Too Much To Ask

40 10 4
                                    

Jo sedang berada di kamar menatap layar kameranya seraya mendengarkan lagu. Ia melihat beberapa foto Aurel yang sempat ia abadikan dalam kameranya itu lalu dengan segera menghapusnya.

        Saat mencoba menghapusnya ia tidak merasakan keraguan apapun dan langsung menghapusnya begitu saja. Semua foto Aurel yang berada di ponselnya kini sudah tidak tersisa satu pun lagi.

       Ia mengingat bagaimana keraguannya dulu saat akan menghapus foto Aurel, namun sekarang semuanya terasa berbeda baginya. Mungkin karena perasaan yang ia miliki sekarang juga berbeda. Namun, siapa yang bisa membuatnya menjadi seperti ini?

       Setelah selesai menghapus semua foto Aurel, ia duduk pada meja belajarnya lalu mengeluarkan beberapa lembar kertas dari salah satu laci mejanya. Setelah itu ia memainkan pulpennya di atas kertas tersebut.

       Setelah menulis beberapa kata, ia berhenti sesaat lalu menatap langit-langit kamarnya yang dicat putih itu dengan memutar kursinya yang dapat berputar itu.

       "Apa aku sudah gila menulis semua ini? Aku bukan orang yang suka menulis hal yang seperti ini." Gumamnya dalam hati lalu ia mengacak rambutnya karena bingung pada dirinya sendiri.

        Tiba-tiba layar ponselnya terdapat notifikasi bahwa ia mendapatkan beberapa pesan masuk dari Lucas untuknya. Ia mengernyit dan langsung membuka isi dari pesan masuk tersebut.

        Lucas : Aku sudah melihatnya.

        Melihat apa? Batin Jo bingung.

       Lucas : Aurel Citra Kirana kan namanya? Aku kira hanya Aurel.

      Johanes : Hm.

      Lucas : Cantik dan kelihatannya ramah juga.

      Johanes : Banyak bicara kamu.

      Lucas : Gini-gini kan sahabat kamu.

     Johanes : Basi.

      Setelah itu, terdapat panggilan telepon dari Lucas. Jo sangat tidak ingin menjawabnya karena sahabatnya itu akan berceloteh tentang Aurel lagi. Namun tetap saja, mau tidak mau ia harus menjawab panggilan tersebut.

     "Hei, sob."

    "What's the matter again, Lucas?"

    "Cuman mau ngasi tahu kalau mau nembak cewek langsung aja, cewek lebih suka yang kayak gitu. Coba aja deh."

    "Berisik."

    "Hal utamanya yaitu, harus berani terima kalau ditolak."

    "Berisik."

      Setelah itu, Jo langsung mematikan sambungan teleponnya begitu saja. Namun perbincangan mereka masih berlanjut pada chattingan mereka.

     Lucas : Stephanie Chrissen, good luck bro !

      Hanya itu pesan terakhir yang di kirim oleh Lucas untuknya tanpa balasan darinya lagi. Ia menghela napas lalu merebahkan tubuhnya di ranjang dan menatap langit-langit dinding kamarnya lagi.

      Seketika itu, tiba-tiba senyum Step terbayang di dalam pikirannya lalu pada sudut bibirnya pun terbentuk seulas senyuman, mungkin ia sudah gila karena terus memikirkannya.

Mr.JoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang