu kelas dengan napas terengah-engah. Semua orang menatapnya bingung, "Step ?" Suara itu, kenapa Aurel ? Ia bingung untuk sesaat. Oh ya ampun ! Ia salah masuk kelas. Ia berlari kembali menuju kelasnya.

Dan sekarang ia berdiri di ambang pintu kelas yang sebenarnya, ia mencoba untuk mengembalikan napasnya yang terengah-engah. "Maaf Pak, saya telat."

Ia terdiam tanpa kata-kata setelah melihat tidak ada guru yang masuk di kelasnya. "Ngomong sama siapa Step ?" Ucap Kenneth si ketua kelas yang membuat teman sekelasnya tertawa melihatnya. Step menghela napas berat lalu berjalan menuju bangkunya, "Pak Sergio gak masuk ?" Tanyanya pada Meilyn yang duduk di sampingnya. "Gak tau juga. Coba nanya Kenneth aja, gak ada info soalnya dari tadi." Sahutnya sambil mengedikkan bahu.

"Ken,masih belum ada info ?" Kenneth menoleh menatapnya lalu menggeleng. "Tumben banget Pak Sergio yang guru teladan gitu gak ada kabar." Ujarnya sambil menatap kearah luar jendela dengan bersedekap. "Tapi kamu beruntung kan karena dia belum masuk, gak di hukum atau di nasihati panjang lebar." Ucap Meilyn seraya tersenyum.

"Iya juga sih," sahutnya ringan. "Oh iya, pr semalam ada yang aku gak ngerti nih, ajarin dong Mei." Step mengeluarkan bukunya dari dalam tas dan menunjukkannya pada Meilyn.

><><><><><><>><

Saat jam istirahat, ketika Aurel dan Step hendak berjalan ke kantin, mereka melihat para murid mengerumuni dua orang siswa yang sedang bertengkar hebat.

Terlihat dua murid perempuan yang sedang jambak-jambakan hebat disana, Step melihat pergelangan tangan salah satu murid perempuan tersebut. "Sell !" Step langsung berlari menghampiri dua murid perempuan yang sedang saling jambak-jambakan yang ternyata merupakan Sellina dengan temannya.

Mr.JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang